Thursday, May 9, 2013

Jangan pergi!

 

          Kamu datang dengan setangkai bunga mawar merah ditangan kananmu. Senyumku mengembang diiringi debar jantung yang bernada. Aku meraih bunga itu dan kamu mengecup keningku dengan mesra. Kehangatan menjalar dari kening hingga hati. Kamu membelai mesra rambutku dan mengucapkan ‘aku sayang kamu’ yang terdengar tulus.

            Keringatmu menunjukkan betapa lelahnya ragamu, namun aroma tubuhmu tak pernah alfa membuatku merasa tentram. Kamu duduk setengah tidur di sofa berwarna perak tepat diampingku. Tangamu mencoba menggenggam tangaku yang sibuk memegangi bunga mawarmu. Hangat. Hangat. Sangat hangat.

            Matahari semakin semangat untuk pulang kealamnya dan membuat suasana menjadi tenang. Kamu masih memegangi tanganku dan sesekali mengecupnya mesra. Sorot matamu memancarkan keindahan cinta dan aku menerimanya dengan tulus. Cinta kita yang memang tanpa syarat.

            Pelukan hangat itu kamu berikan lagi di senja ini. Pelukan tanda rindu. Pelukan yang selalu saja membuatku ingin selalu berada disampingmu. Pelukan yang membuatku merasa cinta ini akan sempurna jika kamu selalu melakukannya hanya denganku.

            ‘pip pip’ suara pesan masuk dari ponselnya membuat kehangatan hilang seketika. Deru nafasku semakin menguat, seolah oksigen dan karbon dioksida sedang berebut ruang di paru-paru. Kamu menatapku dengan pandangan menyesal. Gigiku terdengar bergemerutuk kencang. ‘Maaf sayang, dia sudah menunggu aku’ kamu memegang pipiku. Sentuhanmu kini tak lagi hangat. Sentuhanmu terasa dingin akibat besi yang melingkar dijemarimu tak sengaja menyentuh pipiku.
 

*dari blognya si Muhammad Yusuf Habibi di sini.*

            Kamu mengenakan jaket kulitmu dan memelukku lagi. Mengecup keningku dan mengambil kunci motormu. Aku meraih tanganmu dengan cepat. Menarikmu lagi. Memelukmu dan tak mau melepaskanmu. ‘Sayang, aku harus pulang’ ucapnya sambil terus membelai rambutku. ‘Kalau aku ngga bisa miliki kamu seutuhnya, dia juga ngga boleh!’ ucapku tegas. Darah segar telah mengalir deras dari goresan tipis yang kubuat dilehernya.

END


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

6 comments:

  1. nyess... :D ditambah ilustrasinya dari habibi :D

    ReplyDelete
  2. lagi nunggu komen yang empunya gambar, kalo dia suka baru lanjut gambar berikutnya. hehe

    ReplyDelete
  3. untung cuma fiktif ya? fiuuh..

    ReplyDelete
  4. iya lah, kalo beneran horor guenya :D

    ReplyDelete
  5. kenapa aku taunya telat :3 hehe oke, bentar ver. santai. ~ jangan buru buru ;)

    ReplyDelete
  6. huahaha ngefans nih gue ama gambar" lu, kalo mau pake bayar royalti ngga? huhaahaa

    ReplyDelete