Pulang sekolah aku tidak tertarik
dengan apa pun yang ada di sekolah, segala jiwa dan raga aku hanya ingin
pulang. Sampai rumah pun aku hanya ingin menangis, air mata ini tak mampu
terbendung lagi. Aku sendiri bingung kenapa aku harus menangis?
Dering hp mengejutkanku, ternyata
Deri menelfon. Sesegera mungkin aku menarik nafas panjang dan mengusap semua
air mata ku.
“kenapa Der?” untunglah suaraku
tidak terdengar serak.
“kayak setan deh, tiba-tiba ilang
gitu tadi”
“iya, masih ga enak aja tadi
perutnya. Cuma itu aja?”
“ya udah deh, tadinya pengen cerita
juga. Tapi kapan-kapan aja. bye”
Nada telfon terputus
berdengung di telingaku. Kok Deri aneh ya? Haduh kenapa semua jadi tambah ribet
begini?
Setelah selesai mandi aku
menghampiri mama, seperti biasa mama sedang asik memasak didapur. Sepertinya
mama orang yang tepat untuk ku ajak curhat.
“Mah, jatuh cinta pada
pandangan pertama itu salah engga sih?” tanyaku to the point.
Mama tersenyum meledek, aku
hanya manyun.
“Kamu lagi jatuh cinta?”
tanya mama sambil melirik menggoda ke arahku.
“Engga tau mah, masih
bingung. Perasaannya aneh aja, aku belum kenal banget masa udah jatuh cinta”
jawabku serius.
Mama mulai mendekatiku dan
menatap mataku fokus. “Mungkin itu cinta, tapi bukan berarti kamu harus
melanjutkannya jika dia bukan orang yang tepat” kata mama lembut. Mama itu
terbuat dari apa ya? Keren banget deh, aku langsung tenang mendengar
kata-katanya.
“jadi aku harus gimana
mah?” tanyaku lagi. Tak akan aku sia-siakan moment pernting curhat bareng mama.
“Kamu cari tahu dulu, dia
sifatnya gimana? Udah punya pacar belum?
Apa dia punya perasaan yang sama sama kamu? Kalau semuanya udah terjawab baru
kamu tentuin, dia layak untuk kamu cintai atau engga” kata-kata mama membuatku
semangat seketika. Aku tersenyum pada mama dan mengucapkan terima kasih. Aku
ingin beranjak dan menuju kamar, namun langkahku terhenti oleh teriakan mama.
“Jangan lupa Fay, kamu udah
kelas 3. Fokus belajar buat lulus dan masuk PTN ya”
Aku menjawab dengan
teriakan lantang “Siap mahh” sambil berlalu meninggalkan mama yang akan
melanjutkan masaknya.
***
Malam hari aku menemani papa
nonton TV, sekedar refreshing dari kejenuhan tadi siang. Handphoneku berdering
tanda SMS masuk.
“Malem anaknya Pak Tian”
Wah panjang umur. Baru tadi
dicurhatin ke mama, eh orangnya langsung SMS. Senyum sumringah segera
menghampiri wajahku.
“Malem, dasar tukang
ngeledek. Ada apaan SMS jam segini?”
“Iseng aja, haha. Lagi
kesepian nih gue.”
“Asik pria kesepian, haha”
“Kok jadi lagu Sheila on 7
sih”
“kan gue fans berat Sheila
on 7”
“Wah, pas SD juga gue suka
tuh”
“Gue dari SD sampe
sekarang. Haha. Gue sih setia jadi nyari yang setia juga”
SMS-ku tak dibalas lagi.
Mungkin sudah tidur. Aku terlalu fakus SMS-an samapai tidak saar bahwa sejak
tadi papa dan mama sedang membicarakan aku.
“Udah gede ternyata ya mah
anak kita” kata papa. Aku shock, segera kulirik papa dan mama. Mereka hanya
tersenyum meledek. Aku kabur ke kamar dan menelfon Deri. Namun telfonku tidak
dijawab. “Mungkin sudah tidur” fikirku.
***
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
No comments:
Post a Comment