Thursday, December 26, 2013

Masa Sekolah (1)



Pagi hari ini awal aku masuk kelas 3 SMA, benakku tak sesegar embun pagi ini. Aku sudah selesai mandi dan memakai seragam namun penampilanku masih sama dengan orang yang baru bangun tidur, sangat berantakan.

“Pagi sayang” sapa mama begitu aku membuka pintu kamar. Aroma masakannya sangat menggodaku untuk segera duduk di meja makan. Ketika aku menghampiri meja makan, mama masih asik membereskan peralatan masaknyua didapur. Menggunakan daster kesayangannya dan rambut yang terikat rapi.

“Pagi mah..” jawabku kemudian. Mama masak ayam goreng kesukaanku, aku tak sabar melahapnya masuk kedalam perutku. Segera kuhabiskan semua makanan yang ada dalam piringku. Setelah aku selesai memuaskan nafsuku, aku celingukan “Papa mana mah ?” tanyaku. Mama tetap asik di dapur, entah apa saja yang dia kerjakan. “Papamu di depan Fay, dia sudah menunggumu daritadi” jawab mama sedikit samar. Aku beranjak dari tempat dudukku dan menghampiri mama di dapur, “Aku berangkat mah..” aku mencium tangannya. 

Di teras rumah papa sedang asik minum teh hangatnya, dengan pakaian dinas rapi dan rambutnya yang tersisir rapi. “ngga pake baju baru kamu?” kata-kata papa terdengar meledek, dasar papa. Aku adalah sasaran empuk buat papa ledek, karena aku pasti kalah setiap berdebat dengan papa.

“Cuma pindah kelas pah, bukan pindah sekolah..” nada suaraku menyebalkan.
“ayo berangkat, jangan ditekuk mukanya, ntar ngga bisa nyari pacar ganteng kamu..” senyum dibibir papa mengembang kemudian masuk kedalam mobil. Aku hanya diam merengut dan menghampiri kursi disamping papa. 

Sepanjang perjalanan papa bernyanyi riang, papa memang orang yang sangat periang dan humoris. Dalam lubuk hati aku sangat bersyukur memiliki papa seperti dia, walau kadang bosan mendengar ledekan papa terhadap aku namun aku sangat menyayangi papa yang apa adanya seperti ini. Sekitar 15 menit kami sampai di parkiran sekolah, entah mengapa aku grogi. Aku mencium tangan papa dan keluar mobil, papa meyusul. Kami berjalan beriringan, papa masuk ke dalam kantor tata usaha dan aku tetap berjalan sampai di depan kelas ipa 3. Aku mengintip kedalam kelas, hanya beberapa yang aku kenal. 

“Hai Fay, lu ipa 3 sekarang?” suara itu mengejutkanku. Aku menengok dan melihat sosok yang cukup aku kenal, Riri. Aku tersenyum lalu mengangguk. Wajah Riri berbinar, aku menatapnya heran. “Udah dapet temen satu meja?” terlalu cepat ia mengatakannya. Aku hanya menggeleng pasrah, aku tahu selanjutnya dia akan berkata, “Mau bareng gue?” setelah kata-kata ini benar keluar dari mulut Riri, aku hanya mengangguk lagi kemudian tersenyum. Kami masuk kedalam kelas dan menemukan satu meja kosong kedua dari belakang pojok. 

