Wednesday, June 5, 2013

Rindu dan Penyesalan



          Lembayung senja tergurat indah bak lukisan termahal. Orange itu bergerak perlahan meninggalkan senja yang berubah menghitam. Hitam sampai terlihat titik-titik kecil berkelap kelip menghias hitam yang seolah bernyawa. Nyawa diatas merambat, masuk melawati pori-pori udara dan melebur menjadi dingin yang sendu. Seorang insan terduduk mengamati segala kejadian alam yang mengagumkan itu.

            “Kak, aku rindu” serak dan bernada sendu. Kepalanya selalu ia dongakkan. Hatinya berdesir-desir melantunkan sebuah harapan. Perlahan desiran itu mampu menyumbat semua pori yang ada ditubuhnya. Udara dingin yang menusuk-nusuk sama sekali tidak mengganggu insan yang sedari tadi fokus menatap titik-titik kecil diantara hitam.

            Semburat awan bergerak-gerak. Bola matanya mengikuti terus gerak sang awan sampai ia melihat bayangan yang ia rindukan terbentuk. Nafasnya menderu-deru. Bulir-bulir air matanya menetes dan melantunkan sebuah lagu. Lagu kepedihan.

            “Kak, aku menyesal. Aku sangat amat menyesal” bulir-bulir air matanya semakin nyaring, lagu yang terlantun semakin pilu. Langit semakin hitam namun titik-titik kecilnya selalu bertambah. Cabak bernyanyi dengan suara sumbang namun terdengar merdu bagi rerumputan yang sedang bergembira menyambut rintik embun.

            Insan itu semakin terisak, isakannya membuat kodok-kodok disekitarnya bernyanyi semakin keras. Mereka berusaha menghibur insan yang sedari tadi hanya terduduk lemah. Sedang Insan yang dihibur sama sekali acuh. Syukurnya ia sudah mereda, ia mulai malu oleh nyanyian alam yang merdu.

            Desir hatinya masih menyebutkan hal yang sama, harapan. “Kak, bantulah aku” wajahnya memucat. Kerinduan yang ia sadari hanya akan menjadi kerinduan yang tak berujung. Hempasan angin dingin yang menusuk kulit semakin meraja. Insan itu kini tertunduk. Jiwa dalam hatinya yang meradang semakin mereda. Kekecewaan dan penyesalan yang tertancap tajam semakin pudar. Langit hitam kini memucat dan mendatangkan semburat cahaya ketenangan. Titik-titik yang menghiasi sang hitampun perlahan menghilang.

END


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

4 comments: