Monday, July 4, 2011

JODOHKU KONSISTEN BERKERUDUNG



Senja di sabtu pagi adalah suasana yang sangat nyaman untuk beristirahat, hal ini tidak di sia-siakan oleh Doni untuk membaca buku-buku yang dikoleksinya. Ia mengamati satu persatu buku yang ia punya dan menentukan pilihinnya, yaitu buku bertemakan pernikahan. Ia menghampiri kursi diteras rumahnya dan tenggelam dalam baris demi baris dibuku tersebut. Beberapa lama ia menyusuri isi dari buku tersebut tanpa ia sadari ia berdesis “jadi pengen disegerakan nih” sambil tersipu malu.
            Sampai malam hari Doni terlalu larut dalam bukunya, ia baru tersadar ketika Fajar mengirimkan sebuah SMS kepadanya. “Don, jangan lupa besok pagi kita futsal yaa.” Doni membacanya dan tersadar bahwa hari sudah sangat malam dan besok ia juga akan bertanding futsal antar kampus. Doni segera menutup bukunya dan tidur. Dalam lelap tidurnya ia bermimpi tentang angannya untuk segera memiliki pilihan hati dan menikah setelah diresmikan menjadi sarjana. Fajar cukup
            “Permainan lu ga pernah jelek bro, haha” ucap Fajar usai pertandingan futsal. “Alhamdulillah kita menang, haha lumayan nih jar buat makan” jawab Doni bangga. “iyalah buat makan mah lumayan, tapi kalo buat nikah mah kurang Don. haha” ledek Fajar. Degup jantung Doni berdetak kencang, “kenapa jadi nikah? Aneh-aneh aja, masa menang futsal dipake buat nikah” jawab Doni berusaha biasa saja dengan ejekan Fajar. “Mau kapan Don? Kerja udah, ijazah tinggal nunggu waktu. Tunggu apa lagi?” ledek Fajar semakin menjadi. “Nunggu calonnya Jar” jawab Doni spontan dan segera meninggalkan Fajar daripada semakin menjadi-jadi ledekannya.
            Selesai perbincangan itu Doni segera membersihkan dirinya dan mengganti baju. Keluar dari kamar mandi ia berpapasan dengan seorang wanita, “Subhanallah” katanya dalam hati dan menunduk sambil berjalan menuju Fajar. “Fajar, ente kok belum ganti baju? Jadi mau makan ngga nih? Ane udah lapar” ajak Doni. Fajar hanya menganggukan kepalanya, dari raut wajahnya ia masih lelah. Doni duduk ditempat peristirahatan sambil meminum beberapa teguk air mineral. Sesekali ia melirik kearah sekumpulan anak kampus yang menjadi lawan mainnya tadi. Jantungnya berdebar ketika melihat seorang wanita yang tadi ia temui didepan kamar mandi. “Parasnya tampak cantik terutama dengan adanya balutan kerudung dikepalanya” suara desis Doni dengan sedikit senyuman simpul di bibirnya.
            “Don? Kenapa boy? Ngeliatnya gitu banget deh, kita kan udah menang” suara Fajar keras dan mengagetkan Doni. Doni hanya senyum dan mengajak Fajar segera bergegas karena dia benar-benar sudah lapar. Sesampainya di sebuah tempat makan mereka memesan makanan dan menyantapnya dengan lahap. “Jar, ane jadi kepikiran nih sama kata-kata ente tadi” ucap Doni membuka pembicaraan. “Yang mana boy? Ah lu mah kebanyakan dipikirin sih” tanya Fajar. “Yang masalah... nikah” jawab Doni. “Hah? Astaga boy, kenapa emang? Nikah tuh sunnah Rosul, harus disegerakan. hehe” Doni malah meledek. “Ane serius nih, ente mau bantu ane ga buat nyari calonnya? Yang penting sih sholehah lah Jar” pinta Doni serius. “Wah, lu mau anak mana? Temen gue yang kerudungan sih banyak, tapi kalo masalah sholehah mesti dari dalem boy liatnya” jawab Fajar santai. Doni hanya terdiam, sebenarnya hatinya terpikat pada wanita itu namun sulit rasanya untuk mengungkapkannya dan Doni pun tidak yakin kalau Fajar kenal dengan wanita itu. Tanpa disadari oleh Doni, Fajar memperhatikan wajah Doni. “Tenang boy, ntar gue usahain cari deh buat lu. Lu bantu doa ya, gampang lah masalah cewe. hehe” ucapan Doni mencoba mengerti dan mensejukkan perasaan Doni.
            Hari demi hari Fajar semangat sekali mencarikan wanita yang cantik luar dalam, Fajar tahu betul Doni mampu mendapatkan wanita mana saja namun dia tidak ingin salah memilihkan calon pendamping untuk sahabat karibnya itu. “Don, lu ama Sarah aja nih. Udah gue pilih yang paling cantik luar dalem buat lu. Anak kampus kita juga tapi dia anak bahasa. Nih fotonya, gimana menurut lu?” tanya Fajar bersemangat. “Wah cantik, ente yakin dia mau ama ane?” tanya Doni ragu. “Yang penting lu dulu Don, masalah ntarnya mah gue yang atur dah. Gimana? ” tanya Fajar semakin yakin. Hampir setengah jam Doni menimang-nimang foto Sarah. “Jangan yang ini deh Jar, ane belum srek. Cantik sih, tapi kayanya belum cocok aja” jawab Doni. Fajar hanya menghela nafas panjang namun dia tetap akan berusaha mencarikan jodoh terbaik untuk Doni.
            “Fajarr, lu fajar kan?” sapa seorang wanita ketika Fajar dan Doni berjalan menuju lapangan futsal. “Iya, ada apa ya?” jawab Fajar sok cool. “Ih malesin banget deh gaya lu Jar, ga inget gue? Temen SMP. Rini” jawab wanita itu kesal. “Oalaaahhh Rini, lah mana gue tau? Dulu lu ga pake kerudungan kan, haha apa kabar lu? Eh kenalin nih temen gw, Doni” jawab Fajar kaget. “Baik” jawab Rini dan langsung berkenalan dengan Doni, wajah Doni merah seketika. “Eh kalian kok kesini? Suka main futsal ya?“ tanya Rini. “Gue menang dong kemaren, ga tau deh ni disuruh kesini lagi” jawab Fajar. “Oh kalian kemarin main, ya ampun kok bisa engga ketemu ya kita? Malah ketemu sekarang” kata Rini dan disambut tawa renyah Fajar dan Doni.
            Keesokkan harinya Fajar masih saja semangat mencarikan jodoh untuk Doni, namun Doni tak juga mau menerima salah satunya. “Boy, lu mau cewe kayak apa dah? Perasaan gue udah mantep banget yang gue pilihin tapi dimata lu pasti ada aja dah yang kurang” tanya Fajar sedikit kesal. “Maaf jar, ane ga maksud gitu kok. Namanya juga hati, engga boleh dipaksain gitu aja jar. Sebenernya sih ane udah punya cewe yang ane kayaknya dari awal liat udah srek banget” jawab Doni berusaha jujur sekaligus menenangkan kekesalan Fajar. “Wah lu bukan bilang aja, siapa?” tanya Fajar tegas. “Rini” singkat dari bibir Doni. Fajar terpaku, dia memang lebih dulu kenal dengan Rini namun bagaimana aslinya Rini belum begitu dia pahami. “Lu serius sama Rini?” tanyaa Fajar. “Terlalu cantik ya? Ane udah liat dia dari pas kita menang futsal waktu itu dan dia sebenernya yang dari awal ane mau jadiin istri. Ane mohon banget jar, rasanya harus dia yang jadi istri ane” jawab Doni panjang lebar. “Oh lu udah liat duluan, kenapa engga bilang dari kemaren? Hmm.. oke deh, urusan gue itu, lu tunggu beres aja” jawab Fajar dengan semangat. Doni tersenyum bahagia, akhirnya harapannya semakin menemui titik temu.
