Wednesday, September 25, 2019

PATAH (26)



              "Maaf ya lu jadi ikutan keluar dari acara gara-gara gue" kataku pada Kak Adam di salah satu resto seafood dekat gedung pernikahan Bang Ramzy. "Santai aja, gue kan emang disuruh jagain lu" jawab Kak Adam sambil memilih menu seafood. Aku sadar kalau aku sangat jahat. Saat ini pasti hati Kak Adam terluka, ia tahu bahwa wanita di hadapannya masih merasa sakit pada pernikahan lelaki lain. "Kak, gue minta maaf" belum selesai aku berbicara Kak Adam sudah memotong dengan tertawa. "Rara Rara.. Minta maaf mulu kayak lagunya Reza! Ra, lu tuh harusnya buka mata. Semua orang di sekitar lu itu sayang banget sama lu, tapi lu ngga pernah melihat mereka. Bang Indra, Ghea, Papa, Bilqis bahkan Tante Lintang! Lu tuh sibuk ngejar apa yang ngga lu punya, coba deh lu tuh buka mata dan lu lihat apa aja yang udah lu punya." suara Kak Adam halus namun rasanya menusuk sekali. Aku seperti tertampar dan tersadar akan kebodohanku.
                Makan di resto dan pulang kerumah kami lebih banyak diam. Aku tahu Kak Adam kecewa padaku dan aku tak tahu harus meminta maaf dengan apa. Sampai dirumah Kak Adam malah asik ngobrol bareng Bilqis yang cerita panjang lebar pengalaman hari pertama masuk kuliah dan memamerkan kue-kue hasil buatannya di kampus. Bilqis tampak bahagia sekali menceritakan kuliah tata boganya walau hati kecilnya masih menginginkan kuliah seni seperti Bang Indra. "Udah malem nih, Kakak pulang dulu ya Bil" Kak Adam pamit pada Bilqis. Aku yang sedari tadi hanya sebagai nyamuk menengok sebentar saja. "Ra, mau anter gue kedepan" Kak Adam memintaku mengantarnya. Aku mengangguk dan mengekor sampai depan rumah.
           "Skripsi gimana?" Kak Adam menanyakan skripsiku. Aku tahu ini hanya basa-basi karena dia jelas tahu semua perkembangan skripsiku. "Besok semoga ngga banyak revisi" jawabku sebisanya. Kak Adam mengambil sesuatu dari dalam kantungnya. "Di baca ya, Ra. Ini tadi gue iseng nulis pas di resto" aku menerima secarik kertas dari tangannya. Kak Adam segera menghilang dari hadapanku dengan motornya. Aku duduk dengan kaki terlipat, membaca baris demi baris tulisan Kak Adam.

"Kamu bebas
Boleh datang sesukamu
Boleh juga pergi sesukamu
Kamu bebas
Mau baik padaku
Atau mau mengabaikanku
Kamu bebas
Menganggap aku ada
Menganggap aku tak ada
Kamu bebas
Mengandalkanku dalam setiap masalahmu
Atau melupakan bahwa aku selalu ada di sampingmu
Kamu bebas
Sayangnya aku tak bisa lepas
Hatiku telah kau rampas
Meski dibenakmu aku tetap tak berbekas"

No comments:

Post a Comment