Lelah sekali rasanya melihat seseorang yang kita cinta
memiliki kelakuan yang jauh dari harapan kita. Lelah.
***
“Aku ngga
suka lihat kamu pulang malam, minum-minuman. Kamu itu mau jadi apa?” pagi itu
lagi dan lagi Sarah marah besar pada pacarnya, Zain. “Aku kinta maaf, semalem
aku dipaksa sama temen-temen” jawab Zain sebisanya. Sarah tutup mulut, lama
yang terdengar hanya deru nafas kencang. “Sarah, aku janji ngga akan ngulangin
ini lagi” Zain mencoba meyakinkan wanita didepannya. Sarah tetap berdiri
melihat Zain dengan pandangan kecewa. “Aku ngga butuh janji kamu yang terbawa
angin Zain” secepat kilat Sarah mengambil langkah seribu, tidak peduli kekasih
yang ia tinggalkan hanya mematung dan merasakan sakit yang teramat dalam di
dasar hatinya.
Seminggu
mereka tidak saling berkomunikasi, setiap bertemu keduanya seperti tidak saling
mengenal. “Sarah” panggil seorang perempuan mungil dengan dandanan ala artis. Yang
dipanggil hanya menggerakkan kepalanya sedikit. “Lu lagi ada masalah sama temen
gue?” tanya wanita mungil disampingnya. Sarah menghela nafas panjang “Bukan
urusan lu” ucapnya sambil terus berlalu, tidak peduli yang ditinggalkan merasa
dilecehkan. “Jelas ini urusan gue, Zain itu sohib gue” ucap wanita mungil itu
sedikit berteriak. Sarah tetap berlalu seolah tidak ada yang mengajaknya
berbincang. Masalah seperti ini memang bukan sekali dua kali untuk pasangan
ini, namun yang Sarah benci adalah ke-sok
tahuan teman-teman Zain. Mereka selalu saja ikut campur urusan pribadi
Zain, berulang kali Sarah terang-terangan bilang kalau dia terganggu tapi tetap
saja mereka sok tahu dan ingin tahu.
Siang ini
Sarah berniat menemui Zain untuk mengakhiri semuanya, Sarah sudah muak dan
lelah dengan segala kelakuan pacarnya itu. Ketika sosok yang ia cari terlihat
disudut kantin Sarah justru ragu lagi dan meninggalkan sosok itu. Sebagaimanapun
bencinya ia terhadap Zain tetap saja Zain adalah orang yang mampu membuatnya
bahagia, bahagia yang hakiki. Satu langkah lagi Sarah akan keluar dari kantin,
satu tangan menarik ia untuk tetap. “Zain?” ucap Sarah kaku. Zain hanya
tersenyum manis “apa kabar? Kamu kurusan, makan dulu yuk” tanpa menunggu
jawaban dari Sarah ia segera menarik tangan Sarah dan menuntunnya ke kursinya.
“Aku tadi memang
ingin ketemu kamu” tiba-tiba Sarah memulai pembicaraan. Lelaki didepannya hanya
diam, memperhatikan setiap detail wajah wanitanya. Sungguh ia sangat rindu pada
wanita dihadapannya, wanita yang mampu membuat ia melupakan sejenak masalah
dalam hidupnya. “Aku mau kita putus” ucap Sarah pelan namun terdengar jelas di
telinga Zain. Pandangan Zain tiba-tiba buyar, tubuhnya seperti tidak memiliki
energi lagi. “Tolong Sarah, aku kan sudah janji ngga akan melakukan ini lagi.” Frustasi,
jawaban Zain sangat terdengar frustasi. Sekian banyak mereka marahan, baru kali
ini Sarah mengucapkan kata itu. Kata yang sama sekali tidak diharapkannya.
Lama waktu
berputar di sudut kantin itu, mereka hanya terdiam. Terdengar deru nafas. Terdengar
isakan. Terdengar kata-kata kekesalan. Mereka tetap diam seribu bahasa. Tidak ada
yang berani memulai atau melanjutkan percakapan. “Kamu pasti tahu ini akan
sangat berat buat aku” ucapan pelan dan menyesakkan dari Zain, Sarah mengangkat
muka dan menatap wajah Zain yang penuh dengan peluh. “Maaf, tapi aku sudah lelah” dengan isakan dan derai
air mata Sarah mengakhiri percakapan mereka. Sarah pergi meninggalkan Zain yang
lagi-lagi menyisakan luka.
“Denger-denger
sohib kita udah bebas nih dari aturan-aturan ngga penting dari cewek sok ratu”
wanita mungil itu mengucapkan kalimat-kalimat dengan pandangan mengejek. “Maaf,
gue ngga ada urusan sama lu” Sarah berusaha tenang menghadapi wanita mungil
didepannya. “Wow, siapa lu berani banget ngelecehin gue? Dan sohib gue.” Wanita
mungil itu semakin mengejek Sarah. “Gue udah bilang kalau gue ngga ada urusan
sama lu” jawab Sarah mulai ketus dan mencoba meninggalkan wanita mungil
didepannya. “Weits, jangan kabur dulu lu. Takut dihina? Kalo takut dihina
jangan hidup lu” wanita itu menarik tangan Sarah, badannya yang mungil ternyata
memiliki kekuatan yang cukup besar untuk menarik Sarah. Sarah terdiam. “Asal lu
tau ya Ratu sejagat, lu sama Zain itu beda kasta!” ucap wanita mungil itu
dengan ketus. Sarah tetap diam. “Minum sama pulang malem sih hal biasa coy buat
kita, lu aja yang katro” wanita itu semakin semangat mencaci maki Sarah. “Jujur
gue seneng lu bisa putus sama Zain” kini wanita mungil itu meninggalkan Sarah
yang terisak pelan. Wanita itu sudah sangat puas melihat Sarah kesakitan dengan
ucapan-ucapan kasarnya.
“Sarah? Kamu
kenapa?” diantara isak tangis Sarah, Zain datang dan mengusap air mata mantannya. “Pergi Zain, aku
ngga butuh kamu” jawab Sarah kasar. “Kamu mungkin ngga butuh aku, tapi aku
sangat butuh kamu. Aku sayang sama kamu, lebih dari badanku sendiri. Kamu capek
sama kelakuan aku? Aku ngga pernah capek nurutin semua kelakuan manja kamu. Kamu
marah sama temen aku yang sok tahu? Aku ngga pernah marah sama temen kamu yang
selalu merebut waktu kamu sama aku. Kamu marah sama aku yang selalu ingkar
janji? Aku ngga pernah capek dengerin impian-impian kamu yang kadang membuat
aku takut akan kemampuan untuk mengabulkannya” Zain berbicara lebih kepada
dirinya sendiri, menguatkan hati bahwa wanita yang ia cinta ternyata sudah
meninggalkannya. “Aku sayang kamu sarah. Ketika aku sayang, aku akan menerima
kamu sepaket dengan segala kekurangan yang ada dalam diri kamu. Aku sayang
kamu.” Zain hampir menangis, kemudian dia pergi. Kali ini sarah yang tertinggal
dan menemukan luka.
***
Lelah bukan sesuatu yang tersimpan ketika kita mencintai
seseorang, karena cinta tidak mengenal lelah.
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
No comments:
Post a Comment