Thursday, December 6, 2018

REUNI [Kisah Bella 4]


          Malam ini akhirnya aku datang. Moury si gesit yang selalu memaksa. Reuni sebenarnya bukan acara yang aku suka. Pertemanan aku tidak banyak berubah dari SMP, SMU dan Universitas. Kenapa? Karena aku sekolah di yayasan yang sama sejak SMP sampai Universitas. 

          "Bell, tumben lu dateng acara kayak ginian" sapa Tomi sambil merangkul istrinya. "Terbujuk rayuan Moury nih, hehe" jawabku seadanya. Aku bersalaman dengan istri Tomi yang tampak modis malam ini. Aku berkeliling sambil sesekali menyapa teman-teman yang hadir. Mereka semua tampak asik dengan obrolan khas reunian "sudah menikah belum?" Aku berusaha menghindar karena memang aku termasuk jomblo akut. 

          "Bella?" tiba-tiba seorang lelaki tinggi berkulit putih memanggilku. Aku hampir lompat karena terkejut. "Daffa?" aku bergetar menyebut namanya. Daffa, pemuja aku di waktu SMP. Dia selalu mengikuti aku kemanapun aku pergi. Ke kantin, ke perpustakaan, ke ruang guru, bahkan ke kamar kecilpun dia suka menemani.. eits.. tapi dia nunggu di luar yaa. Setiap pagi selalu bilang "Bella makin cantik aja" dan dulu aku risih banget di perlakukan seperti itu sama dia. Sejak lulus SMP dia tidak ada kabarnya lagi. Sampai akhirnya aku sadar bahwa sebagian hati aku di bawa pergi olehnya. 

          "Daffa lo kemana ajaaaa?" suara cempreng Moury membuyarkan beberapa detik saat aku dan Daffa saling tatap. "Eh, ada.. Haha" jawab Daffa masih menyisakan takjub. "Kok lo bisa tahu ada reunian? Padahal gue ngga kontek lo kan? Minta nomer hape dong!!" seperti biasa Moury super bawel sampai Daffa menggaruk kepalanya. Akhirnya mereka bertukar nomer hape. "Gue cek sound dulu ya, bentar lagi live music mulai nih" pamit Moury sambil berlalu, dia tampak sibuk karena dia termasuk panitia penyelenggara reuni. 

          "Bella makin cantik aja" Daffa memulai keheningan dengan memori yang tidak pernah aku lupakan. Senyum di bibirku tak mampu aku tahan. "Masih aja sih, Daff" tepisku malu-malu. Tuhan pasti tahu bahwa aku sangat amat merindukan dia. Saat pertemuan seperti ini, justru membuat rindu semakin menggebu. "Btw, kok bisa dateng?" aku mengalihkan pembicaraan sambil membenarkan posisi duduk. "Liat fesbuk, hehe" jawab Daffa sekenanya. Dia masih asik menatapku dengan tatapan yang sama seperti waktu SMP dulu. Aku mulai salah tingkah. 

          "Daffa apa kabar?" ini pertanyaan jujur dari hati. "Baik, kalo Bella si Bidadari gimana?" jantungku hampir loncat keluar. "Apaan sih, Daff? Jangan kayak gitu ah, jadi kayak jaman SMP aja" aku semakin malu, mungkin muka aku sudah merah dan panas. "Loh ini kan lagi reuni, ya ngga apa dong?" Daffa melempar senyuman jahil. Senyumnya membuat aku semakin tak berdaya. 

          "Daffa, kemana aja lo? Gila kangen banget gue sama lo Daff!!" Tomi datang dan segera merangkul Daffa. Aku duduk sambil melempar senyum ramah kepada istri Tomi yang mengambil kursi didekatku. "Di Kalimantan gue. Ikut bokap sampe kuliah. Ini ke sini juga lagi ada urusan sama saudara" jawab Daffa. "Istri lo mana?" Tomi melempar pertanyaan khas reuni. "Ngga ikut, lagi banyak kerjaan di Kalimantan" jawab Daffa pelan. Sepelan apapun aku tetap bisa dengar. Mata aku panas tapi aku berusaha menahan. "Wah kapan-kapan gue kesana deh. Nginep ditempat lo ya, Daff? Hehe" Tomi melempar guyon. Aku berusaha tersenyum dan kemudian aku tidak bisa mendengar apa-apa lagi yang mereka bicarakan. Aku tenggelam dalam kenangan yang tidak akan mungkin kembali.