Kenapa tidak di belakang saja? Paling terbelakang, terpojok!
Ah Fay, cukup. Sudah kelas 3, harus serius belajar! Aku sibuk memarahi diri sendiri.  Riri menatapku aneh. Yah, dia baru satu menit duduk di sebelahku dan dia sepertinya sudah dapat melihat keanehanku. Aku tersenyum, garing! Riri membalas senyum dan mengeluarkan HPnya. Cukup lama dia berkutik dengan HPnya dan aku membeku. “Lebih baik gue duduk sendiri” kataku dalam hati.
Pelajaran pertama sudah mulai sejak setengah jam yang lalu, pelajaran fisika namun guru tak juga datang, bosan! Tapi ini lebih baik, aku memperhatikan orang-orang yang ada dikelasku. Cowok, mereka selalu paling cepat dalam bergaul. Hanya dalam waktu singkat mereka sudah heboh tentang pertandingan bola semalam, huh bola! Apa bagusnya sih?
Pak Dori datang tanpa dosa, satu jam dia memakan gaji buta. “Pagi anak-anak” sapanya dengan lantang yang kemudian dijawab kelas dengan serentak. Tanpa basa-basi dia langsung mencoret-coret papan tulis dengan materi yang akan dipelajari selama satu tahun. Aku memandangi semua coretan itu dengan sangat malas kemudian melirik Riri. Ya ampun, dia masih SMSan, sama siapa sih? Aku membuka mulut namun terdengar desahan ejekan dari meja disebelah kami “sstt.. sssttt..” aku tersentak menengok dengan mulut masih terbuka. Riri jauh lebih tersentak, gerakan tangannya sangat cepat memasukkan HPnya kedalam kolong meja. Cowok itu tertawa, bahagia sekali. Aku menutup mulut dan menahan tawa. Riri memasang tatapan membunuh kepada cowok itu. Aku masih senyum-senyum berusaha menahan tawa. Riri menatap papan tulis dan menyalinnya kedalam buku catatannya. Aku melirik kearah cowok itu, dia masih senyum-senyum bahagia dan menatapku. Deg! Jantungku seperti berhenti berdetak, aku memalingkan wajah ke papan tulis. Hembusan angin dari hatiku membuatku tak dapat menyerap apa yang aku lihat. Sial! Siapa sih cowok itu? Kenapa senyuman itu membuat aku seperti ini? Aku kenapa? Langit seperti jatuh dan menimpa kepalaku, pusing!
***


nb: ini cerbung, mau dilanjutin ga? hehe 
please comment 
or mention me on twit @vera_sewuri

Wednesday, November 6, 2013

SORE



            Pandangan mataku tertutup embun yang membasahi kaca mobil. Hujan lebat sore ini amat sangat tidak terprediksi. Jalanan ibu kota tersendat habis-habisan. Hening dan dinginnya, membuatku memutar memori 10 tahun lampau...

*** 

            Aku dan seorang lelaki berambut lurus duduk berhadapan tanpa suara. Hati kami sedang tidak baik. Air mata hanya tinggal menunggu waktu untuk membasahi suasana malam ini. “Mama tetep sama prinsipnya” satu kalimat pembuka dari mulut lelaki berambut lurus dihadapanku. Sigap mataku melirik jemarinya yang sedikit gemetar. Aku tetap diam. Banyak kata yang ingin sekali meluncur dari bibirku, namun segan. 

            “Nya.. maafin aku” setengah jam waktu lelaki berambut lurus dihadapanku mengatakannya. Panggilan yang sudah 4 tahun aku sandang sebagai panggilan sayang darinya, Nyonya. “Kamu salah apa, Tuan?” Gemetar. Suaraku hampir tak terdengar olehnya. Beruntunglah lelaki yang selama 4 tahun aku panggil Tuan memiliki pendengaran yang baik. Amat sangat baik.

            “Aku harus pergi. Ini berat. Kamu tahu, bukan Cuma kamu yang sakit. Aku juga, Nya. Aku sakit.” Suaranya parau. Aku lamat menatap wajahnya. Meastikan ia tidak meneteskan air mata sedikitpun. Jika lelaki dihadapanku menangis, hancur sudah hidupku. Dia adalah segalanya. Segalanya yang tidak akan pernah terganti.

            Setengah jam berlalu kami lewati hanya dengan sesekali saling pandang. “Tuan boleh pergi. Nyonya ikhlas.” Ucapan dibibir yang sama sekali tidak sama dengan ucapan hati. Andai saja aku boleh berteriak, aku ingin memintanya kembali. Aku ingin Tuan-ku tetap disisiku, selamanya.

            Lelaki berambut lurus itu tetap diam. Ia menatapku tajam. Bola matanya berair. Sedang mataku sudah basah. Isakanku memenuhi suasana malam ini. Isakan yang terhenti tanpa sedikitpun disentuh oleh lelaki dihadapanku. Ini pertama kalinya ia membiarkan aku menangis terisak, sendiri. “Terima kasih.” Punggungnya perlahan menjauh. Isakku kembali. Namun ia tidak pernah kembali.

*** 

            Suara klakson membuyarkan lamunanku. Hujan mulai beranjak pergi. Aku membelokkan mobil ke sebuah resto dibilangan Jakarta Timur. Aku datang sedikit terlambat namun ternyata orang yang ingin ku temui belum juga datang. Aku duduk disalah satu sudut ruangan, memesan minuman untuk menunggunya. Lima belas menit waktuku menunggu sampai aku melihat sosok yang amat sangat aku rindukan. Lelaki berambut lurus dengan model rambutnya yang lebih dewasa daripada terakhir kali aku melihatnya. “Hai, sudah lama?” sapa lelaki itu sambil menyalamiku. Tanganku gemetar. “Lumayan” jawabku singkat.