            Hati kecil Fajar seakan menggebu, ia ingin sekali mewujudkan impian sahabatnya itu namun sesuatu seakan mengganjal, Rini yang dulu dia kenal adalah anak gaul dan sekarang berkerudung. Apakah Rini pantas menjadi pendamping Doni? Mungkin sekarang yang Fajar bisa lakukan hanyalah mencoba mendekatkan Rini dengan Doni agar sahabatnya sendiri yang menilai Rini, yah mungkin begitu lebih baik.
            “Rini, lu mau kemana?” tanya Fajar saat bertemu Rini di halte bus, kebetulan. “Eh Fajar, nih mau ketempat tante gue di depok. Lu mau kemana? Tumben ketemu disini” jawab Rini. “iya nih, lagi ada kerjaan aja. Eh gue minta nomer hape lu dong Rin, biar kalo ada apa-apa gampang gitu” sahut Fajar. “oh iya boleh” Rini memberikan nomer hape kepada Fajar dan begitu juga Fajar. Selama menunggu bus mereka asik berbincang. Rini bukan termasuk waanita yang canggung berbincang dengan lawan jenis, dia supel dan riang sehingga membuat Fajar tidak terlihat sedang mencari celah untuk mempertemukan Doni dengan Rini. Fajar sudah mulai tahu banyak tentang Rini, setidaknya Rini orang yang asik diajak ngobrol, jadi Doni tidak mungkin canggung untuk mendekatinya nanti. Setelah beberapa lama berbincang bus yang Rini tunggu tiba dan membuat percakapan mereka berakhir.
            Fajar sangat gencar mencoba membuat pertemuan-pertemuan yang seolah wajar antara Doni dan Rini. Namun pertemuan itu sungguh sulit, Fajar selalu saja gagal mencari waktunya. Rini mulai merasa aneh dengan perlakuan Fajar yang selalu saja mengirimkan SMS untuk mengetahui posisi Rini. Dan Doni yang menantikan hari itu tiba, hari bersamanya. Doni menantikan hari dimana ia bisa menyatakan keinginan hatinya untuk membawa Rini masuk kedalam lingkaran hidupnya. Membawa Rini menjadi pendamping hidupnya hingga ujung waktu. Dengan keadaan yang sulit ini Fajar tidak patah semangat, ia tidak tega melihat sahabatnya hanya terus menunggu dan menunggu. Akhirnya ia mengambil tindakan untuk mengajak Rini makan siang bersama dan Rini pun merasa aneh dengan ajakan Fajar, namun Fajar mencoba memberikan kejelasan dengan bilang dia mengajak Doni sehingga Rini pun mau menerima ajakan Fajar. Desir di hati Doni membuat hatinya sejuk seketika, hari yang ia tunggu semakin dekat.
            Disebuah tempat makan fovorit Fajar dan Doni terlihat seorang wanita berkuliat halus, rambut panjang dan lurus terurai rapi duduk manis sendiri di kursi yang telah Doni pesan lewat telephon. Fajar dan Doni tersentak melihat wanita itu duduk di kursi tersebut. “Siapa itu cewek?” tanya Fajar pada Doni. Doni hanya mengangkat bahunya menyatakan bahwa ia tidak tahu siapa wanita itu. Fajar segera menghapiri wanita itu untuk katakan bahwa kursi itu adalah kursi yang sudah ia pesan. “Maaf mba, tempat ini udah saya booking” kata Fajar pada wanita tersebut. Wanita itu hanya tertawa kemudian menatap Fajar dengan tatapan mengejek, “Fajar, masa lu lupa ama gue sih? Cuma beda penampilan dikit aja juga. haha” jawab wanita itu terbahak-bahak. “RINI” teriak Fajar terkejut. Doni melihat adegan itu dengan hening. Matanya berembun dan hampir saja menetes bening yang tak diundang. Mereka berdua tetap duduk di kursi yang telah Fajar pesan, suasana menjadi hening tidak ramah. Fajar ikut merasakan sakit yang dirasakan oleh Doni, Fajar tahu betul perasaan Doni kali ini sedang tersayat-sayat.
