Saturday, February 4, 2012

bukan sinetron

Panas teriknya jakarta memang sudah tak mampu dikalahkan dengan apapun. Jika aku mau, mungkin aku bisa memasak telur di aspal jalanan ini. Mungkin agak berlebihan, namun matahari terik benar-benar tepat ada di atas kepalaku. Rasanya berendam adalah pilihan terbaik, ku langkahkan kakiku cepat menuju rumah.
“yah nanti hitam deh mba” suara berkelebat di sampingku disaat mataku tak sanggup terbuka seutuhnya. Sepertinya lelaki itu kuli bangunan disamping rumahku, ah wajahnya lumayan juga mirip drummer band lama. Panas sepertinya mengambil banyak energi dari tubuhku sampai aku berpikir yang bukan-bukan seperti ini.

***

“Ira.. tolong siapin minum buat abang-abang yang dibelakang ya. Tadi mama lupa kasih mereka minum.” Kata mama saat aku asik bermesraan dengan kasurku. Segera aku beranjak dan melaksanakan apa yang diperintahkan mama. Terkejut aku melihat si abang yang tadi menyapaku, ternyata benar dia mirip drummer band. Wah jadi agak salting nih.
Ah otakku sudah makin tidak karuan nih. Masa iya aku naksir cowok yang kerja jadi kuli? Aduh udah kayak sinetron aja deh kisahnya. tapi kalau di bilang engga suka juga aku engga bisa setuju, masa aku mikirin dia mulu deh. Tuhan, bantu aku..

***

Pagi-pagi aku sudah harus membantu mama menyiapkan makan dan minum untuk abang-abang yang kerja, malasnya harus sekuat tenaga aku keluarkan. Kali ini malasku dengan cepat pergi, entah mengapa aku bersemangat karena akan melihat abang yang mirip drummer itu. Namanya siapa ya?
“Mah, yang kerja kok ada yang masih muda ya?” tanyaku pada mama.
“iya itu Cuma bantu-bantu aja, gajinya juga beda ama yang udah tua” jawab mama-ku.
Selesai semua hidangan akupun mengantarkan semua makanan. Seperti yang aku duga, aku melihatnya lagi. Dan pandangan mata dia seperti orang yang terpesona. Ah, aku hanya terlalu terbawa suasana.
“Reza, tolong bantu mba Ira ya” kata mama. Tersontak aku sampai hampir menumpahkan apa yang ada di tanganku.
“sini mba, rajin banget pagi-pagi” dengan tatapan tajam. Aku segera beranjak dari tempatku, sedikit berlari masuk kedalam rumah.
Reza namanya, apa dia juga suka sama aku? Ah ini sudah melewati batas wajar. Aku harus menghindari ini semua.
Aku disadarkan oleh bunyi handphone-ku, ada pesan dari nomer yang tidak ku kenal. Aku terkejut membuka isi pesannya.
“mba, mau jadi pacarku ga? Aku Reza yang tadi.” Aku terkejut, dari mana dia tahu nomerku? Wah sudah tidak masuk akal nih.
“tau nomer gue dari mana?” tanyaku. Lama tidak ada balasan, mungkin dia sedang sibuk kerja.
“Ada deh, mau ga?” balasnya setelah beberapa jam.
“engga bisa, gue udah punya pacar” jawabku. Aku memang harus menghindar.
“jadi TTM juga ga apa mba. hehe” aku tidak membalasnya lagi. Sebenarnya aku bingung. Sungguh tak rela hatiku bila melewatkannya, namun ini bukan sinetron Ira.
***

“mba, aku Cuma bisa ngeliat kamu doang. Kapan-kapan ngobrol bareng yuk” pesannya di saat malam datang. Ah, dia membuatku galau.
“ngobrol apa?” aku balas namun dia tidak ada respon. Sore tadi aku melihat dia sedikit sedih menatapku. Entah mengapa.

***

Pagi ini aku sama sekali tidak melihat Reza, kemana ya dia? Ah aku hubungi saja.
Ku ketik sebuah pesan “bang, lu kok ga kerja?”
“aku pulang kampung mba” jawabnya singkat. Ada sesuatu dalam hati ini yang terasa sakit.
“kok pulang? Kemaren ngajak ngobrol?” tanyaku lagi.
“iya mba, udah ga di pake kerja aku. Lagi pula kita beda jauh mba. Engga pantes mba temenan apa lagi lebih dari teman sama aku. Jadi udah mba, kita jalanin hidup masing-masing aja”
Pesan dia ku baca dan terasa berlebihan, tapi memang benar. Ini harus berakhir, orang tuaku pasti akan marah jika tahu aku suka sama kuli dan ini juga bukan sinetron.

END


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

No comments:

Post a Comment