Bulan penuh keteduhan dan kebahagiaan. Muslim seluruh dunia sedang
bersuka cita menyambut bulan penuh ‘lipat ganda’ yang di janjikan oleh-Nya,
Ramadhan. Seorang wanita berjilbab merah muda memeluk mukena dan sajadah untuk
mengusir rasa dingin yang ada dan juga degup jantungnya yang berdetak semakin
kencang. ‘Assalamu'alaikum, maaf kamu jadi nunggu ya Ci’ ucap seorang pemuda
dengan peci putih di kepalanya, wajahnya nampak bersinar karena seringnya
terbasuh dengan air wudhu. ‘Waalaikumsalam, ngga apa
kok kak’ jawab Aci lembut dan
segera mengikuti langkah kaki Zaka. Mereka berdua menuju masjid untuk
melaksanakan sholat isya dan taraweh berjamaah. Zaka dan Aci selalu berangkat
bareng sejak kecil.
Selesai taraweh Aci
menunggu Kak Zaka ‘lagi’ tetap memeluk mukena dan sajadahnya yang terlipat
rapi. ‘Aci, kamu laper ngga?’ Kak Zaka bertanya pada Aci sambil terus
melangkahkan kakinya. ‘Lumayan sih Kak, kenapa?’ wajah Aci sudah memerah. ‘Kakak
traktir makan mau? Kaka baru gajian nih’ jawab Kak Zaka santai sementara Aci
sudah berdebar hebat sambil mengangguk yakin.
Selesai memesan bebek
goreng mereka berdua asik ngobrol sambil sesekali memperhatikan orang-orang
yang lalu-lalang.
‘Kamu pake kerudung kayak gitu keliatan beda deh Ci’
‘Beda gimana Kak? Ini kerudung Kak Aisha loh, hehe’
‘Oh ya? Kak Aisha apa kabar?’
‘Baik kok Kak, seminggu sebelum lebaran katanya mau pulang’
‘Wah alhamdulillah bisa lebaran dirumah bareng keluarga’
‘Iya Kak, tapi katanya liburnya Cuma sebentar. Banyak kerjaan di
pesantren’
‘Eh, kamu kapan pake kerudung? Cantik loh Ci’
‘Hehe belum siap Kak’
‘Apanya yang mau disiapin? Kan kerudung Kak Aisha banyak. Ambil aja,
haha’\
Mereka tertawa bersama sampai bebek goreng pesanan mereka sampai dan
menggoda untuk segera dilahap.
‘Bu, kalo Aci pake
kerudung gimana ya bu?’ tanya Aci tiba-tiba pada ibunya. Sang ibu melirik anak
bungsunya. ‘Ya bagus tho, kamu jadi
cantik luar dalam. Insyaallah’ jawaban ibu membuat Aci mangangguk mantap. Hati
kecilnya bergejolak namun nalurinya mantap akan menggunakan kerudung mulai esok
hari.
‘Assalamu'alaikum’ teras
rumah lenggang. Wanita berkerudung hijau itu mengetuk pintu untuk kedua
kalinya. ‘Waalaikumsalam’ jawab ibu sembari membuka pintu rumah. ‘Walah anak ibu sing cantik uwis mulih,
ayo masuk. Banyak banget ini bawaan kamu’ wajah ceria ibu segera terpancar. ‘Iya
bu, Aisha beliin baju lebaran buat ibu sama Aci. Aci mana tho bu?’ tanya Kak Aisha lembut. ‘Di dalem kamar dari tadi’ jawab
ibu.
‘Assalamu'alaikum adik
Kakak yang paling cantik’ sapa Kak Aisha sambil memeluk Ac dari belakang. ‘Waalaikumsalam Kakak,
kangen banget’ jawab Aci
sambil membalas pelukan sang Kakak dan mengabaikan kerudungnya yang miring. ‘Kamu
pake kerudung sekarang Ci? Alhamdulillah jadi cantik banget, cocok’ puji Kak
Aisha dan Aci langsung bersemu merah.
‘Kamu kalo taraweh masih
suka bareng Kak Zaka?’ tanya Kak Aisha sambil melipat mukena dan sajadahnya. ‘Masih
Kak, aku pake keerudung gara-gara dia loh Kak’ wajah Aci memerah. Kak Aisha
terdiam sampai terdengar suara Kak Zaka mengucap salam. ‘Aisha?’ Kak Zaka
terkejut ketika melihat Aisha dan Aci keluar dari kamar. ‘Iya Kak, apa kabar?’
tanya Kak Aisha lembut. ‘Baik’ jawab Kak Zaka canggung. Mereka bertiga jalan
menuju masjid.
