Saturday, September 14, 2019

PATAH (22)


                  Hari ini aku tidak ada rencana kemanapun, aku memilih menghabiskan waktu dirumah saja. Menunggu Bang Indra pulang dan mendengar cerita kencan dia bersama Ghea. Entah mengapa aku malah lebih senang dan bersemangat dengan percomblangan ini. "Kak, ada tamu" suara Bilqis mengganggu aku yang sedang melamun. Aku segera keluar kamar dan menuju teras. "Kak Adam?" aku terkejut melihat orang yang sedang duduk di teras. "Hei, Ra!" ia tersenyum manis. "Ada perlu apa ya?" aku masih berdiri mematung melihat Kak Adam. "Kangen aja sama calon istri" ia masih tersenyum manis. "Calon istri apaan sih? Jangan banyak mimpi" aku makin tidak paham dengan kedatangan Kak Adam. "Loh gue kan udah dapet restu dari Abang lu, jadi lu udah 50% milik gue. Tinggal tunggu ijab qobul aja" senyum di bibirnya tidak pernah hilang. Aku malah kesal dan ingin kembali ke kamar, namun Bilqis datang membawa minuman dan cemilan untuk Kak Adam. "Di minum kak" Bilqis segera meninggalkan kami berdua setelah menaruh minuman dan cemilan. "Temenin gue dulu, Ra" Kak Adam memegang tanganku pelan. Entah mengapa aku malah luluh dengan tatapan dia kali ini. Kami berdua duduk di teras, aku lebih banyak diam dan mendengarkan Kak Adam bercerita tentang perjuangan skripsinya.
               "Assalamualaikum" Bang Indra akhirnya pulang. "Waalaikumsalam" jawabku dan Kak Adam bersamaan. "Waduh kompak banget nih" Bang Indra meledek. Kak Adam tersenyum kegirangan sambil menyalami Bang Indra. "Udah lama?" tanya Bang Indra. "Baru kok" jawab Kak Adam. "Gimana Ghea?" aku sudah tidak sabar mendengar cerita Bang Indra. "Parah lu, Ra! Kenapa lu ngga bilang dari awal kalo temen lu itu Ghea? Gue kan bisa dandan dulu, ngga seadanya gini" Bang Indra malah menggerutu. "Yaampun kayak gitu juga udah ganteng, Ghea suka Bang Indra apa adanya kok!" kataku jujur. "Ya udah, karena sama-sama tertarik mau gimana lagi?" senyum Bang Indra merekah. Aku melompat bahagia dan memeluk Bang Indra erat, rasanya bahagia sekali. "Selamat ya Bang" Kak Adam sudah berdiri dan menyalami Bang Indra. "Pajaknya traktir martabak pak petruk yaaa!!!" aku berteriak di kuping Bang Indra. Bang Indra mendorongku karena teekejut juga menghindari pecahnya gendang telinga. "Pajak apaan? Gue ngga jadian kok" Bang Indra mengusap kupingnya yang panas. "Lah? Katanya sama-sama suka! Gimana sih?" aku duduk kembali dan memasang muka kesal. "Ya emang harus jadian? Hahaha kita berdua komitmen buat serius, kalo tabungan gue udah cukup dan dia udah lulus kita langsung nikah" Bang Indra mencubit hidungku dan segera masuk ke dalam rumah. Aku bingung harus bahagia atau sedih, mereka tidak jadian tapi komitmen? Sok dewasa banget sih!
         

No comments:

Post a Comment