            “Kamu naik apa tadi?” suaranya terdengar tegas. “Bawa mobil, kamu baru pulang kerja?” aku mencoba menimpali. “Siang udah balik sih, tadi anter istri dulu ke salon. Usaha sampingan..” suaranya mengecil. Aku tak berani menatap wajahnya, meski aku amat rindu. “Suami kamu apa kabar?” suaranya terdengar ragu-ragu. “Baik” jawabku singkat. Dua jam kami habiskan dengan membicarakan banyak hal, meski aku hanya mampu menatapnya sesekali. 

            “Eh, udah magrib. Kamu ngga sembahyang?” pertanyaan lelaki rambut lurus itu mengejutkanku. “Hmm.. iya nih mau magriban. Sekalian pulang aja kali ya, ngga enak nanti kamu kelamaan nunggu aku sholat” aku berusaha bertoleransi. Lelaki berambut lurus dihadapanku tersenyum, dengan senyum yang sama. “Ya udah yuk, kebetulan musholanya deket parkiran. Aku anter kamu sekalian.” Kami berjalan beriringan. Ia menggandeng tanganku. Rasa nyaman itu masih ada, namun keyakinan telah memisahkan kita.

END

nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

Sunday, October 20, 2013

mitos



Ternyata bener. Ngga boleh kasih baju kalo pacaran, nanti putus.
Jangan percaya mitos :’)
Tapi terbukti kan? :’/
Mau aku balikin bajunya?
Emang kalo bajunya balik, kamu juga balik?
*speechless*

Friday, October 11, 2013

KAMIS RANDOM



Kala itu, kamis yang super random buat gue. Gue mau dateng wisudaan pacar plus sahabat gue plus temen-temen seangkatan yang super banget deh ya. Tapi tempatnya tuh jauh, di JiExpo. Gue suka nonton sheila on 7 disini sih, tapi gue selalu nebeng, haha. Makanya dah hari itu bermodal nekat, gue berangkat juga.

Hasil nanya sana sini, rutenya tuh rempong banget. Gue mesti ke senen, trus naik angkot kemana gt, trus naik angkot lg baru dah sampe JiExpo. Gileee, akhirnya gue memutuskan untuk kesenen aja dulu. Sampe senen mungkin naik taxi saja ke JiExpo, gayaa. Haha

Gue berangkat emang terlalu santai sih ya, jam 8 lewat baru jalan. Mana lewat ciputat yang macet paraaah deh. Kapan ya ciputat ngga macet? :’(

Setelah melewati ciputat yang super itu, akhirnya gue putuskan buat naik P20 dari pasar jumat, soalnya kalo naik 76 feeling gue ngga enak. Lewat fatmawati kan ya tuh? Macetnyaaa gila banget pasti. Sialnya pas sampe jumat, P20 yang AC tuh penuh, berdiri deh gue. Dengan pasrah gue SMS ichem, gue ajakin bareng dari senen. Alhamdulillah dia mau. Yowes gue tenang tuh, tapi ternyata ke senen tuh jauh jugaa yaa. Kaga sampe-sampe gue, padahal gue naik P20 yang AC, yang lewat jalur busway, tetep aja lama banget. Sampe senen si ichem belom sampe, masih jauh lagi katanya. Kacau dah.

Trus si cybel *orang yang gue hubungin terus buat kasih tau situasi wisudaan* ngeWA gue, bilang kalo wisudanya udah selesai. Pacar gue juga SMS bilang kalo wisuda udah selesai. Sumpah panik banget gue. Trus gue bilang gue mau duluan, berhubung gue ngga bilang siapa-siapa kalo gue mau dateng ke wisudaan, gue takut ditinggal pulang ama anak-anak. Batal lah janjian sama ichem, gue nyari taxi sendirian. Dan ternyata, nyetop taxi tuh ngga semudah yang dibayangkan ya :’(

Kaga ada taxi yang kosong, penuh semua, kalopun kosong, udah ada yang pesen. Buseng dah gue makin panik, udah lirik-lirik angkot, eh ada supir bajaj samperin gue

