Saturday, April 7, 2012

Messa


mentari pagi menyinari wajahku yang masih layu karena kantuk. Butiran-butiran embun yang menetes dari dedaunan menyadarkan lamunanku. "Selamat pagi mah" ucapku walau mata tetap fokus pada butiran-butiran embun yang mirip kristal itu. 

*** 

            “Messa, kamu dimana?” suara papa jauh terdengar. Angin pagi diam-diam membelai wajahku hingga bulu-bulunya berdiri. Panggilan papa terus terdengar namun aku hanya diam. “Messa, ayo pulang” suaranya semakin dekat. Aku menoleh. “Messa, sudah lama kamu disini? Ayo sarapan nak” papa berbicara padaku dan fokus menatap mataku. Aku mengangguk dan menggandeng tangannya. Dalam genggaman tangan papa aku merasa hawa hangat menjalar dari tangan sampai ke pipi, hangat.
            Diteras rumah aku melihat seekor kucing putih dan cantik. Segera aku melepaskan genggaman tangan papa dan berlari menghampiri si putih. Aku mengangkatnya dalam pelukan dan bermain-main. “Itu kucing tadi papa beli, kamu suka?” tanya papa sambil terus menatap mataku. Aku mengangguk dan terus bermain dengan si putih. Papa memang selalu penuh kejutan.
            Hanya dalam waktu setengah jam papa kembali menghampiriku dengan membawa semangkuk sup kesukaanku. “Messa makan dulu yuk” ucapnya sambil terus tersenyum dan fokus pada mataku. Tanpa ada anggukkan dariku papa segera menyuapiku dengan sabar. Sesendok dua sendok sampai habis semua isi dalam mangkuk itu. Walau sudah berumur 10 tahun, aku sangat dimanja papa.
            “Andai mama masih ada disini” batinku nelangsa. Air mata menetes dari mataku. Segera aku hapus ketika mendengar langkah kaki papa. “Messa, kamu menangis? Kenapa sayang?” papa segera memelukku. Aku semakin terisak dalam pelukan papa. “Andai aku bisa mengucapkan betapa aku menyayangimu pa, dan betapa aku rindu pada sosok mama”

            *** 

Sabar Messa. Kamu harus kuat karena hanya Messa yang papa punya saat ini. Papa sangat sayang padamu sejak lahir. Walau kamu buta dan bisu. Dan ketika mama kamu harus pergi, mama kamu sudah meninggalkan matanya untukmu. Dan hanya mata ini yang mampu menghilangkan rindu papa pada mama.


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

No comments:

Post a Comment