Tuesday, August 20, 2019

PATAH (19)



            Aku bingung, takut dan malu berjalan menuju rumah bersama Ka Adam. Bang Indra akan bicara apa? Aku benar-benar ingin kembali saja ke kampus, aku tidak siap dengan reaksi Bang Indra. "Assalamualaikum" aku mengucap salam dan di sambut oleh Bilqis. "Waalaikumsalam, wah Kak Rara udah pulang" Bilqis tersenyum manis apalagi saat melihat Kak Adam. "Hei, kamu adiknya Rara? Lebih cantik deh" Kak Adam mulai gombal. "Iya kenalin, aku Bilqis. Tapi menurut aku cantikan Kak Rara kalo aku mah manis aja" Bilqis mulai berulah. Entah belajar darimana dia bisa-bisanya sok akrab dengan orang baru di kenal. "Manis? Nanti di rebutin sama semut loh, hihi. Gue Adam, calon suami Kak Rara" Kak Adam memperkenalkan dia dengan bangganya. Aku bahkan tidak menyangka dia berani menyebut dirinya "calon suami". Bilqis hanya tertawa dan mempersilakan Kak Adam duduk dan menawari minum. Aku meninggalkan Kak Adam sendiri di ruang tamu. Aku lebih memilih mengganti baju dan istirahat di kamar.
              Hampir jam 7 malam suara Kak Adam dan Bilqis masih terdengar ramai. Entah mereka membicarakan apa tapi terdengar mereka sangat bahagia. "Assalamualaikum" suara Bang Indra terdengar sampai kamarku. Hatiku langsung berdebar tidak karuan. Aku tidak berani dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Ketakutanku makin tinggi saat suara mereka sudah tidak terdengar di ruang tamu. Apa yang terjadi?
             Pukul 8 malam aku beranikan diri keluar kamar. Aku melihat ruang tamu hanya ada Bilqis sedang belajar, akhirnya aku ke teras dan melihat Bang Indra sendirian. "Bang Indra sendirian?" tanyaku ragu. "Iya, temen lu udah gue suruh balik" Bang Indra menjawab sambil menatap ke atas langit. "Dia bilang apa aja?" aku sangat penasaran. Bang Indra menarik nafas panjang dan menatapku tajam. "Lu nangisin Ramzy tapi mengabaikan orang kayak Adam? Lu gila apa kenapa, Ra?" Bang Indra masih menatapku. Aku bingung dan tidak tahu akan kemana arah pembicaraan Bang Indra. "Ra, kalo lu nanya gue. Gue setuju banget lu sama Adam, asal lu jangan gangguin dia lagi skripsi. Biar dia cepet lulus, dapet kerja dan bisa nikahin lu!" Bang Indra menunjuk keningku kuat-kuat. Nikah? Bang Indra ini kena santet Adam apa gimana? Aku sampai terdiam beberapa saat, mencoba mencerna kejadian hari ini. "Bang, lu setuju sama Kak Adam? Bang, dia itu udah malu-maluin gue di kelas pas awal ketemu" aku membuka aib Kak Adam. "Iya dia udah cerita, makanya gue setuju karena dia berani ngakuin dosa-dosa dia. Bagus tuh cowok kayak gitu" Bang Indra mencubit pipiku pelan. "Bang, gue masih belum bisa move on" suaraku hilang di bawa angin. Aku melihat reaksi Bang Indra yang tidak suka dengan omonganku barusan. Aku menyesal. Aku berjanji tidak akan mengatakan itu lagi. 

No comments:

Post a Comment