"Gwen, kata Om Rendy awal bulan Konveksinya sudah mulai aktif. Kamu kapan mau pindahan?" Papanya Gweni memberi kabar yang membuat Gweni sedih, ia harus segera meninggalkan kota tercintanya. "Mungkin minggu depan, Pa" Gweni menjawab sebisanya. "Om Rendy sudah sediakan kos-kosan untuk kamu, jadi kamu tinggal datang" Papanya Gweni menambahkan. Gweni hanya mengangguk, pikirannya entah berada dimana. "Kamu cepat sekali besarnya, Nak. Mama pasti kangen kamu nanti" Mama merangkul Gweni yang masih dengan pikiran kosong. Gweni membalas pelukkan Mama.
"Jogja?" Bastian hampir menyemburkan kopinya. "Biasa ajaa dong.." Gweni menatap tajam Bastian. "Lu netap disana? Terus yang nemenin gue ngopi siapa dong?" Bastian tampak kecewa. "Cari temen sih, atau cari pacar sekalian biar nyokap lu seneng" Gweni malah menggoda. "Ribet cuy punya cewek, males gue" Bastian berbohong. "Homo dasar" Gweni melempar tisu kearah Bastian. Mereka tertawa.
"Gue bakal kangen sama lu, Gwen" mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Gweni. "Bisa aja lu, nanti kita video call deh" jawab Gweni. "Gwen, sebenernya gue mau ngomong sesuatu" Bastian mencoba untuk berbicara. "Hah? Eh ngomong apaan sih? Gue buru-buru nih mau packing buat jalan besok. Lu doain perjalanan gue lancar yaa" Gweni menghindar. Ia tahu apa yang akan di bicarakan Bastian. Gweni tidak mau Bastian sampai mengucapkannya. Gweni hanya ingin mereka bahagia seperti ini saja, tanpa ada ikatan apa-apa. "Iya gue doain, semoga lu baik-baik ya" Bastian tersenyum. Hatinya rapuh. Bastian melihat Gweni yang menghindar. Ia bertanya-tanya tentang apa yang ada di dalam pikiran Gweni.
No comments:
Post a Comment