Friday, June 22, 2012

Hanya TTM (3)


Sampai di sekolah, aku mencium tangan papa dan segera beranjak menuju kelas. Aku terkejut. Kelas masih sepi. Ya ampun Fay, ini benar-benar keajaiban, baru kali ini aku datang pagi. Aku tertawa sendiri dan segera duduk. Setelah sekitar 5 menit Riri datang dan tersenyum padaku. “Lu keliatan beda Fay” ucapnya dengan ramah. Aku hanya tersipu malu.
  
Jam sudah menunjukkan jam 7, namun Ichsan belum juga datang. Pelajaran Bahasa Indonesia telah dimulai dan aku tidak konsen. Aku menunggu kehadiran sosok cowok tinggi itu. Namun sudah hampir setengah jam aku menunggu sosok itu.

“Selamat pagi Bu..”
Tiba-tiba terdengar suara cowok dengan nada kelelahan. Aku terkejut dan segera menatap ke arah pintu kelas. Ichsan!

“Pagi” jawab Ibu Wina. Ichsan segera masuk dan mencium tangan Ibu Wina.
“Kenapa kamu bisa terlambat ?” tanya Ibu Wina dengan lembutnya.
“Macet Bu” jawabnya masih kelelahan. Pasti dia lari sangat kencang tadi.
“ya sudah, duduk sana” perintah Ibu Wina.
Ichsan segera duduk dan mengatur nafasnya. Iya menengok ke arahku dan bibirnya bergerak mengatakan “ada minum ga?” aku terdiam dan menggeleng. Dia mencari-cari orang yang membawa minum dan akhirnya dapat. Aku sedikit lega.

“Fay?” tiba-tiba terdengar suara disampingku.
“iya, kenapa Ri?” jawabku heran.
Lu suka sama Ichsan ya?” tanyanya cepat. Aku sangat terkejut dan mukaku memerah.
“Riri apaan si? Kok nanya kayak gitu” jawabku sebisanya
“Jujur aja sama gue Fay..” Riri terlihat memakasa. Aku hanya diam. Maafkan aku Riri, ini belum saatnya kamu tahu. Aku masih belum siap, kenapa bisa aku seperti ini? Perasaan yang aneh, aku belum tahu sifat dia, belum tahu asal usulnya tapi dengan mudahnya aku merasakan desiran angin di hati ini saat melihatnya. Siapa yang bisa menolong aku?

Bel istirahat mengejutkanku dari lamunan panjang. Aku hanya duduk di kursiku.
“Bawa makan Fay?” tanya Riri. Aku menggeleng “lagi ga laper Ri, lu makan aja”.
Gue ga bawa makan, ini mau kekantin bareng Ika, mau ikut?” aku menggeleng dan mereka perlahan meninggalkan aku. Aku menaruh kepalaku di meja, memejamkan mata untuk menenangkan fikiran. Rasanya banyak benang kusut dikepalaku siang ini..

Tiba-tiba terasa ada yang duduk disampingku, aku fikir Riri. Namun terlalu cepat ia kembali, aku mengangkat kepalaku dan menatap orang disampingku. “DERI” ucapku lantang. Aku sangat terkejut, kenapa tiba-tiba ia ada di sampingku? Deri hanya tersenyum menjijikan. “Ngapain neng tiduran? Mau mimpiin Ichsan? haha” ledek Deri membuatku makin pusing. “Apaan si Der? Kok bisa ada di sini?” tanyaku ketus.
“Iseng, tadi liat Riri ke kantin tapi ga sama lu, jadi gue langsung ke sini aja. Tumben di kelas, kenapa?”
“Andai aja lu cewek, udah gue peluk lu Der!”
“Sekarang? Kenapa engga?” Deri membentangkan tangannya.
“Gila ah. Der, gue lagi pusing ni.. salah engga si kalo gue suka sama Ichsan?”
“Kenapa emang? Baru sadar dia engga ada bagusnya? haha”
“iih jahat banget sii, bukan gitu. Kayaknya kecepetan aja”
“Makanya, kalo mau suka sama cowok liat dulu semuanya, jangan maen asal demen”
“Deri, dia lucu. Beneran ni gue langsung suka banget”
“Dasar anak kecil, udah jangan kebanyakan mikir. Makan yuk..”
“Lagi engga laper Der, lu makan aja duluan”
“Ya udah terserah lu aja, gue ke kantin yaa”

Aku hanya mengangguk dan melihat Deri menjauh, dia baik banget deh. Semoga aku bisa membalas semua kebaikan dia. Meski kadang Deri ngeselin, namanya juga cowok beda sama cewek. Beberapa menit kemudian Deri menghampiri aku lagi sambil membawa roti.
“Ayo makan bareng..” teriaknya lantang. Aku terdiam.
“Udah makan aja sana, gue engga laper. Daritadi juga..” jawabku ketus
“Makan, kalo engga gue marah yaa”

Dengan terpaksa aku makan roti yang dia bawa. Dasar anak yang keras kepala. Kalo sampe beneran engga dimakan pasti rotinya dibuang sama Deri. Kami berdua makan roti bareng. Kalo orang yang engga kenal pasti mikirnya kita pacaran, haha.

***


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

No comments:

Post a Comment