Kopinya sudah habis. Ini kopi pertama yang berhasil aku habiskan tanpa menambahkan gula. Kamu bilang kopi itu memiliki banyak rasa di akhirnya. Kadang rasa mangga, kadang duren, kadang juga bisa asam seperti jeruk. Jelaslah aku tidak percaya. Berulang kali aku minum kopi itu rasanya pahit, aku baru bisa menikmatinya ketika sudah ditambah gula.
"Rasanya perpaduan antara melon dan strawberry" kataku berusaha memecahkan kesunyian ini. Kamu menatapku sekilas lalu melanjutkan buku bacaanmu. Aku sedikit terkejut dengan skill yang aku punya sekarang. Ternyata kamu benar, kopi itu tidak pahit. Setiap kopi yang dibuat dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Tak lagi perlu gula, kopi itu sudah memiliki rasa yang beraneka ragam.
Aku kembali ke kamu. Kita memang menjadi asing setelah sebulan memutuskan untuk berhenti komunikasi. Tapi aku butuh kamu. Bersama kamu memang rasanya kacau, selalu bertengkar dan berbeda pendapat. Ternyata tanpa kamu, aku hanya manusia membosankan yang tak punya kebahagiaan.
"Gue udah ngga bisa, Nggi" kamu menutup bukumu dan menghabiskan kopi dihadapanmu. Aku menatap kamu dengan tanda tanya besar. Apakah sebulan bisa secepat itu merubah kamu? "Maaf, gue rasa udah terlambat. Gue pengen dulu lu ngerti gue, ternyata baru sekarang. Gue udah capek, Nggi." kamu menghembuskan nafas panjang. Ini berat kan? Lalu kenapa kamu tetap ambil jalan ini? Bukannya kita bisa perbaiki sama-sama? Semua pertanyaan berkeliaran hebat di kepala. Terlalu sakit sampai aku tak tahu habis mengucapkan apa.
Belakangan ini aku berusaha selalu sejajar sama kamu, supaya aku tahu maunya kamu seperti apa. Nyatanya, menjadi sejajar-pun aku masih sulit melihat dunia kamu. Sekarang kita terpisah bagai dua manusia yang tidak pernah saling kasih.
#30haribercerita #30hbc22 @30haribercerita #30hbc2205
No comments:
Post a Comment