‘Oh ya, makasih Kak udah
nemenin Aci selama ngga ada aku’ Kak Aisha mencoba membuka percakapan. ‘Sama-sama’
jawab Kak Zaka masih canggung. ‘Makasih juga udah bikin Aci makin cantik dengan
kerudungnya, hehe’ Kak Aisha mencubit pipi Aci, Aci tertunduk malu. ‘Oh, Aci
jadi beneran pake kerudung? Alhamdulillah’ Kak Zaka terkejut. Aci masih malu
dan pipinya memerah.
Sesampainya di depan
rumah Aci buru-buru masuk ke dalam kamar sedangkan Kak Zaka dan Kak Aisha masih
terdiam di teras. ‘Aisha, kamu makin cantik’ ucap Kak Zaka malu-malu. ‘Makasih
Kak’ jawab Kak Aisha singkat, hatinya dipenuhi kegundahan. ‘Aku masih menunggu
kamu Aish, demi apapun aku masih menunggu kamu untuk yakin padaku’ ucap Kak
Zaka mengingatkan memori. ‘Maaf Kak, sepertinya impian kakak itu harus segera
di hapuskan’ tolak Kak Aisha dengan perasaan yang sudah tidak terkendali. ‘Maksud
kamu?’ Kak Zaka tidak mengerti. Kak Aisha menarik nafas, nafas terberat
semenjak ia pulang.
‘Ketika aku harus memilih antara Kak Zaka atau Aci, aku akan memilih Aci
Kak’
‘Aisha tolong, bicaralah dengan mudah. Aku ngga ngerti apa maksud kamu’
‘Aci sudah besar Kak, dia sudah mengenal jatuh cinta. Dan cnita itu sudah
jatuh pada hati Kak Zaka’
‘Aci? Kamu bercanda Aish, dia sudah aku anggap seperti adikku’
‘Sayangnya Aci ngga anggep Kakak seperti itu, dia anggap Kakak adalah
cintanya. Dia bahkan menggunakan kerudung karena Kak Zaka’
‘Astagfirullah,
mana ada wanita menggunakan kerudng hanya karena lelaki. Wanita menggunakan
kerudung itu harus karena Allah. Aish, harusnya kamu paham itu’
‘Aku paham Kak, tapi untuk Aci ini pasti amat menyakitkan’
‘Tapi Aish..’
‘Sudahlah Kak, Aish mau masuk dulu. Assalamu'alaikum’
‘Waalaikumsalam’ Kak Zaka menatap punggung Kak
Aisha yang menjauh, hatinya hancur. Penantian memang tidak selamanya indah di
akhir.
Sore
hari Kak Zaka sengaja datang kerumah Aci untuk menjelaskan semuanya. ‘Ada apa
ya Kak?’ tanya Aci bingung dengan kedatangan Kak Zaka yang tiba-tiba. Kak Zaka
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara Kak Zaka dengan Kak Aisha. Kak
Zaka juga minta maaf atas rasa yang sudah mulai tumbuh di hati Aci. Aci
tertunduk malu. Aci bingung harus berkata apa. Aci masuk ke dalam rumah dan
mengajak Kak Aisha untuk bertemu dengan Kak Zaka.
‘Kak Aisha jahat. Kakak ngga pernah cerita
tentang hubungan Kakak sama Kak Zaka’
‘Maafin Kak Aisha Ci, Kakak memang belum ada
hubungan apa-apa karena Kakak masih belum yakin’
‘Kalo Kak Zaka, udah yakin emang sama Kak Aisha?’
‘Insyaallah. Jika Allah mengizinkan, Kak
Zaka siap melamar Kak Aisha’
‘Kak Aisha kenapa belum yakin?’
‘Sebeneranya Kakak mau tanya kamu, tapi kalo
kamu memang sayang sama Kak Zaka. Kakak ikhlas kok Ci’
‘Kakak pikir aku ini adik macem apa? Aku ngga
mungkin biarin Kakak aku sedih. Dan aku pasti seneng punya kakak ipar kayak Kak
Zaka. Terlebih, Kak Zaka yang membuat aku mantap menggunakan kerudung. Tapi,
tujuan aku pake kerudung tetap untuk Allah, bukan untuk manusia, siapapun itu.’
END
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada
kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
adik yang benar-benar teladan :)
ReplyDeleteceritanya sederhana tapi manis ^_^
ReplyDeleteterima kasih :)
ReplyDelete