INVENTARISASI JENIS-JENIS MAMMALIA DI
JALUR KANOPI DAN JALUR CIKAWENI, PUSAT PENDIDIKAN KONSERVASI ALAM BODOGOL,
TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO, SUKABUMI, JAWA BARAT
Rizky
Malihah, Vera Septiana Wulan Sari, Wiwit Yuliyanti Lestari1
1Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas
Negeri Jakarta
Abstract
The purpose of this research
is to know the variety of mammalia in Canopy Track and Cikaweni Track, Gunung
Gede Pangrango Nasional Park, West Java. This research was done for two days.
On November 4th 2010, the
research was done in Canopy Track from
7.30 pm until 10 pm. And then on November 5th 2010, the research was done in
Cikaweni Track from 6.30 am until 3 pm. The method that used in this research was
trapping and quick observation. In Cikaweni Track, there were a bat (Macroglossus sobrinus) which was trapped
in mistnet and 3 squirrels (Tupaia
sp.) in pinus tree. And in Canopy Track, there was a footmark of Sus scrofa. Mammalia which was trapped
in trap in Canopy Track was not found.
Key words: Bodogol, mammalia, trap, variety
Pendahuluan
Pusat Pendidikan Konservasi Alam
Bodogol (PPKAB) merupakan satu lokasi yang berperan sebagai salah satu tempat
untuk memperkenalkan kekayaan alam hutan hujan tropis kepada masyarakat umum
dan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
PPKAB berada pada ketinggian 800 meter dpl. Kawasan ini mulai diperkenalkan
secara umum kepada masyarakat luas pada tahun 1998 sebagai peran PPKAB
memperkenalkan kekayaan alam hutan hujan tropis. (TNGGP,
2009). Penyadaran dan pelibatan masyarakat dalam
kaitannya dengan perlindungan kawasan hutan menjadi tonggak dalam
mempertahankan kawasan ini sebagai kawasan konservasi. Pada salah satu zona
pemanfaatan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, perannya mampu
menopang keragaman hayati yang tinggi, termasuk di dalamnya keragaman akan
mammalia.
Mammalia adalah kelompok satwa yang
menempati semua posisi mata rantai makanan, khususnya konsumen pada tingkat
pertama sampai dengan tingkat terakhir, di luar proses detritasi. Selain itu,
mammalia memiliki peran yang cukup besar dalam sistem keseimbangan lingkungan,
sebagai mangsa dan terutama dari ordo Canivora, yang memiliki peran predasi.
Beberapa jenis kucing liar di Indonesia memiliki kemampuan untuk menekankan
perkembangan jumlah spesies mammalia tertentu, seperti jenis-jenis pengerat.
Beberapa jenis mammalia saat ini
sesungguhnya telah tersentuh oleh domestikasi seperti sapi, kerbau, kambing,
kucing, kuda, dan beberapa lainnya. Karena itu, jenis-jenis mammalia yang liar
ini, menjadi kurang terdata dan sedikit sekali pengetahuan kita mengenai
kehidupannya. Terbatasnya pengetahuan kita mengenai seluk beluk kehidupan
mereka menyebabkan upaya-upaya untuk mengetahui keberadaan mereka. Hal inilah
yang menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian ini. Tujuan dari
diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis mammalia apa
sajakah yang terdapat di hutan Bodogol, Taman Nasional pada Jalur Kanopi dan
Jalur Cikaweni.
Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Pusat Pendidikan
Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi. Penelitian dilakukan selama dua hari pada
tanggal 4-5 November 2010. Metode yang digunakan dalam
pengambilan data ini adalah dengan penggunaan trapping dan pengamatan cepat.
Pada penggunaan trapping, peneliti memasang trap di Jalur Kanopi, sedangkan
pada metode dengan pengamatan cepat peneliti mengamati jenis-jenis mammalia
yang ada, bertujuan untuk mengetahui jenis mammalia yang terdapat di sekitar
lokasi tersebut. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trap, mistnet, binokuler, umpan, gips, garam, air, digicam, tali rafia, bambu,
plastik bening, kapas, alkohol, gelas plastik, dan buku panduan. Pada hari
pertama, peneliti menelusuri Jalur Kanopi lalu peneliti menentukan titik-titik
untuk pemasangan trap. Setelah titik-titik tersebut ditentukan, peneliti
meletakkan trap dan juga umpannya. Setelah itu, trap-trap tersebut dibiarkan
selama 1 hari. Lalu, peneliti memasang mistnet di Jalur Cikaweni dan juga
membiarkan mistnet tersebut selama 1 hari. Pada hari kedua, peneliti memeriksa
trap yang telah dipasang pada Jalu Kanopi dan mistnet pada Jalur Gunung Gede Pangrango, khususnya
Cikaweni dan melakukan pengamatan cepat di Jalur Cikaweni. Setelah
itu, peneliti mengidentifikasi jenis-jenis mammalia yang ditemukan dan mencatat
data tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Pada penelitian ini, peneliti
mendapatkan data sebagai berikut:
Jalur
|
Jenis yang
ditemukan
|
jumlah
|
Waktu
|
Jalur Kanopi
|
Jejak Sus scrofa
|
1
|
13.07 WIB
|
Jalur Cikaweni
|
Macroglossus sobrinus
|
1
|
07.00 WIB
|
Tupaia
sp.
|
3
|
07.30, 07.31, 08.51
WIB
|
Pada Jalur Kanopi, peneliti menemukan
jejak Sus scrofa pada tanah yang
basah sekitar pukul 13.07 WIB. Menurut animal diversity web, Sus scrofa menyukai hutan dimana
terdapat banyak alang-alang di dalamnya sebagai habitatnya. Sus scrofa juga senang berkubang di dalam lumpur. Sus scrofa merupakan hewan omnivora,
yakni hewan yang memakan segalanya. (Hopf, 1979; Storer, 1992; Porter, 1993). Dari cetakan jejak Sus scrofa yang peneliti buat, dapat
dianalisis bahwa Sus scrofa yang peneliti
dapati merupakan Sus scrofa dewasa.
