Wanita itu memang rumit. Terkadang sulit sekali berkata-kata,
walau hanya satu kata rindu. Jam
dinding berdetak dengan cepat namun hati Aisya seperti berhenti di satu titik. Masa
kanak-kanak.
***
“Mah,
aku mau kerumah eyang deh” kata Aisya tiba-tiba. Mama memberhentikan gerakan
senamnya. “Tumben, mau ngapain kamu?” tanya mama sambil mengambil air es di
meja. “Pengen refreshing aja mah” jawab Aisya singkat, mama melanjutkan
senamnya.
Seminggu
setelah permintaan Aisya, mereka sekeluarga segera pergi kerumah eyang di
daerah Solo. Kebetulan mereka memang jarang pulang karena kesibukan. Aisya
sangat tidak sabar untuk bertemu eyang dan Rani teman semasa kecilnya. “Kamu
masih inget Bu Leli ngga sya?” pertanyaan mama membuat hati Aisya semakin
rindu. “Jelas inget dong, itukan mamanya Rani” jawab Aisya dengan sangat
semangat.
“Oalah
cucu-ku wes gede” suara eyang segera disambut dengan pelukan erat Aisya. Aisya
sangat merindukan eyangnya yang sudah lama sekali tidak ia temui. Mereka segera
masuk kedalam rumah eyang, merebahkan badan yang lelah. Mama dan eyang ngobrol
banyak, sedangkan Aisya hanya terdiam dan mengamati sekitar rumah yang sangat
ia rindukan. Bayangan masa kecilnya satu per satu berdatangan dalam kenangan
yang sangat indah.
“eyang,
rumahnya Rani masih sama kan? Dia ngga pindah kan?” tanya Aisya memotong
percakapan eyang dengan mama. Mama dan eyang malah tertawa mendengar pertanyaan
Aisya dan ekspresi wajahnya. “Iya nduk, sana main kerumahnya Rani” jawab eyang
setelah puas tertawa. Aisya segera bergegas menuju rumah Rani, ia sudah teramat
rindu dengan sahabat kecilnya itu.
“Aisya?
Aku ngga salah liat tho?” Rani terkejut melihat penampakan Aisya di depan
rumahnya. Aisya malah berlari dan memeluk erat tubuh sahabatnya itu. Mereka
sama-sama saling menghilangkan kangen yang sudah lama terpupuk. “Rani, kamu kok
jadi cantik sih? ahahhaa” Aisya tertawa puas dan haru. “Walah emang kamu doang
tho yang boleh cantik? haha” Rani ikut tertawa dan mereka berbincang tentantang
banyak hal.
“Kamu
kangen sama aku tapi kamu inget si Radit ngga? hihi” Rani mulai geli mengingat
kejadian waktu kecil. “Radit siapa ya Ran?” jawab Aisya bingung. “Walah masa
kamu lupa, yang dulu ngejar-ngejar kamu itu loh” Rani semakin geli mengingat
wajah Aisya dulu yang sebel sekali setiap Radit ngajak main bareng dan menggoda
Aisya terus. “Astaga, masih idup tuh anak? Haha iya inget” jawab Aisya sambil
tertawa bahagia. Radit dimata Aisya memang tidak ada apa-apanya. Radit itu dulu
kecil, Aisya kan tinggi jadi males main sama Radit. Namun Radit selalu saja mendekati
Aisya dan menggoda terus.
“Radit”
panggil Rani ketika melihat Radit berjalan di taman. Langkah kaki Rani dan
Aisya-pun terpaksa berhenti karena melihat sosok yang dibicarakan sejak tadi
justru muncul disaat yang tepat. “Rani, eh iki sopo tho?” tanya Radit masih
dengan intonasi yang sama. Sementara Aisya malah hanya terdiam tak bergerak
satu inci-pun. “Sok ngga kenal, ini Aisya tho” jawab Rani gemes. Aisya masih
terpaku, Radit searang sudah tinggi sekali bahkan Aisya jadi lebih pendek darinya.
Aisya juga melihat Radit yang sekarang berbeda dengan Radit yang dulu. Radit
yang sekarang lebih tampan dan terlihat dewasa. “hehehe abis Aisya diem aja,
lupa sama aku ya?” Radit seperti biasa saja bertemu aisya, walau wajahnya sudah
bersemu merah. Aisya hanya tersenyum manis.
Mereka
membicarakan banyak hal, masa kecil memang selalu menyenangkan jika diingkat
ketika sudah dewasa. “Aisya kuliah dimana sekarang?” tanya Radit mencoba
mengajak Aisya berbicara banyak, karena adari tadi Aisya lebih banyak diam. “di
UI dit, Radit dimana?” tanya Aisya mencoba biasa. “Aku UNS aja sama kayak Rani,
nyari yang deket biar bisa bantu ibu tho” jawab Radit sambil terus bertatap
mata dengan Aisya. “Wah kalian ini sekarang cocok loh, dulu berantem terus kan
sekarang malah akur. Ganteng sama cantik juga” Rani mulai menggoda mereka
berdua. Mereka berdua hanya diam dan tersenyum simpul.
“Udah
dit bilang aja kalo kamu masih nungguin Aisya ampe sekarang” Rani semakin
menjadi. Aisya dan Radit menatap tanya pada Rani. “Iya Asya, dia tuh ngga
pernah pacaran loh. Dia selalu bilang sama aku kalo dia maunya sama kamu aja”
Rani mulai serius. Aisya sangat amat terkejut. “Masa segitunya sih?” aisya
benar-benar heran. “Iya Aisya, aku emang nungguin kamu” jawab Radit singkat dan
jelas.
END
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada
kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
Mungkin masa kacilmu terlalu manis sob! jadi bikin rindu teruss hahaha xD
ReplyDeleteitu, si aisya malu-malu. padahal mau. haha.
ReplyDeletehahaha cewek emang gitu bang lana :D
ReplyDelete