Segala urusan cinta itu rumit kawan, percayalah. Kalau ada
puisi yang bilang jatuh cinta itu sederhana, aku orang pertama yang tidak
setuju.
***
Suasana
lorong sekolah lenggang pagi itu. Satu dua siswa berdatangan dan berjalan
santai tanpa peduli Pak Joko yang berkeringat mengepel lantai kelas. Berbeda
dengan Rara, gadis berambut pendek dengan tas ransel hijau itu. Rara terduduk
dikursi dekat lorong, mengangkat kedua kakinya dan menunggu Pak Joko selesai
melaksanakan tugasnya.
“Udah atuh
neng, lewat aja” tegur caraka yang selalu memakai peci itu. Rara tersenyum
ramah kemudian tertawa geli. “I just wanna wait this floor dry” jawab Rara
dengan logat sunda. Pak Joko terdiam, mulutnya sedikit maju dan bola matanya
berputar berkali-kali. Rara yang melihat kejadian lucu itu makin tertawa geli.
“Aduh si eneng mah ngeledek bapak ini, bapak kan ngga makan kursi sekolahan.
Ngga ngerti atuh bahasa yang neng omongin” jawab Pak Joko lugu sambil
membenarkan pecinya. “Aku juga ngga makan kursi sekolahan kok pak, ngga doyan”
ucap Rara dan segera pergi, takut dilempar kain pel.
“Rara” sapa
seorang cewek berambut panjang dan feminin. “Oi Jessy, tumben lu dateng pagi”
ucap Rara sambil terus menaiki anak tangga. “Songong lu” jawab Jessy sambil
manyun. Mereka memasuki ruang kelas yang masih sepi. Belum sempat Rara duduk
dikursinya tiba-tiba saja Jessy teriak kencang “Beibyyy ......” sambil
berlarian kearah pintu. Rara memperhatikan lelaki yang berdiri tegap didepan
kelasnya ‘Keren banget’ ucap Rara dalam hati.
Pelajaran
fisika selalu membosankan Rara, ia mencorat-coret bukunya. “heh, segitu betenya
lu ama Pak Shidiq” bisik Jessy. Rara tersenyum sinis. “eh, cowok yang tadi pagi
siapa Jess?” tanya Rara ingin tahu. “Heiii, itu pacar aku. Udah jalan 2 bulan
loh, huhu awet yah?” jawab Jessy jadi manja. Rara tersenyum geli namun sudut
hatinya seperti tertusuk duri. Eh?
“Hello, lu
temen sekelasnya Jessy kan?” sapa cowok berambut polem didepannya. Rara seperti
patung yang kehilangan nyawa, baru kali ini dia lihat cowok yang punya mata sangat
memikat. “Eh? Iya..” jawab Rara sebisanya. “Hei, gue Aldy. Jessy ngambek ya
sama gue?” kemudian mereka berbincang-bincang lama. Dari mulai Jessy yang
ngambek karena Aldy lupa tanggal jadian, kebiasaan Jessy dikelas, sampai
kehidupan Aldy dan Rara dirumah. Mereka berbicara banyak sampai lupa waktu. “Eh
udah sore nih, gue mesti balik nih” Rara mengakhiri perbincangan, walau dalam
hatinya masih inggin berlama-lama ngobrol dengan Aldy.
Rara dan
Aldy hampir setiap hari ngobrol bareng, kadang Jessy juga ikut. Api cinta
dihati Rara semakin membara. Aldy tanpa mengerti apa yang ia rasakan, setiap
harinya selalu senang bertemu dengan Rara. Hubungannya denga Jessy tetap
harmonis namun Aldy mulai menyadari sesuatu, Aldy tidak mencintai Jessy.
“Jess, aku
harus ngomong sesuatu sama kamu” ucap Aldy tiba-tiba di teras rumah Jessy.
“ngomong apa sih beiby?” jawab Jessy masih dengan senyum manisnya. “Aku rasa,
kita ngga bisa lanjutin ini” Aldy sedikit berat mengucapkannya namun terdengar
yakin. “Maksudnya?” Jessy kebingungan, sangat tidak siap dengan ucapan
pacarnya. “Aku rasa perasaan aku ke kamu itu salah, aku ngga cinta sama kamu
Jess. Aku Cuma suka sama kamu” Aldy semakin mantap namun sedikit luka melihat
Jessy berurai air mata. “Aldy, suka perlahan akan jadi cinta. Aku yakin. Aku
rela kok nunggu itu” Jessy berusaha tegar, mengusap air matanya. Aldy terdiam,
cukup lama sampai hening tercipta. “Udah ngga ada yang bisa ditunggu Jess, aku
udah nemuin sosok yang bisa membuat aku jatuh cinta. Cinta yang sebenarnya, yang
belum pernah aku rasain. Terutama pas sama kamu” takut, tapi Aldy sudah
memutuskannya. “Siapa?” tanya Jessy sinis. “Kamu ngga perlu tahu Jess” Aldy
menatap Jessy lamat-lamat. “Aku akan ngelepasin kamu, walau berat banget. Tapi
siapa wanita itu? Tolong biarkan aku tahu siapa wanita yang bisa membuat kamu
jatuh cinta?” Jessy sekuat tenaga menahan air matanya. “Rara” Aldy menjawab
singkat dan jelas. Sangat jelas sampai Jessy terisak. “Cowok macem apa kamu
bisa jatuh cinta sama cewek kayak dia? Dia jauh banget dibanding aku. Tolong
kamu jangan bercanda” Jessy terisak, air matanya semakin terpompa keluar.
