Monday, November 7, 2011

Pembalasan


Tik tik tik tik. Bunyi gerakan jarum jam itu menemani kesendirianku. Kesendirianku setelah memutuskan untuk berhenti membalas SMSnya dan menerima telepon darinya. Cowo diseberang sana yang sangat aku sayangi sesungguhnya. Namun hati ini sudah terlanjur sakit dengan perselingkuhan yang dia lakukan dibelakangku. Saat ini adalah saatnya aku bangkit dan membuktikan bahwa aku tidak kalah. Aku tidak boleh terpuruk seperti ini. Aku akan segera mencari penggantinya, harus lebih tampan darinya. Ya! Harus!

...
“Yeni.. pagi-pagi udah ngelamun aja” suara Putri mengejutkan lamunanku. Senyum sinis tergambar diwajahku, otakku masih saja sibuk mencari pasangan baru untukku. Hmm siapa ya?
“Put, lo punya temen cowo yang ganteng ga?” tanyaku pada Putri spontan. Putri adalah sahabatku sejak masuk keperguruan tinggi. Dia termasuk anak gaul sedangkan aku adalah anak yang sangat gagap masalah pergaulan. Entah mengapa Putri bisa bersahabat sangat dekat denganku, mungkin karena sejak ospek hanya aku yang bisa diajak bekerja sama dibanding teman kampus yang lain.
“mau cari yang gantengnya kayak apa? Sebut aja. Gue banyak stok kali Yen. haha” jawab Putri santai. Saat dia tertawa seperti itu membuatnya terlihat sangat cantik, wajar bila ia memiliki teman cowo yang melebihi standard. Aku sangat senang mendengar jawaban Putri. Ini sebuah kesempatan yang akan membuatku mampu membalas si mantan yang mata keranjang itu. Aku tertawa riang dan mulai memberikan kriteria-kriteria cowo yang aku cari. Putri mendengarkanku dengan serius, dia tahu benar betapa sakit hati aku saat ini sehingga ia akan membantuku untuk bangkit. Seusai mendengarkan celotehanku tentang cowo yang aku cari, Putri segera mengambil handphonenya dan menunjukkan kontak bernama Benny. Aku terpaku.
“Udah. Lo catet dulu nomer ini cowo. Gue yang pastiin kalo nanti malem dia bakal SMS lo” kata Putri cepet. Aku menurut saja perintahnya. Seusai mencatat nomer Benny, Putri segera pamitan karena ada janji dengan temannya dirumah. Beginilah nasib berteman dengan anak gaul, aku sering ditinggal sendiri namun Putri selalu bisa diandalkan saat aku ada masalah.
...
Nada SMS masuk mengganggu saat aku serius menonton televisi bersama keluarga dirumah. Aku segera meraih handphoneku dan aku terkejut setengah mati. Nama Benny yang ada dilayar handphoneku. Putri bemar-benar deh, gerakannya secepat kilat. Segera kubuka SMS darinya. Hawa dingin menjalar dari tangan hingga mukaku. Aku yakin mukaku sangat pucat.
“Hai Yeni, kamu temannya Putri ya?” SMS yang sangat basa-basi. Tapi apakah Benny benar-benar cowo tipeku? Sudahlah, setidaknya aku percaya pada Putri. Kami mulai berSMSan sampai tengah malam. Obrolan kami seperti tidak bisa berhenti, semua hal terasa indah dibicarakan dengan dia. Semoga aku dan Benny cepat memiliki hubungan dan membuat pembalasan untuk si mantan mata keranjang.
...
Kriiiiinnggg.. kriinngggg... bunyi bel rumahku sangat nyaring. Aku segera bergegas menuju pintu depan. Aku terpaku melihat sesosok cowo tampan dihadapanku. Wajahnya yang elegan ditambah dengan penampilannya yang trendi. Kemeja biru muda membuatnya terlihat bersinar. Cara berdirinya terlihat keren. Matanya yang coklat membuatku meleleh seakan ingin dunia ini berhenti saat ini. Dia mengarahkan tangannya kepadaku. Setangkai mawar putih yang segar tepat berada dihadapanku sekarang. Spontan tanganku meraih bunga itu dan mencium aroma segarnya. Yah, ini pasti Benny. Sesuai dengan apa yang aku mau.
...
“Putrrriiiii sayang.. Benny keren banget. Sesuai banget. Makasi yaaaa” teriakku kencang sambil memeluk Putri. Putri tersenyum manis. Ia ikut merasakan kesenangan yang aku rasakan. Putri bilang dia belum begitu mengenal Benny, tapi memang hanya Benny yang sesuai dengan kriteria yang aku mau. Itu bukan masalah bagiku, toh semalaman aku berbincang panjang lebar dengan Benny. Benny sangat supel, pengertian. Dia tidak malas mendengar keluhan-keluhan aku tentang cowo yang suka selingkuh, aku yakin Benny adalah orang yang tepat.
Beberapa hariku lalui bersama Benny, meski kami belum memiliki hubungan spesial. Hampir setiap hari Benny menjemputku dan jalan bareng denganku. Aku pernah melihat si mantan mata keranjang itu melihat kami jalan berdua, sepertinya dia agak kaget. Baguslah, aku menang. Sekarang aku mulai menikmati kedekatanku dengan Benny. Benny cowo keren, jangan sampai aku harus kehilangan cowo sekeren dia. 