            “Kalian kok diem aja sih? Kaget ya liat gue berubah gini? hehe” Rini mencoba membuka pembicaraan. Doni hanya meliat wajah Rini sekali kemudian menunduk dan melihat kearah pengunjung lain, Doni berusaha menutupi miris di hatinya. “Kok lu buka kerudung Rin? Pangkling banget gue, hehe” tanya Fajar berusaha bercanda dan menutupi kesedihan sahabatnya. “Gue pake kerudung dikampus aja, kan banyak banget yang pake. Gue bete aja kalo beda sendiri gitu, tapi kalo diluar ya suka-suka gue, kadang pake kadang engga. Tergantung main sama siapa, hehe” jawab Rini santai. Selama di tempat makan hanya Fajar dan Rini yang berbincang, Doni hanya sesekali melemparkan senyum kemudian terdiam lagi sampai makan siang itu usai.
            Saat perjalanan pulang Fajar berkali-kali meminta maaf pada Doni, ia tidak menyangka hal ini bisa terjadi. “Jar, ente ga salah setitikpun. Ini adalah takdir, kita diperlihatkan wajah asli Rini karena memang itu yang kita butuhkan. Dengan pertemuan ini ane bisa mengubah keputusan ane lebih cepat kan? Sebelum semuanya sudah terlalu dalam, sebelum semuanya hanya akan menjadi penyesalan. Jar, makasi banget ente repot bnatuin ane, walau akhirnya begini ane engga nyalahin ente kok. Ini emang yang ane butuhin” kata Doni panjang dan menyejukan hati Fajar. Doni tetap terdiam, dalam hatinya sakit namun ia tetap bersyukur. Setidaknya ia tidak jatuh terlalu dalam seperti dulu.
            “Don, boleh gue tanya sesuatu?” tanya Fajar. Doni mulai merasakan reaksi Fajar berbeda dari sebelumnya. “iya” jawab Doni singkat. “Lu masih suka dapet kabar dari Fitri?” tanya Fajar ragu-ragu. Doni hanya terdiam dan menunduk, ia tidak mampu menjawab pertanyaan dari Fajar. “Menurut gue, kisah lu belum berakhir Don. Lu aja yang..”  belum sempat Fajar menyelesaikan ucapannya, Doni segera bergegas meninggalkan Fajar “Ane mau ngajar, duluan ya..” katanya sambil berlalu. Fajar hanya menatap punggung Doni yang semakin menjauh.
            Malam hari Doni tidak mampu memejamkan matanya untuk terlelap. Doni teringat terus kata-kata Fajar “Menurut gue, kisah lu belum berakhir..” diucapnya lirih. Doni mengenang memori semester kemarin. Fitri, wanita shalehah yang menjadi idaman Doni sejak lama. Fitri sudah memberikan kepercayaannya pada Doni, ia telah bersedia dipilih menjadi pendamping hidup Doni. Namun Doni gagal menyelesaikan janjinya. Janji untuk lulus bersama dan akan mengatur rencana pernikahan bersama. Doni gagal dan membuat Fitri kecewa. Tidak terasa air matanya mengalir, kali ini cukup deras. “Mengapa aku terlalu lalai menyelesaikan kuliahku? Mengapa aku harus mengecewakannya?” ucapnya penuh emosi yang menggebu.

