"Assalamualaikum" Gweni dan Bastian menyusuri ruang tamu rumah Bastian yang sepi. "Sepi banget, Ibu mana?" Gweni menyapu pandang. Bastian hanya mengangkat bahu tanda tidak tahu. Gweni duduk di sofa sedangkan Bastian mencari Ibu ke kamarnya.
Ibu berjalan perlahan menghampiri Gweni. Gweni terkejut bukan main, Ibu tampak kurus dan pucat. "Loh, Ibu sakit?" tanya Gweni sambil memantu Ibu duduk. "Biasalah sudah tua, kamu makin cantik saja" Ibu tersenyum bahagia. Mereka berdua melepas rindu. Mereka saling ungkapkan sayang tanpa ada pengahalang. Jujur, Gweni teramat sayang dengan Ibu sejak pertama kali bertemu. Mereka sangat amat cocok, seperti Ibu dan anak kandung.
"Kamu betah sekali di Jogja, kerjaan kamu lancar saja kan?" Ibu mengusap rambut Gweni dengan sayang. Bastian memperhatikan mereka dengan iri, andai saja ia bisa melampiaskan perasaannya sebebas itu. "Lancar kok, Bu. Memang kantor baru jadi banyak yang di urus" Gweni menyandarkan kepalanya di bahu Ibu. "Halah.. Sibuk pacaran aja lu sih" Bastian mencibir. Ibu tampak kaget. "Gweni sudah punya pacar? Padahal Ibu pengen Gweni sama Tian. Kalian cocok sekali" Ibu memasang muka masam. "Apaan deh, Bu? Aku kan udah ada Rere" celetuk Bastian asal. Gweni menatap Bastian dengan tanda tanya. Bastian melewatkan cerita tentang wanita lain terhadap Gweni. "Ibu itu kurang suka sama Rere, penampiannya terlalu terbuka" Ibu masih berwajah masam. Gweni tidak tahu harus bagaimana, ia terdiam masih dengan menyandarkan kepalanya di bahu Ibu.
No comments:
Post a Comment