Menjadi mahasiswa ternyata sangat
mengasyikkan. Aku masih semester awal namun aku sudah banyak teman. Bukan hanya
teman satu angkatan, banyak kakak tingkat yang sering bertegur sapa layaknya
teman seangkatan.
“Heh
bogel, tumben lu pagi-pagi udah dateng” tiba-tiba saja suara yang sudah tak
asing di terdengar jelas di telinggaku. “Ah rese lu kak, gue kan emang rajin.
haha” jawabku seadanya. “Gel, si Andien mana? Lu sekelas kan?” tanya sosok
lelaki dihadapanku. “Meneketehe! Emang kalo sekelas harus bareng terus? Udah ah,
gue masuk kelas dulu ya kak” jawabku sedikit kesal.
Kak
Gery adalah salah satu kakak yang memang sudah akrab denganku. Selain Kak Gery
ada lagi Kak Leo dan Kak Ray. Diantara mereka bertiga memang Kak Gery adalah
sosok kakak yang lumayan menarik hatiku. Sedangkan Kak Leo adalah sosok kakak
yang supel namun dia sudah punya calon istri. Kalau Kak Ray sudah tidak
diragukan lagi ke Playboy-annya, hampir semua temanku dibuat jatuh hati.
“Kak
Leo, lagi ngerjain apa kak?” tanyaku saat melihat sosok lelaki berkulit putih
dan berambut lurus di depanku. “Eh Yuni, ini lagi ada tugas dari Pak Gugun.
Kamu udah selesai kuliah?” jawab lelaki berambut lurus. “Udahan nih kak, tapi
banyak banget tugas jadi males pulang. Mau ngerjain dulu” kataku dengan lemas. “Yah
namanya juga mahasiswa Yun, tugas mah jangan dibikin berat.” Kak Leo berusaha
menyemangati, aku hanya tersenyum kemudian mulai mengerjakan lembaran demi lembaran
tugas yang ada.
“Weits
pada rajin amat nih, udah kayak anak dosen. haha” suara Kak Ray mengejutkanku
dan Kak Leo. “Biarin lah dari pada lu rajin bikin nangis perawan, haha” sahut
Kak Leo yang langsung disambut dengan tawaku. “Woy apaan nih rame-rame?” sapa
Kak Gery tiba-tiba. Kedatangan Kak Gery membuatku senang, meski kini mereka
bertiga membicarakan hal-hal yang aku tidak pahami.
Sementara
mereka bertiga ngobrol, aku melanjutkan tugas yang meraung-raung minta
disentuh. “Ngerjain tugas dari Bu Rini lu ya?” tiba-tiba saja Kak Gery duduk
disampingku. Degup jantungku mulai berlompatan. “Kok lu tau sih?” jawabku shok.
“Iya tadi gue abis bantuin si Andien” jawabnya dengan senyum manis. “wah ajarin
gue juga dong!” pintaku dengan penuh harap. “Ogah!” jawaban yang sangat
mengecewakan. Kak Gery dan Kak Ray langsung pergi meninggalkan aku dan Kak Leo.
Menyebalkan sekali, ternyata hanya tampilan fisik yang dinilai oleh Kak Gery.
Aku kecewa.
“Tugas
apa sih Yun? Sini coba kakak liat” suara Kak Leo bagai salju di padang pasir.
Aku dengan serius mendengarkan semua materi yang disampaikan Kak Leo. Ternyata
Kak Leo sangat pintar dan baik sekali. Kak Leo tidak hanya melihat tampilan
fisik, berbeda sekali dengan Kak Gery dan Kak Ray.
Degup
jantungku seolah berhenti berdetak saat membaca secarik kertas berwarna
keemasan. “5 Mei 2013” ucapku lirih. Kak Leo akan segera menikah, cepat sekali
rasanya. Rasanya baru kemarin aku menyadari adanya getaran yang lain di hatiku
padanya. Rasanya baru kemarin aku menyadari sosok ini berbeda. Sosok Kakak yang
selalu menolong tanpa membeda-bedakan. Sosok Kakak yang selalu menyebut namaku
dengan benar, bukan dengan sebutan ‘bogel’. Semoga bahagia menyertaimu Kak.
END
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)