            Assalamu alaikum Fitri, bagaimana kabarmu? Alhamdulillah bulan besok Doni wisuda, mungkin Fitri bisa hadir jika tidak ada halangan” SMS ini Doni kirimkan ke Fitri sebulan sebelum ia wisuda. Entah akan dibalas atau tidak, Doni hanya ingin Fitri tahu kemajuannya.

            Wa'alaikumsalam Doni, aku kabar baik. Doni mengundang Fitri?” balasan dari Fitri cukup mengejutkan Doni. Mereka SMSan terus sampai lupa waktu. Doni mencoba mengajak Fitri untuk ke kampus agar bisa berbincang lebih banyak daripada hanya lewat SMS. Dengan berbagai cara akhirnya Doni berhasil membujuk Fitri. Besok mereka akan bertemu di kampus dan akan berbincang banyak.

            Sejak subuh Doni sibuk mencari baju yang cocok untuk bertemu dengan Fitri, ia tidak ingin pertemuannya kali ini menunjukkan keburukan sedikitpun. Sampai siangnya Doni benar-benar tegang dan panas dingin. Fajar hanya tertawa melihat sahabatnya sampai begitu tegangnya. “Lu pasti bisa ngelajutin mimpi lu dulu yang tertunda, semangat boy. Gue selalu dukung lu” Fajar berusaha memberikan semangat kepada sahabatnya itu. Doni hanya tersenyum kecut dan bergegas menuju kantin tempat kenangan mereka.

            Sebelum memasuki kantin, Doni terpaku melihat sesosok wanita anggun duduk di kursi kantin. Kerudungnya hijau sejuk membuat wajah sang gadis tampak semakin cantik. Doni semakin panas dingin memasuki kantin kampusnya. “Assalamu alaikum Fitri, sudah menunggu lama?” tanya Doni sambil bergegas untuk duduk. Fitri diam sejenak, ia meliahat penampilan Doni sudah banyak berubah. “Wa'alaikumsalam Doni, aku juga baru datang. Kebetulan tadi ketemu teman” ucap Fitri sambil tersenyum. “Fitri, sebenarnya aku ingin meminta maaf atas kegagalanku semester lalu. Aku..” Doni tidak mampu melanjutkan ucapannya. Doni terpaku teringat keterpurukannya dulu, Doni tidak sanggup mengungkapkan kesalahannya telah mengecewakan Fitri. “Aku sudah maafin Doni, mungkin Fitri hanya beruntung bisa lulus lebih dulu dari Doni. Bulan besok toh doni sudah jadi sarjana. Sama seperti Fitri.” Ucap Fitri halus. Doni merasa sedikit sejuk dengan perkataan Fitri. “Apa kita masih bisa melanjutkan rencana yang tertunda?” tanya Doni ragu. Fitri diam dan tampak berfikir. Doni menunggu.

“Maaf Don” ucap Fitri terputus. Doni sudah patah semangat. Duduknya sudah tidak tegak dan keringatnya semakin terasa dingin. “Iya Fit, maaf aku masih menungkit ini. Aku sadar aku sudah sangat mengecewakan. Maaf.” Ucap Doni lemah. Fitri tersenyum cekikikan, Doni bingung akan tingkah Fitri. “Don, sampai ketemu di wisudaan ya. Nanti kita bicarain lagi rencana kita dulu. Sekarang aku udah harus pergi, ada ngajar. Maaf ya?” kata Fitri sambil tersenyum. Doni hanya mengangguk dan mempersilahkan Fitri berjalan pergi. Doni tetap duduk di kantin dan entah desiran apa yang terasa dihatinya. Jodoh memang ditangan Allah. Pria sholeh pasti akan mendapatkan wanita sholehah juga. “Alhamdulillah, terimakasih ya Allah” ucapnya lirih.

 

 

 

 {kalah di lomba cerpen mua, hehe

ga berbakat nulis cerita islami bgt gw. ckck}

 

nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

1 comment:

  1. cuil, aturan lu bikin kisah gu ama ayang . pasti menang dah. hahaa....
    *PD*
    bikinin dun il,,

    ReplyDelete