“mau kemana neng?”
“JiExpo bang”
“Naik taxi mah bisa 40 sampe 45, mending naik bajaj, 20 aja deh”
“Sampe tempat ngga bang?”
“Yaiyalah”
“Jalan masuknya jauh ngga?”
“deket, kayak sini kesitu”
“macet ngga ya bang?”
“ngga lah, kan ngga lewat lampu merah”
“ya udah deh, yuk bang”

Gue akhirnya naik bajaj dengan anggun, terus ada SMS dari ichem.
“cuil, anak-anak udah pada mau pulang, gue balik lagi aja apa ya? Ngga ada ojeg juga nih”
“yah chem, dateng aja. Gue naik bajaj nih”
“Ya udah deh gue dateng”

Selama perjalanan gue sama sekali ngga tau itu dimana, parah deh gue ngga tau jalan sama sekali. Ichem tuh SMS terus nanyain gue lewat mana? Tapi gue ngga tau, gue pasrah ama abang bajaj. Dan abang bajajnya pun mampir dulu buat beli bensin :”””””)
Di sepanjang jalan abangnya ngajak ngobrol gue..

“dapet panggilan?”
“iya, hehe” *ngga fokus dan ngga denger abangnya ngomong apaan, haha*
“wah hebat, lulusan STAN apa darimana?”
“hah? Apaan bang? Saya mau dateng wisudaan temen”
“oh wisuda, emang sering sih ada wisuda disana”
“hehe iya”
“kampusnya dimana?”
“UNJ rawamangun”

Pas sampe gue langsung bayar dan lari ngibrit, takut banget udah pada pulang :””
Trus tiba” aja ada yang manggil gue
“cuiiilllll” 

Gue langsung nengok dan gue liat ichem turun dengan gagah dari ojeg, gue samperin dia dan dia malah sibuk buka helm. Gue mau bantuin tapi malah makin susah dibukanya, haha. Akhirnya abang ojegnya yang bukain, itu tuh romantis banget loh, haha ciee ichem :p

Setelah itu kita lariiiiii, larinya-pun ngga tau kemana, sumpah ini tuh random banget. Pas ketemu satpam baru deh kita tanya, pas dikasih tau kitapun ngga bisa lari, karena itu tempat elit banget ya, kaga enak aja gitu kita lari-larian, haha.

Pas udah sampe kita seperti masuk ke dalam lautan manusia berbaju hitam, sepanjang mata memandang hitam semua. Paraahhh.

Gue WA chybel katanya udah mau pulang. Buseng. Gue telpon pacar, dengan segala kemampuan akhirnya gue ketemu juga dengan pacar :) *tanpa bunga, bunganya nitip fajar dan fajar belom dateng :( 

Setelah ketemu pacar, gue nyari eky. Emang tujuan utama gue kan ketemu pacar ama eky. Eh si chybel malah udah kemobil aja, padahal kita lagi cecarian :(

Pas lagi nyari-nyari eh ketemu indira :) Trus ketemu tuti, ketemu fadli. Kita foto deh. Dan eky sama cybel sama baeti balik lagi buat ketemu kita, haha :D

Kita foto-foto trus ketemu mba dwi juga. Pas itu indi ama tuti buru-buru pulang :( ya udah deh kita Cuma foto bentar..

Trus gue telpon daniar, eh daniar udah mau pulang, udah di parkiran :( firdha juga udah pulang katanya, wiwit juga udah pulang. Sedih banget :’(

Trus pada pulang deh tuh semuanya :( ya udah kita foto-foto juga aja ama tika, kak lela dan ka rahman. Trus dengan sisa tenaga akhirnya kita duduk-duduk kece sambil nunggu fajar, ngga enak kan udah beli tapi ngga diambil. Pas udah duduk-duduk akhirnya fajar sampe, kita ambil bunga dan bertransaksi, haha. 




Sekarang tujuan gue ama ichem adalah sebar bunga, kalo fajar mah mau ketemu fe sama intan, sohib deketnya. 

