Thursday, October 13, 2011

Masalah belajar internal dan eksternal

 


            Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa di cermati ketika kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan social. Lingkungan social yang berada di sekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar.
            Begitu pula dengan masalah-masalah belajar ada yang bersifat internal dan adapula masalah yang bersifat eksternal.
1.      Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau factor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:
a.       Kesehatan
b.      Rasa aman
c.       Factor kemampuan intelektual
d.      Factor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e.       Motivasi
f.       Kematangan untuk belajar
g.      Usia
h.      Jenis kelamin
i.        Latar belakang social
j.        Kebiasaan belajar
k.      Kemampuan mengingat
l.        Dan kemampuan pengindraan seprti melihat, mendengar atau merasakan.
            Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut:
Ita gadis cilik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun, ketika ujian sumatif, hasil ulangan Ita tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Ita di kelas turun secara drastic, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan. Ita tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid.
            Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan masalah-masalah belajar internal dapat bersifat: 1) biologis dan 2) psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dsb. Sementara hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konstelasi psikis yang berwujud emosi dan gangguan psikis.
2.      Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa sendiri atau factor-faktor eksternal yang  menyebabkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Factor eksternal adalah factor yang datang dari luar diri siswa, seperti:
a.       Kebersihan rumah
b.      Udara yang panas
c.       Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d.      Alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e.       Lingkungan social maupun lingkungan alamiah
f.       Kualitas proses belajar mengajar.

            Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut:
Talia seorang gadis cilik duduk di kelas III SD. Ia termasuk salah seorang dari sejumlah anak di kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia ditertawakan oleh teman-temannya. Gurunya hanya membiarkannya saja dan mengalihkan giliran kepada murid lain. Akibatnya, talia selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Talia selalu dimarahi karena dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang duduk di kelas II. Pada kasus ini tampaknyalebih menekankan pada pengaruh lingkungan, ketinggalan Talia dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan oleh “rasa takut” dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang tidak mendorong Talia untuk belajar.
Belajar sangat dipengaruhi oleh factor-faktor internal maupun eksternal:
A.    Faktor Internal
Factor internal adalah factor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani maupun rohani siswa.
Factor internal dibedakan menjadi:
1.      Factor fisiologis
Factor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang, misalnya tentang fungsi organ-organ, dan susunan-susunan tubuh yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Factor fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a.       Tonus (kondisi) badan
Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Keadaan jasmani yang optimal akan berbeda sekali hasil belajarnya bila dibandingkan dengan keadaan jasmani lemah. Sehubungan dengan keadaan/kondisi jasmani tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
·         Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi).
a.       Tubuh yang kekurangan gizi dan makanan, akan mengakibatkan merosotnya kondisi jasmani. Sehingga, menyebabkan seseorang dalam kegiatan belajarnya menjadi cepat lesu, mengantuk, dan tidak ada semangat untuk belajar. Pada akhirnya siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang di harapkan.
·         Beberapa penyakit ringan di derita
Dapat berupa pilek, sakit gigi, batuk, dan lain sejenisnya. Semua itu tentu akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
b.      Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar disini adalah fungsi-fungsi panca indera, panca indera yang memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata dan telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan dari guru, tidak mungkin dapat diterima oleh anak didik. Jadi, siswa tidak dapat menerima dan memahami bahan-bahan pelajaran, baik yang langsung disampaikan oleh guru, maupun melalui buku bacaan.
2.      Factor psikologis
Factor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa.
Factor psikologis dapat dibedakan menjadi:
a.       Bakat
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai keberhasilan. Bakat anak akan mulai tampak sejak ia dapat berbicara atau sudah masuk Sekolah Dasar (SD). Bakat yang dimiliki anak tidak sama. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Jadi, merupakan hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan atau keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya. Dengan tidak adanya factor penunjang dan usaha untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut lama-kelamaan akan punah. Untuk berhasilnya kegiatan belajar yang telah didasari atas bakat tersebut, harus ada factor penunjang. Diantaranya, fasilitas untuk sarana, pembiayaan, dan dorongan moral dari orang tua serta minat yang dimiliki.
b.      Minat
Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau  keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam minat, ada dua hal yang harus diperhatikan:
·         Minat pembawaan
Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh factor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan.
·         Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar.
Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh lingkungan dan kebutuhan. Spesialisasi bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika bidang studi yang tidak sesuai dengan minatnya, tidak mempunyai daya tarik baginya.
c.       Inteligensi
Inteligensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Kemampuan dasar yang tinggi pada anak, memungkinkannya dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan masalah persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya, tingkat kemampuan dasar yang rendah dapt mengakibatkan murid mengalami kesulitan dalam belajar.
d.      Motivasi
Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk interes pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
B.     Faktor Eksternal
Factor eksternal adalah factor yang timbul dari luar diri siswa. Factor eksternal dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1.      Factor social
Factor social dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
a.       Lingkungan keluarga
·         Orang tua
Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan peringatan dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Orang tua berkewajiban member pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah. Apabila semangat belajar anak lemah, kemudian orang tua memanajakan anaknya, maka ketika masuk sekolah, ia akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Demikian juga orang tua yang mendidik anaknya terlalu keras, maka anak tersebut akan menjadi takut, tidak supel dalam bergaul, dan mengisolasi diri.
·         Suasana rumah
Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar. Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
·         Kemampuan ekonomi keluarga
Hasil belajar yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan juga alat-alat yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku bacaan. Sedangkan sebagian besar, alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya itu secara memuaskan.
             Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan menanggung resiko yang tidak diharapkan.
·         Latar belakang kebudayaan
Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik, agar mendorong anak untuk belajar.
b.      Lingkungan guru
·         Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Dan menyebabkan anak didik merasa ada distansi (jarak) dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
·         Hubungan antar murid
Guru yang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas semacam ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Maka, guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam belajar bersama, agar kondisi belajar individual siswa dapat berlangsung dengan baik.
·         Cara penyajian bahan pelajaran
Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
c.       Lingkungan masyarakat
·         Teman bergaul
Pergulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena prilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular pada anak lain.
·         Pola hidup lingkungan
Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya, akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar.
·         Kegiatan dalam Masyarakat
Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihn, tentu akan menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.
·         Mass media
Mass media adalah sebagai salah satu factor penghambat dalam belajar. Misalnya, bioskop, radio, TV, membaca novel, majalah yang tidak dibertanggung jawabkan dari segi pendidikan. Sehingga, mereka akan lupa akan tugas belajarnya. Maka dari itu, buku bacaan, video-kaet, majalah, dan mass media lainnya perlu diadakan pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan teliti.
2.      Faktor non-sosial
Factor non-sosial dapat dibedakan menjadi :
a.       Sarana dan prasarana sekolah
·         Kurikulum
System instruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka, guru perlu mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual.
·         Media pendidikan
Dapat berupa buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, computer, layanan internet, dan lain sebagainya. Pada umumnya, sekolah masih kurang memiliki media tersebut, baik dalam jumlah maupun kualitas.
·         Keadaan gedung
Dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Factor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa. Keadaan gedung yang sudah tua dan tidak direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang.
·         Sarana belajar
Sarana yang terdapat di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Perpustakaan yang tidak lengkap, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang darurat atau tidak lengkap, dan tempat praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya akan juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap tidak diikuti dengan system pelayanan ramah. Contohnya, pegawai perpustakaan yang cenderung tidak ramah, dan tidak membantu, peraturan-peraturan yang tidak memberikan layanan yang jelas terhadap pemakai sarana, sikap arogan petugas yang menganggap bahwa pusat-pusat layanan itu adalah miliknya karena ia mempunyai otoritas.
b.      Waktu belajar
Karena keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, maka ada siswa yang harus terpaksa sekolah di siang dan sore hari. Waktu di mana anak-anak harus beristirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari. Sebab, pikiran mereka masih segar, dan jasmani dalam kondisi baik. Karena belajar di pagi hari, lebih efektif daripada belajar di waktu lainnya.
c.       Rumah
Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa.
d.      Alam
Dapat berupa keadaan-keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siwa pun akan kurang optimal.

C.    Cara Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya
      Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya.
      Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sitematis dan terarah dengan langkah-langkah:
1.      Mengidentifikasi adanya masalah belajar
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat keterampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar, akan semakin terampil guru melakukan diagnosis masalah belajar. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai macam bentuk, biasanya muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu teman, merusak alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
2.      Menelaah/menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
a.       Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan olah murid
b.      Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan tehnik dan alat penilaian yang tepat.
c.       Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu
3.      Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
a.       Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
b.      Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
c.           Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.
       
      

1 comment: