Wednesday, July 10, 2019

PATAH (7)



          Malam kesekian setelah menyandang status jomblo, aku sering menghabiskan waktu di teras. Menikmati udara malam dengan secangkir teh hangat di tambah berselancar di dunia maya. Dunia maya sering membuatku senyum-senyum sendiri dengan jokes-jokes konyol akun receh. Dunia maya malam ini berbeda, aku mendapati akun Obi muncul dengan postingan terbaru yang menusuk jantung. Postingan berisi foto dia bersama seorang wanita dan dikomentari oleh wanita yang ia tag "akhirnya di post setelah berbulan-bulan di simpan" aku membaca komentar itu berulang kali. Tulisannya tetap sama, tidak ada yang berubah. Artinya, aku selama ini di selingkuhi tanpa aku tahu. Astaga... Aku melempar ponselku ke meja dan menatap langit luas, mencari jawaban atas segala kebodohanku.
          "Masih aja galauin orang yang sama?" suara Bang Ramzy mengejutkan aku yang masih menatap langit. "Aku ngga siap aja nerima kenyataan yang menjijikan ini" suaraku serak nyaris menangis tapi aku berusaha menahannya. "Ya udah gue temenin deh kalo lu mau ngeluarin unek-unek lu" Bang Ramzy duduk di sampingku dan menyalakan rokoknya. "Aku ngga kuat sama asep rokok Bang, aku masuk aja ya" aku beranjak dari dudukku namun Bang Ramzy menarik tanganku. "Eh jangan dong, ya udah deh gue ngga ngerokok. Kita jajan aja gimana? Lu suka jajan apa? Yok gue jajanin" Bang Ramzy terdengar tulus. "Es krim" jawabku jujur dan kami berjalan menuju kedai es krim dekat rumah. Sepanjang jalan justru Bang Ramzy yang banyak bercerita, ia cerita tentang kuliahnya yang menyenangkan dan bertemu teman-teman yang asik. Bang Ramzy mencoba mengalihkan fokusku agar tidak sedih lagi. 
           "Bang Ramzy skripsinya udah sampai mana?" tanyaku asal saat pesanan es krim kita sudah datang. "Masih bab 1, susah banget cari materi di bidang seni. Udah gitu sumber minimal 5 tahun kebelakang, yang jadul-jadul udah ngga dipake sama dosen pembimbing gue" Bang Ramzy berkeluh-kesah. Mendengar Bang Ramzy bercerita seperti melihat Bang Indra. Wajahnya saja mereka terlihat dewasa, saat mengeluarkan isi hati langsung terlihat aslinya seperti apa. "Rully tuh udah mau seminar proposal, dia gitu-gitu kalo masalah kuliah ngga main-main. Serius banget!" Bang Ramzy memuji temannya. Aku terkejut juga dengan fakta Bang Rully, yang aku tahu Bang Rully itu yang paling lucu dan senang bercanda.
         Perjalan pulang kerumah jalanan mulai ramai, oleh motor lalu-lalang. Beberapa kali aku nyaris di senggol motor yang lewat, akhirnya Bang Ramzy menggandeng tanganku agar jalanku tidak terlalu jauh darinya. Awalnya aku merasa biasa saja, Bang Ramzy sama seperti Bang Indra yang menjaga adiknya. Setelah sampai rumah dan ia melepas genggaman tangannya aku baru merasa aneh, rasanya ingin di genggam terus oleh Bang Ramzy. Perasaan macam apa ini? 

No comments:

Post a Comment