Nah karena yang tersisa disana cuma kakak-kakak sama tika, ya udah bunganya kita kasih mereka. Trus tiap ketemu orang yang dikenal kita kasih aja bunganya, haha. Maklum, beli bunga banyak buat temen-temen sekelas tapi ngga kesampean :(

Trus di dalem juga masih ada rezki lagi nunggu foto wisuda, ya udah kita kasih juga bunga yang banyak ke rezki. Haha

Trus mata gue ama ichem keliling terus buat nyari temen yang dikenal, eh ketemu hana. Yaampun seneng banget deh bisa ketemu hana, kita kasih bunga trus foto-foto lama banget deh, rempong cyin. Haha

Pas lagi asik-asik foto ama hana, eh ada seonggok manusia raksasa lirik-lirik sambil mesam mesem ke gue, ternyata itu si bocah random ‘aditya wiguna’ haha ngga nyangka banget gue ketemu dia, akhirnya gue kasih bunga juga dia trus kita foto-foto deh. Haha

Nah, pas udah selesai gue ama ichem berniat kerumah eky buat kasih bunga, sekalian kan disana ada baeti juga. Tapi kita ngga tau jalan :’’D

Akhirnya cecarian, pas sampe depan kita liat pilihannya tuh ojeg, bajaj, taxi. Kita mikir kalo bajaj diacara kayak gini pasti minta mahal, ya udah taxi aja kali ya yaang udah pasti.

‘bang, ke mampang ya’
‘bisa neng, berani berapa?’ *gue horor dengernya*
‘hah? Berapa?’
‘iya, 150 gimana?’
‘hah? Gila. Ngga jadi deh’
‘ya udah nawarnya berapa neng?’
‘kaga jadi bang’

Gue ama ichem langsung kabur ke ojeg, haha. Ichem kan rajanya nawar, kebetulan dompet kita cekak parah, haha.
‘bang, ke senen berapa?’
’25 deh’
‘yah mahal banget’
‘jauh neng, muter. Senennya mana?’
‘terminal, 10 ribu ya? Tadi berangkat juga segitu’
‘ya berangkat kan lurus, kalo pulang muter’
‘ya udah 15’
‘berapa motor?’
‘dua lah’
‘jadi 30 ribu ya?’
‘iya’
Dua abang ojeg saling lirik dan akhirnya mereka mau mengangkut kita, haha
Disepanjang jalan gue diajak ngobrol terus sam abang ojegnya
‘dateng wisudaan kawannya?’
‘iya bang’
‘adek kuliah disana juga?’
‘iya, orang temen-temen sekelas’
‘oh, tapi lulusnya ngga bareng ya?’ *ini dalem*
‘iya bang, saya telat’
‘kampus manaa sih itu?’
‘UNJ rawamangun’
‘emang ambil apa?’
‘biologi’
‘guru dong?’
‘iya bang, insyaallah’
‘rumahnya dimana dek?’
‘di ciputat’
‘wah jauh dong’
‘iya, saya kos sih. Tapi karna semester akhir jadi ngga kos’

Sampe di senen pas gue turun dan selesai bayar, abangnya bahkan sempet bilang
‘hati-hati ya dek’ hhahaha

Sampe senen kita langsung naik P20 AC biar cepet lewat jalur busway, alhamdulillah dapet duduk.
‘chem, tadi lu diajak ngobrol ngga ama ojegnya?’
‘kaga. Lu ngobrol mulu ya? Gue denger tau’
‘haha iya, lu kejam sih nawarnya, abangnya jadi kaga ngobrol. Gue malah ngobrol mulu, ampe nanya rumah, haha’

Sampe rumah eky kita langsung hebring dah kasih bunga yang masih tersisa, sekeluarganya eky dapet semua, bahkan cybel juga kita kasih bunga. Haha

Segala ketuker muka emaknya eky ama encingnya, sama bener dah mukanya. Buseengg. Trus baeti juga pake acara nangis gara-gara gue :’( *maap ya baeti, ngga maksud ingetin hal itu sebenernya, Cuma penasaran kenapa baeti diem aja? :(

Di rumah eky tuh gue ama ichem kayak dementor, dikasih minum langsung abis, dikasih bakso plus nasi juga abis, gorengan abis, huahaha kelaperan paraahhhh.

Trus eky ngajar jam setengah 4, gue ama ichem ikutan pulang sedangkan baeti tetep nginep dirumah eky.

Pas pulang gue naik P20 AC lagi, haha. Berdiri dan dempet-dempetan, astaga. Tapi ampe trakindo sepi dan gue dapet duduk, haha.

