Mabok cerpen pesenan. Mabok skripsi.
Eh malah ditambah mabok bajaj nih. :P
Mulai dari berita kuliah AMDAL
(analisis dampak lingkungan) ada prakteknya. Waduh praktek apaan nih? Minta
data proyek gedung-gedung tinggi sudah ada izin amdalnya? Atau mengorek air-air
di jakarta apakah sudah sesuai dengan peraturan? Oh ternyata bukan itu,
ternyata prakteknya adalah uji kebisingan. Alatnya mirip seperti mic karaoke,
huooo.
Nah setiap kelompok memutuskan
masing-masing tempat atau alat apa yang mau diukur kebisingannya. Ada yang
mengukur lampu merah arion. Ada juga shelter busway PGC. Macem-macem deh, nah
dosen kita bilang belum pernah ada yang ukur kebisingan bajaj. Karena kelompok
gue emang minim banget ide, ya udah kita embat abis aja tuh saran si ibu dosen.
Kita bakal ukur kebisingan bajaj.
Kelompok gue ada mba dwi, ichem, rizma
dan hardi. Pas mau ukur kebisingan, eh alat dari jurusan batrenya abis. Yasudah
kita minta batre dari jurusan, katanya ada. Eh pas kita minta, katanya batrenya
ngga ada. ‘kemaren ada padahal, mungkin dimakan tikus. Kalian beli aja ya. Nih
uangnya’ kata seorang karyawan dengan memberikan uang 50ribuan.
Akhirnya kami (gue, mba wie dan ichem)
berjalan menuju arion, dengan pas terik yang menerpa. Sebelum sampai arion kami
melihat circle k di dalam pom bensin, circle k itu seperti fatamorgana ditengah
padang pasir. Kamipun masuk kedalam untuk membeli batre. Alhamdulillah batre
yang kami inginkan ada di dalam, namun harganya 33ribu, sedangkan kita butuh 2
batre. Alhasil kami hanya membeli satu batre, kami coba disana dengan memasang
satu batre baru dan astu batre lama. Ternyata alat ukurnya TIDAK BISA NYALA.
Oke fiks kita harus beli satu batre lagi. Pakai duit sendiri, dengan harapan
nanti akan di ganti uangnya. Setelah kita beli 2 batre baru, tantangan kedua
adalah mencari bajaj.
Bajaj di depan arion sih banyak tapi
kami takut nanti hasilnya bias karena banyak mobil lalu lalang, akhirnya kami
memutuskan cari bajaj yang di depan kampus dan membawanya masuk kedalam kampus
agar suaranya tidak bias. Pas di depan kampus, ada bajaj yang masuk ke dalam
kampus. Kamipun segera merencanakan untuk menyetop bajaj tersebut nanti.
Ichem, orang yang pandai banget
tipu-tipu sama tukang-tukang pun memulai aksinya. “Bang, mau ngga kita sewa”
tanya ichem. “kemana neng?” tanya abang bajaj. “ngga kemana-kemana bang, disini
aja. Tapi nanti kita bayar kok” ichem mulai merayu dengan memasang mata centil.
“oh iya boleh, buat data kuliah ya?” abangnya mulai luluh dengan godaan ichem.
“iya bang”
Nah setelah abangnya setuju, ichem
yang jaga abangnya. Gue sama mba wie yang mengukur kebisingan. Pertama di jarak
0 meter. Kami dapatkan data 80 dB. Kemudian kami mengukur di jarak 5 meter. Gue
dan mba wie menggunakan langkah untuk menentukan meternya. “udah belum mba?”
suara ichem dari ujung sana. “Iya udah” teriak kami berdua. Kemudian suara
bajaj-pun menggema, dan kami dapat data 78 dB. Kemudian kami mengukur lagi dari
jarak 10 meter. “udah belum mba?” tanya ichem lagi. “Udah chem” jawab kami
lagi. Namun karena saat itu ada mobil lewat, datanya jadi tidak valid. Akhirnya
kami minta ulang “chem, lagi lagi” teriak kami. akhirnya kamipun dapat data 75
dB.
Setelah selesai ichem teriak lagi “mba udah?”. Kamipun menjawab “iya udah
chem”. “mba beneran udah nih?” teriak ichem meyakinkan. “iya udah” jawab kami
sambil menghitung langkah untuk mengukur dari jarak 15 meter. Kemudian kami
mendengar ichem berteriak “woy, tru gue ditinggalin nih?” ichem sedang berlari
kearah kami. Kami-pun shok. “Lah ichem! Belum selesai, kan masih ada yang jarak
15 meter” jawabku dan kemudian mba wie saking terkejutnya sampai menabrak aku
dan akhirnya kamipun terjatuh berdua. Untung saja suasana di kampus sedang
sepi. *malu*
Yaahh akhirnya data kita berakhir di
10 meter, di jarak 15 meter kami ditinggal oleh abang bajaj. Mungkin abang
bajaj takut jatuh cinta kepada kami bertiga yang memang sangat kece. Atau
mungkin abang bajaj itu teriangat istri di rumah.
“Lagian sih abangnya buru-buru banget
chem” ucapku sebal. “Iya il, tadi tuh abangnya nanya. Mau ukur polusi ya neng?
Trus gue jawab aja, ngga bang, ukur kebisingan kok. Trus abangnya bilang,
kirain ukur polusi, saya takut ditangkep” kami langsung tertawa ngebayangin
abnagnya ketakutan ditangkep. :D
No comments:
Post a Comment