‘ping’
bunyi chat tiba-tiba saja membuyarkan fokusku pada tugas kuliah sore ini. Aku
melirik nama orang yang menggangguku, mataku membesar dan tak berkedip. ‘Indra?’
balasku cepat, tak ingin kesempatan yang ada terbuang begitu saja. Indra adalah
pria yang aku inginkan sejak dulu, sejak pertama kali kakiku menginjak kampus
tercintaku.
‘iya
Ris, lagi sibuk ya? hehe’ balasnya setelah ku tunggu sekitar dua menit. ‘ngga
juga sih, hehe. Tumben nih, ada apa ya?’ jawabku kaku, aku seperti orang
linglung. ‘Lagi bosen aja, jalan yuk!’ nafasku tercekat membaca balasan
darinya. Berulang-ulang kali aku baca dan tulisan itu tak berubah. Jalan?
Kami berbincang cukup banyak sampai akhirnya sore hari kita benar-benar
bertemu. Ajakan yang sulit untuk aku tolak. ‘Hei, lama nunggu ya?’ suaranya
terdengar merdu, aku hanya menggeleng. Kamipun menyusuri jalanan kota yang
ramai, sesekali berbincang diatas motor merahnya.
‘Lu
laper ngga?’ tanyanya ketika kami terhenti disebuah lampu merah. ‘ngga begitu
sih, lu laper?’ aku balik bertanya, masih kaku. ‘Ngga, ya udah kita ngobrol
disana aja ya’ jawabnya dengan intonasi yang tidak aku mengerti.
Kami
berjalan sore, mengamati sekeliling yang sedang sibuk dengan kegiatannya
masing-masing. Ada yang main basket, berkumpul keluarga dan ada yang menemani
peliharaannya jalan-jalan. ‘Kuliah lu lancar Ris?’ tanya Indra membuayarkan
suasana. ‘Alhamdulillah, lu sendiri gimana? Gue liat lu sibuk di organisasi deh’
tanyaku mulai biasa, tidak kaku lagi. ‘Ya lumayan deh, lagi jenuh si ama
rutinitas makanya gue ngajak lu jalan nih’ jawabnya pelan. Aku menatap
wajahnya, rambutnya yang lurus membuat wajah ovalnya semakin terlihat sempurna.
Kami terus menyelusuri jalanan setapak, mengelilingi taman yang sejuk.
Setelah
beberapa lama kami berjalan menikmati suasana sore akhirnya kami duduk disebuah
kursi yang kosong. Kami berbincang banyak hal, dari kuliah, masa sekolah sampai
keluarga. Indra lebih banyak bercerita karena memang aktivitas dia banyak dan
dari wajahnya terlihat ia sangat ingin didengar. Mendengar setiap detail
ceritanya sangat menyenangkan. Aku menikmati merdu suaranya, tawa renyahnya
bahkan detail wajahnya yang selalu mampu membuat aku terkagum-kagum.
‘Udah
mulai malem nih? Lu mau jalan lagi ngga?’ tanyanya membuat jantungku terpompa
makin kencang. ‘Terserah aja, kan gue nemenin lu. hehe’ jawabku sebisanya.
Kamipun segera meninggalkan taman dan menyesuri jalanan kota yang makin padat.
Kami mulai melalu jalanan sempit yang aku tak pernah lalui. ‘Ini kita mau
kemana ya ndra?’ tanyaku mulai curiga. ‘Ada deh, haha’ jawaban yang makin
membuatku curiga. Suasana semakin menakutkan karena perjalanan terasa sangat
jauh. ‘Ndra serius nih lu mau ajak gue kemana? Lu ngga niat nyulik gue kan? Makan
gue banyak loh ndra, gue manja juga. Udah lu ngga usah nyulik gue deh’ aku
mulai menyerang Indra, entah kenapa suasana jadi seram. ‘Heh, ngapain juga gue
nyulik lu Ris? Haha ada-ada aja sih lu, gue cuma menghindari macet tau’
jawabnya dengan tawa yang masih terdengar renyah, aku mulai merasa aman
kembali.
Ternyata
Indra mengajakku makan malam di angkringan tempat biasa ia jajan. Dari cerita
yang ia lontarkan sepertinya enak, aku jadi tak sabar untuk mencoba. Akhirnya
kamipun makan, ternyata benar rasanya enak. Meski letaknya dipinggir jalan tapi
pengunjungnya lumayan ramai dan hampir semuanya membawa kendaraan. Kami makan
dengan lahap karena memang perut sudah teriak-teriak minta diisi.
Selesai
makan kamipun pulang, jalanan sudah sangat ramai. Perjalanan kami jadi sangat
lama. Disela-sela perjalanan Indra selalu mencoba mengajakku berbincang, ia
seperti tidak ingin aku merasa dicuekin.
‘Eh iya Ris, makasih banget ya lu mau nemenin gue jalan. Ya setidaknya hidup
gue ngga lurus-lurus amat deh’ katanya. Aku hanya menjawab ‘Iya, sama-sama’.
Tiba-tiba saja tangan kiriku terasa hangat, ternyata ia menggenggam tanganku. Diantara
laju motor, jantungku seperti berhenti berdetak. Sorot mataku seolah berhenti,
dunia seolah berhenti. ‘Makasi banget’ ucapnya lagi. Aku tak mampu
berkata-kata. Sepanjang perjalanan aku hanya terdiam. Debar jantungku semakin
lama semakin menjadi, genggaman tangannya terasa hangat. Menjalar dari jemari
smpai ke dalam hati, rasanya aku ingin waktu berhenti saat ini.
END
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
Sepertinya kisah nyata~~
ReplyDeletehih sok tau nih, haha. kapan kopdar nih kita? gue pan anak baru *muka lugu* :p
ReplyDelete