Thursday, June 27, 2019

PATAH (2)



          Hari ini aku bolos kuliah, tidak ada semangat sama sekali untuk menuntut ilmu disaat pikiran sedang campur aduk. "Raa.. Kamu masih tidur?" suara Tante Linda dari depan kamarku. Penuh kekuatan aku mengarahkan badanku untuk bangun dan membuka pintu kamar. Aku lihat Tante Linda masih menggunakan daster. "Kamu bukannya ada kuliah pagi, Ra?" Tante Linda mengusap rambutku yang sudah sangat berantakan. Aku hanya menggeleng malas. Energi dalam tubuhku seolah pergi dari badan. "Ya sudah sarapan yuk" Tante Linda merangkulku dan mengajakku ke meja makan. Meja makan sudah tersedia nasi goreng dan buah anggur kesukaan Papa. Aku duduk dan segera makan, aroma masakan Tante Linda seolah menghipnotis untuk segera makan.
          "Besok Om Satria dateng jam berapa?" aku mencoba basa-basi. Muka Tante Linda terlihat bersalah dan aku jadi tidak tega. "Sekitar jam 2 siang" jawab Tante Linda dengan senyum yang agak di paksakan. Aku melanjutkan makan dengan pikiran yang campur aduk. Setahun setelah Mama meninggal, semua keperluan rumah ini diambil alih oleh Tante Linda. Tante Linda adalah adik Papa paling kecil. Tante Linda satu-satunya adik Papa yang belum menikah. Keberadaan Tante Linda di rumah ini sangat membantu aku, Bang Indra dan Papa untuk bengkit dan tidak terpuruk atas kepergian Mama. Lantas jika sekarang Tante Linda mau menikah, bagaimana keadaan keluarga aku?
          "Kapan acara pernikahanannya?" tanyaku lagi. Tante Linda memandangiku lama. "Sekitar 3 bulan lagi" jawabnya singkat. Kami kembali pada kemelut pikiran kami masing-masing. "Tan, aku udah telpon Bu Mimi untuk makanan besok beliau siap" Bang Indra segera duduk dan mengambil piring untuk sarapan. Tante Linda tersenyum dan berterima kasih. "Ra, lu bolos kuliah kan? Ntar bantuin gue dekor ruang depan ya" Bang Indra masih asik dengan nasi gorengnya walau mulutnya terus saja bicara untuk acara besok. Aku heran kenapa Bang Indra sepertinya tidak merasa kehilangan seperti aku? Bang Indra malah terlihat amat bersemangat. "Indra, dekor sama Tante aja. Rara biar kuliah kasian masih semester awal udah di ajarin bolos" Tante Linda menatap Bang Indra sungguh-sungguh. "Ngga apa kok, Tan. Aku emang males kuliah hari ini" jawabku singkat tanpa menatap Tante Linda.
          Selesai sarapan aku dan Bang Indra sibuk mendekorasi ruang depan untuk acara lamaran Tante Linda. "Abang kok keliatan semangat sih?" tanyaku sambil menggunting kertas-kertas sesuai arahan Bang Indra. "Ya masa mau bete kayak lu? Lagian Tante Linda itu udah banyak berjasa buat keluarga kita, masa kita cuma suruh bantuin gini aja ngga mau sih? Papa nih yang kasih mandat langsung. Lu tau sendiri Papa kalo kerja pagi sampe malem, mana ada waktu buat beginian!" Bang Indra menjelaskan panjang lebar. Aku setuju sih, tapi ini kan artinya Tante Linda akan pergi dari rumah ini. Aku masih belum bisa berpikir jernih apa yang akan terjadi dengan rumah ini tanpa adanya Tante Linda? "Ra, gunting gitu doang aja lama banget lu. Untung lu ngga masuk jurusan seni kayak gue, bisa kena hukum terus deh sama dosen" Bang Indra meledek aku yang masih menggunting satu pola, sedangkan Bang Indra sudah selesai lima pola. Akhirnya aku bisa tertawa dan sejenak melupakan pikiran-pikiran jenuh. 

No comments:

Post a Comment