Secara umum kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu antara lain, pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan sekitar proses pembelajaran memberi pengaruh bagi proses belajar. Kedua, suasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan memberi pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa di cermati ketika kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan social. Lingkungan social yang berada di sekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar.
Begitu pula dengan masalah-masalah
belajar ada yang bersifat internal dan adapula masalah yang bersifat eksternal.
1. Masalah
belajar internal adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau
factor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar.
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri anak itu
sendiri, seperti:
a. Kesehatan
b. Rasa
aman
c. Factor
kemampuan intelektual
d. Factor
afektif seperti perasaan dan percaya diri
e. Motivasi
f. Kematangan
untuk belajar
g. Usia
h. Jenis
kelamin
i.
Latar belakang social
j.
Kebiasaan belajar
k. Kemampuan
mengingat
l.
Dan kemampuan
pengindraan seprti melihat, mendengar atau merasakan.
Contoh dari masalah belajar internal
dapat dilihat dari kasus berikut:
Ita
gadis cilik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil
ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun,
ketika ujian sumatif, hasil ulangan Ita tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan
dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Ita di kelas
turun secara drastic, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas
dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap
rangsangan. Ita tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti
dari berbedanya hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis
di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada
setiap murid.
Dengan pemahaman di atas maka dapat
dikemukakan masalah-masalah belajar internal dapat bersifat: 1) biologis dan 2)
psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang
bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dsb.
Sementara hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis
seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konstelasi psikis yang berwujud emosi dan
gangguan psikis.
2. Masalah
belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa
sendiri atau factor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurangberesan siswa dalam
belajar. Factor eksternal adalah factor yang datang dari luar diri siswa,
seperti:
a. Kebersihan
rumah
b. Udara
yang panas
c. Ruang
belajar yang tidak memenuhi syarat
d. Alat-alat
pelajaran yang tidak memadai
e. Lingkungan
social maupun lingkungan alamiah
f. Kualitas
proses belajar mengajar.
Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari
kasus berikut:
Talia seorang gadis
cilik duduk di kelas III SD. Ia termasuk salah seorang dari sejumlah anak di
kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran membaca, ia
menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia ditertawakan oleh
teman-temannya. Gurunya hanya membiarkannya saja dan mengalihkan giliran kepada
murid lain. Akibatnya, talia selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah,
Talia selalu dimarahi karena dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang
duduk di kelas II. Pada kasus ini tampaknyalebih menekankan pada pengaruh
lingkungan, ketinggalan Talia dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan
oleh “rasa takut” dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang
tidak mendorong Talia untuk belajar.
Belajar sangat
dipengaruhi oleh factor-faktor internal maupun eksternal:
A.
Faktor
Internal
Factor
internal adalah factor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani
maupun rohani siswa.
Factor
internal dibedakan menjadi:
1. Factor
fisiologis
Factor
fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani
seseorang, misalnya tentang fungsi organ-organ, dan susunan-susunan tubuh yang
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.
Factor fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi
2 macam, yaitu:
a. Tonus
(kondisi) badan
Kondisi jasmani
pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Keadaan jasmani
yang optimal akan berbeda sekali hasil belajarnya bila dibandingkan dengan
keadaan jasmani lemah. Sehubungan dengan keadaan/kondisi jasmani tersebut, maka
ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
·
Cukupnya nutrisi (nilai
makanan dan gizi).
a. Tubuh
yang kekurangan gizi dan makanan, akan mengakibatkan merosotnya kondisi
jasmani. Sehingga, menyebabkan seseorang dalam kegiatan belajarnya menjadi
cepat lesu, mengantuk, dan tidak ada semangat untuk belajar. Pada akhirnya
siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang di harapkan.
·
Beberapa penyakit
ringan di derita
Dapat berupa
pilek, sakit gigi, batuk, dan lain sejenisnya. Semua itu tentu akan mempengaruhi
hasil belajar siswa.
b. Keadaan
fungsi-fungsi fisiologis tertentu.
Keadaan
fungsi-fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar disini
adalah fungsi-fungsi panca indera, panca indera yang memegang peranan penting
dalam belajar adalah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata dan telinga
kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan dari guru, tidak mungkin
dapat diterima oleh anak didik. Jadi, siswa tidak dapat menerima dan memahami
bahan-bahan pelajaran, baik yang langsung disampaikan oleh guru, maupun melalui
buku bacaan.
2. Factor
psikologis
Factor psikologis
adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa.
