Friday, August 13, 2021

Untuk Apa


Malam ini aku mempunyai janji pada seorang lelaki.  Dia sudah enam bulan tidak terdengar beritanya tiba-tiba saja mengajakku berjumpa.  Apa dia rindu? Sayangnya rindu itu tidak ada dalam hatiku lagi. Setuju bertemu dengan dia malam ini hanyalah untuk berhubungan baik. 


Pukul tujuh lewat lima belas menit aku sampai di sebuah tempat makan ala sunda.  Aku memang orang sunda tapi makan ditempat seperti ini sebenarnya bisa dihitung jari. Lelaki itu sudah duduk dengan kemeja hitamnya yang selalu cocok.  "Maaf telat" kataku saat sampai di depan mejanya.  Ia menatapku dari atas kebawah.  Entah apa yang salah,  rasanya aku tidak memakai baju ondel-ondel sampai harus dilihat seperti itu.  "Andin? Ceria banget sekarang kamu" suaranya terdengar meledek.  Waktu bersama dia memang aku harus menggunakan pakaian serba gelap.  Dia tidak suka warna warni cerah. Aku duduk dan memesan makan karena perutku sudah berteriak minta jatah.  


"Kamu kenapa ngga pernah kontek aku lagi?" Dia kembali bertanya.  Aku diam tak tahu harus jawab apa.  "Kamu beneran udah lupain aku ya?" Dia tanya lagi. Kali ini aku menatap dia tajam. "Emang aku harus gimana,  Andre?" kataku ketus.  Dia tersenyum tipis.  Beberapa kali ia menghembuskan nafas panjang.  Aku masih menatapnya menunggu jawaban.  


"Aku pikir kamu bakal nungguin aku" dia menunduk.  Aku terkejut dengan ucapan dia.  Apa aku tidak salah dengar?  Nunggu?  Nunggu apa?  Dia sendiri sudah beberapa kali ganti pacar. "Kamu kan tahu aku ngga pernah serius kalo pacaran sama orang" Dia seperti dapat membaca pikiranku.  Aku diam dan mencoba makan dengan tenang.  Aku pikir bertemu dia dapat menyelesaikan sisa kenangan, ternyata aku dibuat rumit begini. 


"Maaf Andre, aku mana tau kamu itu serius atau ngga pacaran sama orang. Pas sama aku juga kamu bilangnya serius, tapi ujungnya aku diputusin juga" aku mencoba menjelaskan. Kisah rumit masa lalu jadi dihidangkan lagi disini. "Kamu kan tahu posisi aku. Aku ngga punya apa-apa. Aku belum bisa penuhin semua mau kamu. Aku miskin sedangkan kamu terlalu bergelimang harta" dia mulai lagi membahas masa lalu.  "Apa aku pernah minta materi sama kamu?  Aku cuma minta kamu serius hidupnya.  Kalo hubungan serius itu ujungnya nikah,  yang aku lihat hidup kamu penuh sama hobi dan temen-temen kamu yang belum mikirin masa depan.  Lagian buat apa sih kita bahas ini?  Kita kan udah selesai" kali ini aku sedikit emosi. Beberapa menit kita hanya saling diam dalam pikiran masing-masing.  


"Jujur aku mau kamu nunggu aku.  Nunggu aku sampai mampu seriusin kamu lagi" kali ini kata-kata dia sudah tidak masuk diakal.  Aku sudah harus pergi dari sini.  Meja ini bukan untuk hubungan baik,  meja ini seperti kaca spion yang terus menatap masa lalu.  "Maaf Andre,  aku pamit. Aku rasa ini sudah tidak perlu dibahas" aku meninggalkan Andre yang masih sibuk berputar di kenangan masa lalu.  



Tamat