Thursday, July 18, 2019

PATAH (10)



          Dua jam lebih aku duduk di kedai kopi bersama Bang Ramzy. Topik tentang Papa mau menikah lagi tidak kami bahas panjang, kami lebih banyak membahas hal-hal menyenangkan. "Kalo ada konser jazz aku pengen nonton deh, Bang Indra ngga pernah mau ngajak aku. Kata Bang Indra aku tuh masih anak kecil, huft.." aku mengeluh setelah Bang Ramzy bilang kalau dia punya banyak teman yang sudah sering manggung dari satu kota ke kota lain. "Yaa kapan-kapan lu gue ajak deh, Bi" katanya. Aku terkejut, selain karena ajakannya juga karena panggilannya padaku. "Bi?" tanyaku. Bang Ramzy tersenyum manis. "Bintang" jawabnya singkat. Aku menatap tajam wajah Bang Ramzy seperti tidak percaya. "Gue mulai sekarang manggil lu Bintang aja ya, lebih dewasa dan bercahaya. Kalo Rara tuh emang terdengar kayak anak-anak" Bang Ramzy menjelaskan dengan santai sedangkan hati aku sudah porak-poranda. Muka aku pasti sudah sangat merah. "Ada yang panggil lu Bintang selain gue?" tanyanya. Aku menggeleng mantap. "Bagus, berarti gue spesial dan satu-satunya ya" ia tersenyum lagi. Rasanya jantungku mau lepas!
          Sepanjang perjalanan pulang pikiranku campur aduk. Awalnya memikirkan Papa yang mau menikah lagi, lalu panggilan baru yang spesial dari Bang Ramzy. "Pegangan, Bi. Nanti kalo lu jatoh, gue yang babak belur di habisin Indra" katanya sambil menarik tanganku. Aku yang sedang tidak karuan segera memeluk Bang Ramzy. "Makasi ya, Bang" kataku. "Santai, kalau butuh temen ngobrol gue selalu siap buat lu. Gue kan sayang sama lu, Bi" katanya sambil memegangi tanganku lembut. Aku tidak tahu lagi bagaimana cara memulihkan hatiku yang sudah tidak karuan ini.
           "Kemana aja sih, Ra? Bikin panik aja" Bang Indra sudah menungguku di teras rumah. Aku hanya menatap Bang Indra lekat-lekat, aku tidak tahu harus menjawab apa. "Tenang, Ndra. Dia ama gue kok daritadi" Bang Ramzy memegang  bahu Bang Indra untu menenangkan. Aku segera masuk kamar, aku tidak peduli dengan apa yang ada di pikiran Bang Indra. Bang Indra terlihat bahagia bertemu Tante Lintang, Bang Indra seperti mendukung kalau Papa ingin menikah lagi. "Lu bawa kemana adek gue?" tanya Bang Indra. "Ngopi, dia masih kaget bokap lu ngenalin temen deket secara tiba-tiba gitu. Dia cuma butuh waktu kok! Gue balik ya" Bang Ramzy menjelaskan dan segera pulang. Bang Indra baru tersadar bahwa adiknya pasti belum siap dengan hadirnya sosok baru di keluarga, karena bagi Rara almarhumah mama dan Tante Linda adalah sebaik-baiknya seorang ibu. Rara tidak akan siap dengan orang lain yang akan menjadi mama barunya. 

No comments:

Post a Comment