Factor
psikologis dapat dibedakan menjadi:
a. Bakat
Bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai keberhasilan. Bakat anak
akan mulai tampak sejak ia dapat berbicara atau sudah masuk Sekolah Dasar (SD).
Bakat yang dimiliki anak tidak sama. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Jadi, merupakan hal
yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk
menyekolahkan anaknya pada jurusan atau keahlian tertentu tanpa mengetahui
terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya. Dengan tidak adanya factor
penunjang dan usaha untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut lama-kelamaan
akan punah. Untuk berhasilnya kegiatan belajar yang telah didasari atas bakat
tersebut, harus ada factor penunjang. Diantaranya, fasilitas untuk sarana,
pembiayaan, dan dorongan moral dari orang tua serta minat yang dimiliki.
b. Minat
Minat adalah
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam minat, ada dua hal yang harus
diperhatikan:
·
Minat pembawaan
Minat ini muncul
dengan tidak dipengaruhi oleh factor-faktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan.
·
Minat yang muncul
karena adanya pengaruh dari luar.
Minat seseorang
bisa saja berubah karena adanya pengaruh lingkungan dan kebutuhan. Spesialisasi
bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan
sebaik-baiknya. Sebaliknya, jika bidang studi yang tidak sesuai dengan
minatnya, tidak mempunyai daya tarik baginya.
c. Inteligensi
Inteligensi
adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Kemampuan dasar yang tinggi pada
anak, memungkinkannya dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan
masalah persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat, dan berhasil. Sebaliknya,
tingkat kemampuan dasar yang rendah dapt mengakibatkan murid mengalami
kesulitan dalam belajar.
d. Motivasi
Motivasi adalah
keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Fungsi
motivasi adalah mendorong seseorang untuk interes pada kegiatan yang akan
dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai,
dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi
yang baik dalam belajar, akan menunjukkan hasil belajar yang baik.
B. Faktor Eksternal
Factor
eksternal adalah factor yang timbul dari luar diri siswa. Factor eksternal dibagi
menjadi dua macam, yaitu:
1. Factor
social
Factor social
dibagi menjadi beberapa lingkungan, yaitu:
a. Lingkungan
keluarga
·
Orang tua
Dalam kegiatan
belajar, seorang anak perlu diberi dorongan dan peringatan dari orang tua.
Apabila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Orang
tua berkewajiban member pengertian dan dorongan serta semaksimal mungkin
membantu dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi anak di sekolah.
Apabila semangat belajar anak lemah, kemudian orang tua memanajakan anaknya,
maka ketika masuk sekolah, ia akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab
dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Demikian juga orang tua yang mendidik
anaknya terlalu keras, maka anak tersebut akan menjadi takut, tidak supel dalam
bergaul, dan mengisolasi diri.
·
Suasana rumah
Hubungan antar
anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku, dan
tegang dalam keluarga, yang menyebabkan anak kurang bersemangat untuk belajar.
Sedangkan suasana rumah yang akrab, menyenangkan dan penuh kasih sayang, akan
memberikan dorongan belajar yang kuat bagi anak.
·
Kemampuan ekonomi
keluarga
Hasil belajar
yang baik, tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan
keterangan-keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan
juga alat-alat yang memadai, seperti buku, pensil, pena, peta, bahkan buku
bacaan. Sedangkan sebagian besar, alat-alat pelajaran itu harus disediakan
sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya
kurang memadai, sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
anaknya itu secara memuaskan.
Apabila
keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan
menanggung resiko yang tidak diharapkan.
·
Latar belakang
kebudayaan
Tingkat
pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga, akan mempengaruhi sikap anak dalam
belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik, agar
mendorong anak untuk belajar.
b. Lingkungan
guru
·
Interaksi guru dan
murid
Guru yang kurang
berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar
kurang lancar. Dan menyebabkan anak didik merasa ada distansi (jarak) dengan
guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
·
Hubungan antar murid
Guru yang bisa
mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam
kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Suasana kelas semacam
ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Maka, guru harus mampu
membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam belajar bersama,
agar kondisi belajar individual siswa dapat berlangsung dengan baik.
·
Cara penyajian bahan
pelajaran
Guru yang hanya
bisa mengajar dengan metode ceramah saja, membuat siswa menjadi bosan,
mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif, adalah guru yang
berani mencoba metode-metode baru, yang dapat membantu dalam meningkatkan
kondisi belajar siswa.
c. Lingkungan
masyarakat
·
Teman bergaul
Pergulan dan
teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan
sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai
mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena
prilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular pada anak lain.
