Tuesday, August 25, 2020

Pamit

 ⁣

"Aku capek"⁣

Suaramu pelan terdengar benar-benar lelah. Aku yang di sampingmu masih berusaha sabar dengan semua yang terjadi hari ini. Tidak sepatah katapun aku menjawab. Aku tidak ingin ini menjadi seperti perang.⁣

"Kalo keluarga kamu memang ngga setuju, buat apa juga bertahan?"⁣

Bola matamu membesar dan menatapku tajam. Aku tidak sanggup menatap matamu yang sudah merah membara. Aku tahu posisimu sangat tidak enak namun mungkin kamu lupa kalau aku juga sedang berjuang. Aku masih tidak bisa menjawab semua emosimu. Beberapa kali aku mencoba mengusap punggungmu yang memanas namun urung. Rasanya takut jika punggungmu justru menjauh. ⁣

"Sebaiknya kamu terima saja takdir yang mereka ciptakan"⁣

Kali ini kamu mengeluarkan botol minum dan membasuh wajahmu yang sudah sangat panas. Air mataku datang tanpa bisa di cegah. Semua kata-katamu terdengar pasrah dan menyerah. Hubungan kita bukan sesuatu yang baru, masalah kita sudah bertahun-tahun terjadi. Kamu terlihat lupa kalau kita pernah berjanji untuk selalu berjuang bersama. Kamu terlihat tak mampu menjalani kisah rumit ini terus menerus walau aku selalu menemani. ⁣

"Aku pikir kamu tidak selemah ini"⁣

Suaraku bercampur isak tangis. Rasanya sesak dan tak mampu bergerak. Jalan berliku ini tampaknya harus berakhir. Mimpi indah hidup dan menghabiskan sisa umur denganmu nyatanya harus di hapus tanpa menunggu lagi. Wajahmu masih terlihat namun rasanya rindu, rindu sekali dengan semangatmu memperjuangkan kisah kita. Ragamu masih di sampingku namun terasa amat jauh sampai tanganku tak mampu meraihnya.⁣

"Orang tua kamu jauh lebih penting daripada aku. Aku pamit"⁣

Jalanmu sangat cepat dengan kaki jenjangmu. Aku lihat bibirmu tersenyum sekilas lalu bayangmu pun tak mampu ku lihat lagi. Air mataku berhenti, ia ikut pergi dengan semua memori suka duka perjuangan kita. ⁣

@30haribercerita #30haribercerita #30HBC2009 #fiksi

No comments:

Post a Comment