Sampe lebak bulus gue langsung cari angkot keciputat. Gue kalo naaik angkot emang demennya ampe mentok pom bensin cimanggis kan ya, nah pas itu angkotnya udah kosong sebelum ampe pom bensin, si abang angkotnya nanya
‘turun dimana mba?’
‘depan aja bang, pom bensin’
‘kalo mau ikut ampe parakan ngga apa-apa’
‘hah? Serius nih?’
‘iya, saya mau pulang’
‘oh ya udah saya nebeng bang, daripada nungguin angkot ngetem’
‘emang rumahnya dimana?’
‘permata’
‘oh permata, saya mah di pocis. Tapi jemput istri dulu di parakan’
‘oh gitu’
‘emang permatanya dimana?’
‘di dalem bang, dikampungnya’
‘oh disana, tapi saya jemput istri saya ya. Dia mah kalo ngga dijemput mulutnya pedes banget’
‘haha iya bang gapapa ampe parakan’
‘iya, dia kerja di pabrik bakso’
‘hah? Pabrik bakso? Emang ada?’
‘ada mba, gede pabriknya’
‘haha saya ngga tau’
‘kerja mba?’
‘ngga, masih kuliah’
‘oh, udah nikah?’
‘hah? Belomlah. haha’
‘ya kali, temen saya ada tuh, udah nikah masih kuliah, kerja juga’
‘haha iya sih, tapi saya ngga mau bang’
‘bagus lah, pendidikan yang tinggi. Biar ngga susah kaya saya’
‘hehe iya bang’
‘saya mah dulu kalo tau kayak begini mah saya sekolah dah, padahal sekolah tinggal berangkat doang, kegedean malesnya sih saya mah. Makanya nih anak saya suruh pada sekolah yang rajin’
‘anaknya sekolah dimana bang?’
‘al inayah dua-duanya. SMP kan dua-duanya’
‘lah, udah gede amat anaknya. haha’
‘haha iya, saya mah udah tua mba. Saya pacaran 3 bulan doang langsung kawin’
‘hoo’
‘iya, padahal saya punya pacar tuh dulu. Tapi ngga ada kabar. Ya saya tinggal nikah aja. Pacar saya tuh kerja disingapur mba, lama banget, dua tahun dah. Pas saya udah nikah dia telpon ‘mas, aku arep mulih’ lah saya bingung, saya udah kawin, pulang-pulang dah, haha’
‘lah, trus gmn?’
‘ya udah ampe sekarang ga pernah ngomong, padahal saya tetanggaan dikampung. Makanya saya kalo pulang kampung ngga boleh sendiri, istri saya ngamuk dikiranya saya mau ketemu pacar saya, haha. Mba, asli mana?’
‘ngawi’
‘oalah, aku ponorogo, ngawi-ne neng ndi?’
‘durenan tau ngga?  haha’
‘oh ya tau, bapak mamamu neng permata?uwes suwi?’
‘iya, 30 tahun. haha’
‘lah, ngga bisa ngomong jawa dong? haha’
‘denger bisa, nyautnya yang susah. haha’
‘kalo istri saya sunda mba, saya juga heran. Emang dah jodoh mah ngga ada yang tau. Padahal saya pacaran ama pacar saya dari SMP tapi nikahnya ama yang laen, haha’
‘hah? Dari SMP?’
‘iya, biasa dah putus nyambung terus. Ampe pas disingapur tuh. Pernah saya pulang, dia juga ada dirumah, saya samperin aja buat minta maap, eh saya malah dilempar beras setampah. Haha.cewek mah kalo sakit hati gitu ya mba?’
‘haha, yaa gitu dah’ *seketika ikutan galau*
‘susah sih cewek mah, padahal dia juga udah punya 2 anak mba, masih marah aja ama saya. Tetangga 2 rumah doang padahal, yaampun deh. Saya mah kalo udah putus ya udah cari lagi juga pasti dapet, cewek mah gimana sih mikirnya mba?’
‘haha ya tergantung ceweknya sih bang’
‘hah susah emang dah pacaran kayak gitu mah, toh jodoh juga ngga ada yang tau. Kayak anak saya nih, yaampun pacaran mulu, ampe stres saya’
‘haha anak jaman sekarang mah susah emang’
Udah mau sampe parakan, gue kasih 10 ribu keabangnya, eh dibalikin goceng, abangnya baik banget dah, ahahaha
‘turun dipermata aja mba, istri saya ngga jadi dijemput katanya’
‘lah, beneran?’
‘iya’
Sampe di permata pun abangnya masih bawel aje.
‘makasih ya bang’
‘ya mba, main ke pocis kapan-kapan, haha’

Sampe rumah badan gue encok pegel linu, baru terasa deh tuh perjuangan gue seharian :’)