"Rara.. Bangun! Adam udah dateng tuh!" suara Bang Indra seperti petasan yang mengganggu tidur nyenyakku. Aku mengusap wajahku dan terkejut karena Kak Adam sudah ada di kamarku. "Heh! Jangan macem-macem ya!" aku nyaris teriak namun aku lega ketika melihat Ghea juga ada di kamarku. "Tenang anak perawan, gue bakal jagain lu kok!" Ghea malah meledek. "Pagi-pagi kok udah pada kerumah gue? Mau ngapain?" tanyaku bingung. Aku sama sekali lupa kalau hari ini adalah hari penting. "Ra, kita mau kondangan. Yuk siap-siap, Bang Indra udah selesai mandi tuh" Ghea mengangkatku agar segera bangun dan mandi. Sampai kamar mandi aku baru ingat bahwa ini adalah hari pernikahan Bang Ramzy dan Kak Intan.
Pukul 10 kami semua sudah siap dan akan berangkat. Hatiku masih ragu apakah akan datang atau aku minta di tinggal saja. Bang Indra tampak santai sambil mengendarai mobil, ia terlihat sudah sangat ikhlas apalagi di sampingnya sudah ada Ghea yang tidak kalah jika di bandingkan dengan Kak Intan. Aku harusnya juga sudah iklas karena Kak Adam selalu menemani dan menjagaku dalam keadaan apapun tapu entah kenapa rasanya masih saja sakit. Tepat pukul 11 kami sampai di gedung resepsi pernikahannya. Kami mengikuti prosesi adat kira-kira setengah jam. Aku tidak begitu memperhatikan mempelai karena tamu yang ramai menutupi kedua mempelai. Hatiku sedikit lega setidaknya aku dan Bang Ramzy tidak bisa saling tatap.
"Ra, barengan aja yuk salamannya" Bang Indra mengajakku. Aku ragu namun Kak Adam sudah mengiyakan dan menggandeng tanganku menuju pelaminan. Jantungku rasanya mau copot namun aku berusaha mengatur nafasku. "Kamu cantik banget, jadi gue gandeng ya biar ngga diambil orang" Kak Adam meledekku yang masih mengatur nafas. Berkat gombalan tipisnya Kak Adam aku mampu tersenyum simpul dan saat yang sama mataku menatap Bang Ramzy yang juga sedang melihatku. Aku terkejut namun aku tetap melanjutkan jalanku menuju pelaminan walau aku merasa mata Bang Ramzy terus saja memperhatikanku.
"Makasi banyak kamu mau dateng!" suara Kak Intan terdengar tulus. Kak Intan bahkan memelukku hangat tanda terima kasih. Aku hanya tersenyum sebisanya. "Makasi udah mau dateng, Bi" Bang Ramzy kelepasan memanggil aku "Bi" aku nyaris meneteskan air mata namun aku segera turun pelaminan. Kak Adam mengikutiku sampai keluar gedung. "Ra, lu kenapa?" aku segera memeluk Kak Adam dan menumpahkan air mataku di pundaknya. Aku tidak dapat menjawab pertanyaan Kak Adam karena aku sendiri tidak tahu aku ini kenapa? Aku masih merasakan sakit sedangkan jelas-jelas batas antara aku dan Bang Ramzy sudah nyata adanya.
No comments:
Post a Comment