Lembayung senja tergurat indah bak lukisan
termahal. Orange itu bergerak perlahan meninggalkan senja yang berubah
menghitam. Hitam sampai terlihat titik-titik kecil berkelap kelip menghias
hitam yang seolah bernyawa. Nyawa diatas merambat, masuk melawati pori-pori
udara dan melebur menjadi dingin yang sendu. Seorang insan terduduk mengamati
segala kejadian alam yang mengagumkan itu.
“Kak, aku rindu” serak
dan bernada sendu. Kepalanya selalu ia dongakkan. Hatinya berdesir-desir
melantunkan sebuah harapan. Perlahan desiran itu mampu menyumbat semua pori
yang ada ditubuhnya. Udara dingin yang menusuk-nusuk sama sekali tidak
mengganggu insan yang sedari tadi fokus menatap titik-titik kecil diantara
hitam.
Semburat awan
bergerak-gerak. Bola matanya mengikuti terus gerak sang awan sampai ia melihat
bayangan yang ia rindukan terbentuk. Nafasnya menderu-deru. Bulir-bulir air
matanya menetes dan melantunkan sebuah lagu. Lagu kepedihan.
“Kak, aku menyesal. Aku
sangat amat menyesal” bulir-bulir air matanya semakin nyaring, lagu yang
terlantun semakin pilu. Langit semakin hitam namun titik-titik kecilnya selalu
bertambah. Cabak bernyanyi dengan suara sumbang namun terdengar merdu bagi
rerumputan yang sedang bergembira menyambut rintik embun.
Insan itu semakin
terisak, isakannya membuat kodok-kodok disekitarnya bernyanyi semakin keras.
Mereka berusaha menghibur insan yang sedari tadi hanya terduduk lemah. Sedang
Insan yang dihibur sama sekali acuh. Syukurnya ia sudah mereda, ia mulai malu
oleh nyanyian alam yang merdu.
Desir hatinya masih
menyebutkan hal yang sama, harapan. “Kak, bantulah aku” wajahnya memucat. Kerinduan
yang ia sadari hanya akan menjadi kerinduan yang tak berujung. Hempasan angin
dingin yang menusuk kulit semakin meraja. Insan itu kini tertunduk. Jiwa dalam
hatinya yang meradang semakin mereda. Kekecewaan dan penyesalan yang tertancap
tajam semakin pudar. Langit hitam kini memucat dan mendatangkan semburat cahaya
ketenangan. Titik-titik yang menghiasi sang hitampun perlahan menghilang.
END
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada
kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
wush suka sama tulisannya :)
ReplyDeleteterima kasih :')
ReplyDeletekeren!! jadi inget guru bahasa indonesia :)
ReplyDeletekenapa jadi guru bahasa yang diinget? :|
ReplyDelete