...
“Yen, udah sampai mana sama Benny?” pertanyaan Putri membuatku sedikit murung. Aku bingung harus merasa apa. Awalnya aku senang dengan kedekatan ini, namun aku terganggu dengan tidak adanya status yang mengikat. Bahkan dua bulan terakhir Benny mulai jarang menjemput dan mengajakku jalan. SMS juga tidak sesering dulu. Apa aku hanya jadi mainan untuk Benny? Apa aku harus sakit lagi? Ah hatiku terlalu sakit memikirkannya. Aku hanya menggeleng untuk merespon pertanyaan Putri. Putri hanya diam seolah mengerti apa yang terjadi padaku. Raut wajahnya terlihat kecewa. Ia mencoba menghiburku dengan mengalihkan pembicaraan mengenai teman-temannya yang super lucu. Namun aku hanya mampu memberikan senyum tipisku, aku terlalu banyak berharap pada Benny. Harusnya aku sadar betapa jauh gaya hidupku dengan Benny. Semua perhatian dan kedekatan aku dengan Benny selama ini mungkin adalah hal biasa baginya.
“Ben, lagi dimana? Mau temenin aku nyari buku siang ini?” kuberanikan diri mengajak Benny jalan. Mendapat balasan positif dari Benny membuatku semangat. Sepanjang perjalanan aku mencoba membicarakan hal-hal menarik sambil memancing ia berbicara tentang hubungan ini. Benny lebih banyak diam, ia seolah menutupi sesuatu.
...
“Ben, kamu anggap aku apa sih?” kata itu meluncur halus dari mulutku. Benny terdiam, ia menatapku tajam. Mata coklatnya sangat membuatku meleleh. Rasanya inginku memilikinya saat ini dan seterusnya. Benny terus saja menatapku, aku melihat tatapan mata bersalah. Apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku? Apakah dia hanya menganggapku boneka? Aku bisa gila hanya dengan tatapan matanya.
“Kita teman kan? Kamu emang anggap aku apa?” ucapnya gugup. Degup jantungku tak terkontrol. Entah merasa kecewa, bersalah, putus asa atau apa. Aku terdiam. Air mata seolah memaksa untuk keluar. Aku menatapnya dengan tatapan sinis.
“iyaa. Teman Ben. Aku hanya terlalu banyak berharap. Maaf.” Kataku. Air mata tak mampuku bendung. Aku ingin berlari namun tanganku tertahan. Mengapa? Apakah Benny ingin menertawakanku? Semua cowo memang hidung belang!
“Maaf Yen, aku sudah berusaha. Semoga kamu mengerti keadaanku. Aku benar-benar tidak bisa. Ini sungguh sulit.” Ucapnya.
“Iya. Aku tahu aku tidak pantas buat kamu. Sekarang biarkan aku pergi.” Ucapku penuh emosi dengan linangan air mata. Benny melepaskan tanganku perlahan. Wajahnya terlihat sangat sedih. Aku sudah tidak tahu apa yang aku rasa saat ini.
“Maaf Yen, aku GAY”

END



No comments:

Post a Comment