Friday, October 4, 2013

Untuk Chacha



            Cha, apa kabar? Jangan lupa makan ya, Cha. Mama mau cerita banyak hal sama kamu. Tapi pada saat mama menuliskan surat ini, umur kamu masih 2 tahun. Mana mungkin kamu mengerti kan, Cha? :’) Mama sayang Chacha, sayang sekali. Semoga Chacha selalu tahu dan percaya itu. 

            Cha, mama bangga sekali punya kamu. Kamu anak yang super pintar, lucu dan cantik. Saat umur 1 tahun kamu sudah banyak mengucapkan kata-kata. Saat itu kata pertama yang berhasil kamu sebut adalah “MAMA” Mungkin kamu bingung saat mama menangis sambil memelukmu. Mama selalu ingat hari itu. Juga saat kamu mampu menyebut “PAPA”.

            Cha, kamu amat sangat kecil. Kamu amat sangat kecil untuk tahu kalau mama sakit. Mama sakit Cha, sakit sekali. Saat akhirnya mama dan papa memutuskan untuk bercerai. Memeluk kamu selalu menjadi obat luka terdalam mama, Cha. Maafkan mama ya cha, mama tak mampu menjaga papa dari godaan setan yang mengatas namakan ‘cinta’. Mama kecewa sekali. Namun, ia tetap papamu kan, Cha? :’)

            Saat kamu membaca ini, mama harap kamu sudah tahu yang namanya ‘cinta’ yang sebenarnya itu seperti apa. Mama sendiri masih belum paham benar, apa itu ‘cinta’? Perhatian? Pengertian? Ada di saat dibutuhkan? Jika memang itu arti dari ‘cinta’, mungkin mama telah jatuh cinta lagi :’)

            Kamu masih ingat paman Danke? Dulu kamu selalu memanggilnya “Man ke” Ya, dia paman yang selalu mengajak kamu bermain. Paman yang selalu membantu mama dalam segala hal. Paman yang senang sekali saat kamu berhasil memanggilnya “Paman Danke” dengan sempurna. Menurut kamu, apakah mama jatuh cinta lagi? Mama tidak tahu, Cha.

            Saat umurmu 2 tahun Paman Danke melamar mama. Ungkapan yang sudah lama mama tunggu. Ya Cha, mama merasakan debaran itu. Debaran indah saat ditatap penuh cinta. Debaran hebat saat ia memegang tangan mama. Dan segala debaran yang ada sangat amat mampu membuat mama mengharapkan Paman Danke menjadi teman hidup mama, selamanya.

            Namun, hati kecil mama berkata lain. Memory itu tidak akan pernah diulang. Mama tak mampu membayangkan panggilan “PAPA” yang susah payah kamu ucapkan, objeknya harus terganti. Sedang sosok papa itu masih ada, Cha. Papamu masih hidup. Apakah kamu harus memiliki 2 sosok papa? Sayangnya mama tidak menginginkan hal itu, Cha. Biarlah. Mamamu tetap satu. Papamu-pun satu. Bahkan, biarkanlah Paman Danke selamanya menjadi Paman Danke. :’)

            Saat kamu membaca ini, siapa pacarmu? Jangan menikah dulu jika pacarmu masih lirik-lirik cewek lain ya, Cha?
                                                                                        -mama yang selalu sayang Chacha



nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
 

No comments:

Post a Comment