Tik tik tik tik.
Bunyi gerakan jarum jam itu menemani kesendirianku. Kesendirianku setelah
memutuskan untuk berhenti membalas SMSnya dan menerima telepon darinya. Cowo
diseberang sana yang sangat aku sayangi sesungguhnya. Namun hati ini sudah
terlanjur sakit dengan perselingkuhan yang dia lakukan dibelakangku. Saat ini
adalah saatnya aku bangkit dan membuktikan bahwa aku tidak kalah. Aku tidak
boleh terpuruk seperti ini. Aku akan segera mencari penggantinya, harus lebih
tampan darinya. Ya! Harus!
...
“Yeni..
pagi-pagi udah ngelamun aja” suara Putri mengejutkan lamunanku. Senyum sinis
tergambar diwajahku, otakku masih saja sibuk mencari pasangan baru untukku. Hmm
siapa ya?
“Put, lo punya
temen cowo yang ganteng ga?” tanyaku pada Putri spontan. Putri adalah sahabatku
sejak masuk keperguruan tinggi. Dia termasuk anak gaul sedangkan aku adalah
anak yang sangat gagap masalah pergaulan. Entah mengapa Putri bisa bersahabat
sangat dekat denganku, mungkin karena sejak ospek hanya aku yang bisa diajak
bekerja sama dibanding teman kampus yang lain.
“mau cari yang
gantengnya kayak apa? Sebut aja. Gue banyak stok kali Yen. haha” jawab Putri
santai. Saat dia tertawa seperti itu membuatnya terlihat sangat cantik, wajar
bila ia memiliki teman cowo yang melebihi standard. Aku sangat senang mendengar
jawaban Putri. Ini sebuah kesempatan yang akan membuatku mampu membalas si
mantan yang mata keranjang itu. Aku tertawa riang dan mulai memberikan
kriteria-kriteria cowo yang aku cari. Putri mendengarkanku dengan serius, dia
tahu benar betapa sakit hati aku saat ini sehingga ia akan membantuku untuk
bangkit. Seusai mendengarkan celotehanku tentang cowo yang aku cari, Putri
segera mengambil handphonenya dan menunjukkan kontak bernama Benny. Aku
terpaku.
“Udah. Lo catet
dulu nomer ini cowo. Gue yang pastiin kalo nanti malem dia bakal SMS lo” kata
Putri cepet. Aku menurut saja perintahnya. Seusai mencatat nomer Benny, Putri
segera pamitan karena ada janji dengan temannya dirumah. Beginilah nasib
berteman dengan anak gaul, aku sering ditinggal sendiri namun Putri selalu bisa
diandalkan saat aku ada masalah.
...
Nada SMS masuk
mengganggu saat aku serius menonton televisi bersama keluarga dirumah. Aku segera
meraih handphoneku dan aku terkejut setengah mati. Nama Benny yang ada dilayar
handphoneku. Putri bemar-benar deh, gerakannya secepat kilat. Segera kubuka SMS
darinya. Hawa dingin menjalar dari tangan hingga mukaku. Aku yakin mukaku
sangat pucat.
“Hai Yeni, kamu
temannya Putri ya?” SMS yang sangat basa-basi. Tapi apakah Benny benar-benar
cowo tipeku? Sudahlah, setidaknya aku percaya pada Putri. Kami mulai berSMSan
sampai tengah malam. Obrolan kami seperti tidak bisa berhenti, semua hal terasa
indah dibicarakan dengan dia. Semoga aku dan Benny cepat memiliki hubungan dan
membuat pembalasan untuk si mantan mata keranjang.
...
Kriiiiinnggg..
kriinngggg... bunyi bel rumahku sangat nyaring. Aku segera bergegas menuju
pintu depan. Aku terpaku melihat sesosok cowo tampan dihadapanku. Wajahnya yang
elegan ditambah dengan penampilannya yang trendi. Kemeja biru muda membuatnya
terlihat bersinar. Cara berdirinya terlihat keren. Matanya yang coklat
membuatku meleleh seakan ingin dunia ini berhenti saat ini. Dia mengarahkan
tangannya kepadaku. Setangkai mawar putih yang segar tepat berada dihadapanku
sekarang. Spontan tanganku meraih bunga itu dan mencium aroma segarnya. Yah,
ini pasti Benny. Sesuai dengan apa yang aku mau.
...
“Putrrriiiii
sayang.. Benny keren banget. Sesuai banget. Makasi yaaaa” teriakku kencang
sambil memeluk Putri. Putri tersenyum manis. Ia ikut merasakan kesenangan yang
aku rasakan. Putri bilang dia belum begitu mengenal Benny, tapi memang hanya
Benny yang sesuai dengan kriteria yang aku mau. Itu bukan masalah bagiku, toh
semalaman aku berbincang panjang lebar dengan Benny. Benny sangat supel,
pengertian. Dia tidak malas mendengar keluhan-keluhan aku tentang cowo yang
suka selingkuh, aku yakin Benny adalah orang yang tepat.
Beberapa hariku
lalui bersama Benny, meski kami belum memiliki hubungan spesial. Hampir setiap
hari Benny menjemputku dan jalan bareng denganku. Aku pernah melihat si mantan
mata keranjang itu melihat kami jalan berdua, sepertinya dia agak kaget.
Baguslah, aku menang. Sekarang aku mulai menikmati kedekatanku dengan Benny.
Benny cowo keren, jangan sampai aku harus kehilangan cowo sekeren dia.
...
“Yen, udah
sampai mana sama Benny?” pertanyaan Putri membuatku sedikit murung. Aku bingung
harus merasa apa. Awalnya aku senang dengan kedekatan ini, namun aku terganggu
dengan tidak adanya status yang mengikat. Bahkan dua bulan terakhir Benny mulai
jarang menjemput dan mengajakku jalan. SMS juga tidak sesering dulu. Apa aku
hanya jadi mainan untuk Benny? Apa aku harus sakit lagi? Ah hatiku terlalu
sakit memikirkannya. Aku hanya menggeleng untuk merespon pertanyaan Putri.
Putri hanya diam seolah mengerti apa yang terjadi padaku. Raut wajahnya
terlihat kecewa. Ia mencoba menghiburku dengan mengalihkan pembicaraan mengenai
teman-temannya yang super lucu. Namun aku hanya mampu memberikan senyum
tipisku, aku terlalu banyak berharap pada Benny. Harusnya aku sadar betapa jauh
gaya hidupku dengan Benny. Semua perhatian dan kedekatan aku dengan Benny
selama ini mungkin adalah hal biasa baginya.
“Ben, lagi
dimana? Mau temenin aku nyari buku siang ini?” kuberanikan diri mengajak Benny
jalan. Mendapat balasan positif dari Benny membuatku semangat. Sepanjang
perjalanan aku mencoba membicarakan hal-hal menarik sambil memancing ia
berbicara tentang hubungan ini. Benny lebih banyak diam, ia seolah menutupi
sesuatu.
...
“Ben, kamu
anggap aku apa sih?” kata itu meluncur halus dari mulutku. Benny terdiam, ia
menatapku tajam. Mata coklatnya sangat membuatku meleleh. Rasanya inginku memilikinya
saat ini dan seterusnya. Benny terus saja menatapku, aku melihat tatapan mata
bersalah. Apakah dia memiliki perasaan yang sama denganku? Apakah dia hanya
menganggapku boneka? Aku bisa gila hanya dengan tatapan matanya.
“Kita teman kan?
Kamu emang anggap aku apa?” ucapnya gugup. Degup jantungku tak terkontrol.
Entah merasa kecewa, bersalah, putus asa atau apa. Aku terdiam. Air mata seolah
memaksa untuk keluar. Aku menatapnya dengan tatapan sinis.
“iyaa. Teman
Ben. Aku hanya terlalu banyak berharap. Maaf.” Kataku. Air mata tak mampuku
bendung. Aku ingin berlari namun tanganku tertahan. Mengapa? Apakah Benny ingin
menertawakanku? Semua cowo memang hidung belang!
“Maaf Yen, aku
sudah berusaha. Semoga kamu mengerti keadaanku. Aku benar-benar tidak bisa. Ini
sungguh sulit.” Ucapnya.
“Iya. Aku tahu
aku tidak pantas buat kamu. Sekarang biarkan aku pergi.” Ucapku penuh emosi
dengan linangan air mata. Benny melepaskan tanganku perlahan. Wajahnya terlihat
sangat sedih. Aku sudah tidak tahu apa yang aku rasa saat ini.
“Maaf Yen, aku
GAY”
END
No comments:
Post a Comment