Hal itu dapat dianalisis dari dalamnya jejak yang tercetak pada tanah, yakni
sekitar 7 cm. Menurut referensi, Sus
scrofa dewasa beratnya dapat mencapai 350 kg. Semakin berat Sus scrofa, maka jejak yang tercetak
juga semakin dalam. Jejak Sus scrofa
berbentuk seperti huruf V.
Pada Jalur Cikaweni, peneliti
mendapati kelelawar jenis Macroglossus
sobrinus yang terperangkap pada mistnet yang dipasang di HM 01. Spesies ini
berukuran ± 78 mm – 89 mm dan panjang sayapnya 331 mm – 336 mm. Spesies ini
memiliki lidah yang panjang dan ramping. Lidahnya sangat mudah disembulkan,
pada ujungnya berbulu, terbuat dari papila filiform dan digunakan untuk memakan
serbuk sari. (Bates dan Harrison, 1997: Lekagul dan Mc Neely, 1998). Rambut
dari spesies ini lembut, halus, dan berwarna coklat terang kemerahan dengan
bagian dada berwarna lebih terang dari bagian kepala. Di permukaan punggung,
bulu berwarna seragam, yaitu coklat tanah liat. Pada membran sayap bagian
dalam, lengan, dan permukaan atas pada tibiae, terdapat rambut. Telinga
berukuran sedang. Baik kulit telinga dan sayap berwarna coklat gelap. Rambut
pendek, tebal, menutupi permukaan atas dan bawah bagian membran interfemural.
Spesies ini tidak memiliki ekor. Moncongnya panjang seperti muka serigala. Macroglossus sobrinus memakan nektar
yang terdapat pada bunga. Dapat dianalisis bahwa terdapat spesies ini di Jalur
Cikaweni karena pada jalur Cikaweni terdapat banyak tumbuhan yang berbunga,
seperti tumbuhan Calliandra yang
berbunga.
Selanjutnya, di Jalur Cikaweni,
tepatnya di sekitar hutan pinus, peneliti melihat tupai (Tupaia sp.) berjumlah 3 ekor pada pukul 07.30 WIB, 07.31 WIB, dan
08.51 WIB. Tupai tersebut berada di pohon pinus dengan ketinggian 15 hingga 20
meter. Peneliti mengamati spesies ini dengan menggunakan binokuler, dan
terlihat tupai tersebut melompat dari satu pohon pinus ke pohon pinus yang
lain, dengan jarak antara pohon pinus sekitar 3 hingga 4 meter. Peneliti
menyimpulkan bahwa yang peneliti lihat adalah tupai karena spesies tersebut
mirip dengan ciri morfologi dari tupai. Spesies tersebut mempunyai tubuh kecil
dan ramping. Panjang kepala dan tubuh sekitar 15 cm atau kurang dari itu. Warna
tubuhnya adalah coklat, rambut pada ekornya tebal. Di sekitar lokasi tersebut
terdapat buah pinus yang telah dimakan oleh tupai tersebut. Buah pinus tersebut
masih muda, berwarna hijau. Peneliti menganalisis bahwa tupai memakan buah yang
masih muda karena buah yang masih muda tersebut keras. Tupai senang mencari
makan di pohon-pohon.
Pada trap yang di pasang di Jalur
Kanopi, tidak ditemukan mammalia kecil yang terperangkap pada trap tersebut.
Akan tetapi, pada kelompok lain yang juga mengamati mammalia, mereka mendapati
tikus rumah yang terperangkap di trap yang dipasang di dekat dapur. Sedangkan
trap yang peneliti pasang di tempat yang sama tidak menemukan adanya mammalia
kecil yang terperangkap. Menurut hasil analisis peneliti, pada trap tersebut
tidak ditemukan mammalia kecil yang terperangkap dikarenakan umpan yang
peneliti pakai kurang berbau tajam. Peneliti memakai terasi sebagai umpan.
Terasi yang dipakai sebagai umpan merupakan terasi yang sudah jadi dan sudah
diolah oleh pabrik modern. Hal ini mungkin terjadi karena bau terasi yang
dipakai peneliti kurang tajam dibandingkan dengan terasi yang dibuat secara
tradisional. Selain itu, cuaca yang mendung juga merupakan faktor kegagalan
tersebut. Mammalia kecil seperti tikus cenderung malas untuk mencari makan
ketika cuaca disekitarnya mendung dan hujan.
Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian kali
ini adalah terdapat mammalia jenis Macroglossus
sobrinus dan Tupaia sp. Pada
Jalur Cikaweni dan jejak Sus scrofa
pada Jalur Kanopi.
Saran
Adanya penelitian lebih lanjut agar
dapat menyempurnakan penelitian peneliti dan diperoleh data-data terbaru.
DAFTAR
PUSTAKA
McFaeralnd,
William N. Verterbrate Life. 1977. Colleir Macmillan Publisher: New York.
LAMPIRAN
1.
Jalur
Kanopi
2. jalur cikaweni
gue baca ini jadi kangen kuliah lagi
ReplyDelete