·
Pola hidup lingkungan
Pola hidup
tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh
besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi
masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dan anak-anak pengangguran misalnya,
akan sangat mempengaruhi kondisi belajar anak, karena ia akan mengalami
kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat
belajar.
·
Kegiatan dalam Masyarakat
Kegiatan dalam
masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya.
Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihn, tentu akan menghambat
kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.
·
Mass media
Mass media
adalah sebagai salah satu factor penghambat dalam belajar. Misalnya, bioskop,
radio, TV, membaca novel, majalah yang tidak dibertanggung jawabkan dari segi
pendidikan. Sehingga, mereka akan lupa akan tugas belajarnya. Maka dari itu,
buku bacaan, video-kaet, majalah, dan mass media lainnya perlu diadakan
pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan teliti.
2. Faktor
non-sosial
Factor
non-sosial dapat dibedakan menjadi :
a. Sarana
dan prasarana sekolah
·
Kurikulum
System
instruksional sekarang menghendaki, bahwa dalam proses belajar mengajar yang
dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka, guru perlu mendalami dengan baik dan
harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar
secara individual.
·
Media pendidikan
Dapat berupa
buku-buku di perpustakaan, laboratorium, LCD, computer, layanan internet, dan
lain sebagainya. Pada umumnya, sekolah masih kurang memiliki media tersebut,
baik dalam jumlah maupun kualitas.
·
Keadaan gedung
Dengan banyaknya
jumlah siswa yang membludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang.
Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Factor ini tentu akan
menghambat lancarnya kondisi belajar siswa. Keadaan gedung yang sudah tua dan
tidak direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih
kurang.
·
Sarana belajar
Sarana yang
terdapat di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Perpustakaan
yang tidak lengkap, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang darurat
atau tidak lengkap, dan tempat praktikum yang tidak memenuhi syarat, tentu akan
mempengaruhi kualitas belajar, dan pada akhirnya akan juga mempengaruhi hasil
belajar siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap tidak diikuti
dengan system pelayanan ramah. Contohnya, pegawai perpustakaan yang cenderung
tidak ramah, dan tidak membantu, peraturan-peraturan yang tidak memberikan
layanan yang jelas terhadap pemakai sarana, sikap arogan petugas yang
menganggap bahwa pusat-pusat layanan itu adalah miliknya karena ia mempunyai
otoritas.
b. Waktu
belajar
Karena
keterbatasan gedung sekolah, sedangkan jumlah siswa banyak, maka ada siswa yang
harus terpaksa sekolah di siang dan sore hari. Waktu di mana anak-anak harus
beristirahat, tetapi harus masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil
mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari. Sebab, pikiran mereka
masih segar, dan jasmani dalam kondisi baik. Karena belajar di pagi hari, lebih
efektif daripada belajar di waktu lainnya.
c. Rumah
Kondisi rumah
yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak
memiliki sarana umum untuk kegiatan anak, akan mendorong siswa untuk
berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi
rumah dan perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan
belajar siswa.
d. Alam
Dapat berupa
keadaan-keadaan cuaca yang tidak mendukung anak untuk melangsungkan proses
belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siwa pun akan
kurang optimal.
C.
Cara
Mendiagnosa Masalah Belajar dan Mengatasinya
Yang dimaksud dengan proses mendiagnosis
adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis
masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya
kesulitan belajar pada muridnya.
Diagnosis masalah belajar dilakukan secara
sitematis dan terarah dengan langkah-langkah:
1. Mengidentifikasi
adanya masalah belajar
Untuk
mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat keterampilan khusus,
sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif.
Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar, akan
semakin terampil guru melakukan diagnosis masalah belajar. Gejala-gejala
munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai macam bentuk, biasanya
muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunnya
hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk
seperti: suka mengganggu teman, merusak alat pembelajaran, sukar memusatkan
perhatian, sering termenung, menangis, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
2. Menelaah/menetapkan
status siswa
Penelaahan
dan penetapan status murid dilakukan dengan cara:
a. Menetapkan
tujuan khusus yang diharapkan olah murid
b. Menetapkan
tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan tehnik dan
alat penilaian yang tepat.
c. Menetapkan
pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang
ditetapkan itu
3. Memperkirakan
sebab terjadinya masalah belajar
Membuat
perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya
sangat dipengaruhi oleh berbagai factor. Beberapa prinsip yang harus diingat
dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
a. Gejala
yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda
b. Sebab
yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda
c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang
dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.
nice post gan (y)
ReplyDelete