Sakit. Mereka berdua merasakan sakit.
Disekolah
Jessy tidak berbicara sedikitpun dengan Rara. Rara kebingungan, tidak mengerti
dengan apa yang terjadi. “Jess, lu kenapa sih? Gue salah apa deh?” tanya Rara
dengan wajah polosnya. “Ngga usah sok suci di depan gue ra! Gue ngga butuh
temen kayak lu!” jawab Jessy ketus. Rara semakin binggung. Jam istirahat Rara
memberanikan diri menghampiri Aldy untuk menanyakan kemarahan Jessy. “Aldy,
cewek lu kenapa ya? Dia marah sama gue?” tanya Rara penasaran. Aldy terdian
cukup lama, Rara menunggu. “Maaf ra, semuanya karena gue.” Jawab Aldy
sebisanya. “Maksudnya? Gue ngga ngerti deh, apa urusannya ama gue coba?” Rara
semakin penasaran. “Sulit ngejelasinnya, yang jelas gue udah putus sama Jessy”
Aldy menarik nafas panjang, ia butuh sokongan oksigen yang lebih. Rara menatap
Aldy heran, tidak percaya. “Oke. Gue tahu lu pasti ngga percaya sama gue ra.
Tapi gue baru sadar kalo ternyata gue ngga sayang sama Jessy, gue Cuma suka dia
karena dia cantik” Aldy menatap perempuan yang ia cintai. Rara terdiam,
menunggu kejutan berikutnya dari mulut Aldy. “Gue baru tahu setelah gue ketemu
cewek yang buat gue jatuh cinta” jawab Aldy sedikit ragu.
Hening. Rara
dan Aldy sama-sama kehabisan kata. “Gue salah nilai lu Al, lu ngga seperti yang
gue bayangin. Gue ngga nyangka lu nyakitin perasaan temen gue kayak gini,
dengan alasan yang sama sekali omong kosong!” Rara marah, ia kecewa dengan
pernyataan lelaki yang diam-diam dia cintai ternyata hidung belang. “Apakah
tetap omong kosong kalu gue bilang cewek itu adalah lu ra?” suara Aldy
meninggi. Bola mata Rara membesar, ia seperti ditarik ke alam mimpi. Ini sangat
gila. Rara lari meninggalkan Aldy, lari sangat kencang sampai ia tak tahu harus
berhenti dimana.
Sebulan
berlalu mereka tidak saling bicara. Bertemu pun mereka akan buang muka, sungguh
situasi yang sanggat tidak enak. Aldy yang membuat segalanya jadi seperti ini
merasa harus menyelesaikan semuanya. Aldy menghampiri kelas Rara dan Jessy
“Jess, gue mau ngomong” ucapnya. Meski berjarak, namun Rara dapat mendengar
ucapan Aldy. Rara dengan membawa sebongkah nyali mencoba menghampiri mereka
berdua. “Gue juga mau minta maaf sama lu Jess, sama lu juga Al” ucap Rara
lirih. Jessy menatap Rara dan Aldy. “Lu berdua mau gue kayak apa lagi? Gue udah
sangat sakit” jawab Jessy dengan mata nanar. Rara mengusap peluh. “Gue yang
bikin lu sakit Jess, maaf” pinta Aldy tulus. “Dan lu Ra, gue” belum sempat Aldy
menyelesaikan ucapannya, Rara memotong. “Lu berdua kenapa putus sih? Gue orang
yang paling seneng ngeliat kalian, kalian itu cocok banget. Dan gue akan sangat
seneng kalau bisa double date sama kalian” Rara tersenyum manis, senyum yang
menyimpan kebohongan. “Double date?” ucap Jessy dan Aldy berbarengan, Rara
makin tersenyum manis. “Oh, gue ikut seneng denger lu udah punya pacar Ra” kata
Aldy sambil menatap sepatunya, ia tak mampu menghadapi kenyataan ini. “Iya Ra,
gue juga seneng. Tapi gue dan Aldy emang udah putus, kita ngga bisa bareng
lagi. Yah, sekarang mungkin gue mau bilang maaf juga ke kalian berdua. Gue udah
maafin kalian kok” kata Jessy dan mereka bertiga tersenyum.
***
Aku benar kan kawan? Cinta itu rumit. Jadi, kalau belum
dewasa jangan coba-coba jatuh cinta yaa.
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)