Wednesday, May 7, 2014

Masa Sekolah (5)



Pulang sekolah aku tidak tertarik dengan apa pun yang ada di sekolah, segala jiwa dan raga aku hanya ingin pulang. Sampai rumah pun aku hanya ingin menangis, air mata ini tak mampu terbendung lagi. Aku sendiri bingung kenapa aku harus menangis?
Dering hp mengejutkanku, ternyata Deri menelfon. Sesegera mungkin aku menarik nafas panjang dan mengusap semua air mata ku.
“kenapa Der?” untunglah suaraku tidak terdengar serak.
“kayak setan deh, tiba-tiba ilang gitu tadi”
“iya, masih ga enak aja tadi perutnya. Cuma itu aja?”
“ya udah deh, tadinya pengen cerita juga. Tapi kapan-kapan aja. bye”
Nada telfon terputus berdengung di telingaku. Kok Deri aneh ya? Haduh kenapa semua jadi tambah ribet begini?
Setelah selesai mandi aku menghampiri mama, seperti biasa mama sedang asik memasak didapur. Sepertinya mama orang yang tepat untuk ku ajak curhat.
“Mah, jatuh cinta pada pandangan pertama itu salah engga sih?” tanyaku to the point.
Mama tersenyum meledek, aku hanya manyun.
“Kamu lagi jatuh cinta?” tanya mama sambil melirik menggoda ke arahku.
“Engga tau mah, masih bingung. Perasaannya aneh aja, aku belum kenal banget masa udah jatuh cinta” jawabku serius.
Mama mulai mendekatiku dan menatap mataku fokus. “Mungkin itu cinta, tapi bukan berarti kamu harus melanjutkannya jika dia bukan orang yang tepat” kata mama lembut. Mama itu terbuat dari apa ya? Keren banget deh, aku langsung tenang mendengar kata-katanya.
“jadi aku harus gimana mah?” tanyaku lagi. Tak akan aku sia-siakan moment pernting curhat bareng mama.  
“Kamu cari tahu dulu, dia sifatnya gimana? Udah  punya pacar belum? Apa dia punya perasaan yang sama sama kamu? Kalau semuanya udah terjawab baru kamu tentuin, dia layak untuk kamu cintai atau engga” kata-kata mama membuatku semangat seketika. Aku tersenyum pada mama dan mengucapkan terima kasih. Aku ingin beranjak dan menuju kamar, namun langkahku terhenti oleh teriakan mama.
“Jangan lupa Fay, kamu udah kelas 3. Fokus belajar buat lulus dan masuk PTN ya”
Aku menjawab dengan teriakan lantang “Siap mahh” sambil berlalu meninggalkan mama yang akan melanjutkan masaknya.

***

Malam hari aku menemani papa nonton TV, sekedar refreshing dari kejenuhan tadi siang. Handphoneku berdering tanda SMS masuk.
“Malem anaknya Pak Tian”
Wah panjang umur. Baru tadi dicurhatin ke mama, eh orangnya langsung SMS. Senyum sumringah segera menghampiri wajahku.
“Malem, dasar tukang ngeledek. Ada apaan SMS jam segini?”
“Iseng aja, haha. Lagi kesepian nih gue.”
“Asik pria kesepian, haha”
“Kok jadi lagu Sheila on 7 sih”
“kan gue fans berat Sheila on 7”
“Wah, pas SD juga gue suka tuh”
“Gue dari SD sampe sekarang. Haha. Gue sih setia jadi nyari yang setia juga”
SMS-ku tak dibalas lagi. Mungkin sudah tidur. Aku terlalu fakus SMS-an samapai tidak saar bahwa sejak tadi papa dan mama sedang membicarakan aku.
“Udah gede ternyata ya mah anak kita” kata papa. Aku shock, segera kulirik papa dan mama. Mereka hanya tersenyum meledek. Aku kabur ke kamar dan menelfon Deri. Namun telfonku tidak dijawab. “Mungkin sudah tidur” fikirku.

***

*to be continue

No comments:

Post a Comment