Wednesday, June 11, 2014

aku, kamu dan dia (2)



           Seminggu sudah aku resmi menjadi anak kuliahan. Setiap hari aku harus berinteraksi dengan jadwal kuliah yang aneh, ruangan yang selalu berpindah, dosen yang hobi telat dan dosen yang hobi marah. Ternyata masa sekolah memang masa yang paling menyenangkan, setidaknya tidak banyak tugas seperti kuliah. Padatnya kuliah tidak membuatku lupa dengan tragedi hari pertama masuk kelas. Lelaki sombong yang mengaku senior. “Mir, bengong aja sih?” Andien mengagetkanku, aku hanya tersenyum tipis. Entah, batinku seperti menunggu sosok lelaki sombong itu.

          “Kak Youfri kan ya?” Dea tiba-tiba menghentikan keributan dikelas. Sosok lelaki sombong itu akhirnya datang dan melempar senyum tipis ke Dea. “Ya ampun kak, kemaren aku nonton kakak manggung dipensi sekolah adek aku” Dea dengan mata berbinar mengagung-agungkan sosok lelaki sombong, siapa namanya tadi? Youfri?

          Selama jam Pak Gio aku tidak fokus. Aku seperti terhipnotis dengan kesombongan Youfri, kenapa sih cowok kayak dia bisa populer? Aku jadi ingin tahu kemampuan dia. “Okey, karena hari ini bapak agak kurang sehat, ada yang bisa hibur bapak?” Pak Gio tiba-tiba meminta kami untuk unjuk kebolehan, seisi kelas menyebutkan namaku. Selama seminggu ini memang aku sering curi-curi memainkan gitar milik Tio untuk melepas penat. Aku dengan senang sekaligus gugup maju kedepan kelas dengan membawa gitar kesayangan Tio yang selalu ia bawa kemana-mana. “Kak Youfri dong yang nyanyiiii” spontan Dea berteriak, mukanya memerah dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Degup jantungku menjadi kencang, ada apa ini? Pak Gio akhirnya meminta Youfri untuk maju ke depan kelas juga. Akhirnya kami mulai menghibur kelas dengan lagu sheila on 7 berjudul “kita”.

          Sepanjang lagu aku menatap kagum pada Youfri, suaranya sangat bening dan tidak menampakkan sosok sombongnya. Aku selain mengontrol petikan gitar juga harus mengontrol jantungku yang seolah ingin loncat keluar. Seisi kelas kompak bertepuk tangan ketika kami selesai. Pak Gio memutuskan untuk mensudahi jam kuliah, tanpa disadari Youfri memegang tanganku “Pantes main gitarnya bagus, tangan lu kapalan gitu” kemudian Youfri mengambil tasnya dan meninggalkan kelas. Astaga, tadi dia bilang apa? Ya Tuhan, bolehkah aku pingsan?

          ***

          Perutku tidak terasa lapar, padahal sejak pagi aku belum sarapan. Suasana dikelas tadi benar-benar membuatku kenyang seketika. Aku menikmati kicauan burung siang ini diarea saung kampus. “Mir, tumben nongkrong disini?” tiba-tiba saja Ranu duduk disampingku dan tidak lupa mengacak poniku. “Duduk gue, ngga nongkrong!” jawabku sebal sambil membenarkan poniku. “Haha lagi pms lu ya? Marah-marah mulu” aku hanya manyun dan enggan menjawab. Ranu mengeluarkan buku biru kesayangannya. Buku biru adalah buku kumpulan puisi karya Ranu. Puisi dia memang selalu bagus, terkadang aku iseng membuat puisinya menjadi sebuah lagu. Ranu tidak terlalu suka kalau puisinya dijadikan lagu, katanya “lu ngerusak rasa di puisi gue”.

          “Ran, lu kenal sama kak Youfri ngga?” tanyaku disela keasyikan Ranu menuliskan bait-bait puisinya. “Youfri yang vokalis band indie ya?” jawab Ranu santai. “Hah? Lu kenal? Band dia terkenal?” aku segera menyerang Ranu. Ranu segera menutup bukunya “Kaga kenal juga sih, doi kan kemaren abis manggung di Avicenna. Kanapa sih?” Ranu menatapku heran. Aku terdiam sejenak. Aku ini cinta musik, tapi aku malah kalah sama Ranu soal band indie. “Dia sekelas ama gue di matkul Pak Gio, tadi doi duet ama gue” jawabku lesu. Ranu menatapku beda.
“Lu duet? Kok bisa? Sepupu gue ngefans banget tuh ama dia”
“Semua orang aja deh ngefans ama dia, kayaknya gue doang yang ngga tau siapa dia”
“Haha, baru tenar kok band dia. Nama bandnya Black Melody”
“Kok Black melody?”
“Tiap manggung mereka pasti pake atribut serba hitam”
“Oh gitu, hmm”
“Kenapa lu? Suka?”
“Yang ada gue sebel ama dia, dia sombong banget!”
“Sebel apa senang betul? haha”
“udah deh lu ngga usah ngeledek, huh”
Kamipun memutuskan untuk makan siang bareng, berhubung perut sudah mulai terasa lapar. Memang, Ranu itu sohib paket lengkap.

***      

*to be continue

No comments:

Post a Comment