Thursday, February 7, 2019

Kisah Bella (15)

.
.
"Baru pulang, Bell?" Mas Danu sedang duduk di teras saat motor Daffa berhenti. "Eh iya mas" jawabku takut. Deru jantungku tak dapat di kontrol. Aku seperti sedang lari maraton. "Kenalin Mas, Daffa" lelaki tinggi putih itu sudah turun dari motor dan menyalami Mas Danu. "DAFFA? GUE GA SALAH DENGER?" Mas Danu berteriak sampai kupingku terasa panas. Astaga, apa yang akan terjadi? .
.
"Mas, Daffa cuma anter aku pulang aja kok. Kebetulan aja" jawabku bohong. Aku takut. Tanganku dingin. Wajahku sudah pucat. "Lu denger ya, jangan sekali-sekali lu temuin adek gue lagi! Pulang lu sekarang!" Mas Danu membentak Daffa. Aku hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Belum pernah aku melihat Mas Danu semarah ini. Hati aku hancur berkeping-keping. Daffa menyalakan motornya dan segera pergi. Wajahnya sedih namun pasrah. Kami berdua tahu, hal ini pasti terjadi. Cepat ataupun lambat.
.
.
"Gue ngga pernah ngajarin lu buat jadi cewek murah, Dek. Sekarang lu masuk kamar!" suara Mas Danu pelan namun tegas. Jelas terdengar bahwa ia sangat kecewa. Aku setengah berlari menuju kamar. Dunia saat itu terasa hancur. Sangat hancur.

No comments:

Post a Comment