Wednesday, September 4, 2019

PATAH (21)


             Hari-hari setelah kejadian malam itu membuat aku dan Bang Indra sedikit berjarak. Bang Indra pulang kerja langsung masuk kamar, aku juga setiap berpapasan dengan Bang Indra hanya diam tak tahu harus berbicara apa. Malam itu, saat aku asik membaca novel di kamar ternyata ada yang mengetuk pintu kamarku. "Masuk" kataku tanpa tahu siapa yang mengetuk. Aku berhenti membaca novel setelah melihat sosok Bang Indra di dalam kamarku. Bang Indra duduk di kursi belajarku dan mengambil foto kita berdua yang terpajang di meja. "Kita dari dulu deket banget, Ra. Gue kangen sama adek gue yang manja, yang cerita apa aja ke gue. Dulu gue bosen, tapi sekarang malah kangen" Bang Indra berbicara sambil terus menatap foto kita berdua di tangannya. Aku terdiam, tak tahu harus menjawab apa. "Gue minta maaf kalo saat lu butuh gue malah gue ngga ada, sampai akhirnya lu harus jatuh ke hati yang salah" Bang Indra melihatku yang sejak tadi terdiam. "Bang Indra ngga salah" jawabku singkat. "Gue kemaren marahin Ramzy buat lu, Ra. Gue memang belum bisa move on dari Intan, tapi gue udah mengubur semua harapan gue ke dia" Bang Indra menatapku terus, ia berusaha meyakinkan. "Iya aku tahu" jawabku singkat. "Makasi ya, Ra" Bang Indra tersenyum. Rasanya aku sudah sangat lama tidak melihat senyum itu.
               Kami memutuskan untuk jajan martabak di dekat rumah. "Bang Indra kapan mau deketin cewek lagi?" tanyaku sambil menunggu martabak matang. "Udah sering kok, tapi ngga ada yang mau. Hehe" jawab Bang Indra sambil tertawa. "Masa iya? Eh temen aku ada loh yang suka sama Bang Indra" kataku tiba-tiba teringat Ghea. "Serius? Siapa juga temen lu yang kenal gue?" Bang Indra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Adaaa deeh. Cantik kok, kalau mau nanti aku bikin kalian jalan bareng gimana?" aku bersemangat menjodohkan Bang Indra dan Ghea. "Kok lu mencurigakan sih? Temen lu bukan Lucinta Luna kan?" Bang Indra sampai berdiri karena takut melihat aku bersemangat. Aku malah tertawa terbahak-bahak mendengar Bang Indra menyebut nama Lucinta Luna. "Hari sabtu Bang Indra libur kan? Nanti ketemuan ya sama temen aku. Janga di cuekin tapi, ajak jalan!" aku tetap bersemangat walau Bang Indra terlihat ragu. Martabak sudah matang dan kami makan dengan sangat lahap. Martabak Pak Petruk ini memang juara dalam rasa, walau dagangnya masih dengan tenda namun setiap hari selalu ramai pembeli.
                 "WHAT? GILA GUE SESEK NAPAS NIH!" Ghea bereaksi berlebihan saat aku bilang rencanaku untuk mempertemukan dirinya dengan Bang Indra hari sabtu besok. "Bang Indra udah setuju, pokoknya kalian harus jalan. Kalo bisa langsung jadian!" kataku tegas. Ghea terlihat berbinar bahagia namun juga grogi. Ghea belum pernah dijodohkan seperti ini, biasanya selalu lelaki yang mendekati dia tapi kali ini aku memaksanya untuk ikut dengan rencanaku! Hehe

No comments:

Post a Comment