Hari yang di tunggu akhirnya datang juga, hari pernikahan Tante Linda dan Om Satria. Nuansa penuh merah muda kesukaan Tante Linda memenuhi gedung resepsi pernikahannya. Tante Linda terlihat cantik dengan gaun putihnya bersanding dengan Om Satria. "Selamat bahagia ya Tante, Rara sayang banget sama Tante" aku memeluk erat tubuh Tante Linda. Tante Linda tersenyum senang, melihat banyak sekali kerabat yang datang.
"Ra, si Tante kenapa bisa beda gitu ya? Cantik banget" suara Bang Indra tiba-tiba saja ada di sampingku. Aku menoleh terkejut tapi setuju dengan pendapat Bang Indra. "Tante kan jarang dandan, jadi pas di dandanin terlihat cantik banget" aku terus saja menatap Tante di pelaminan yang sibuk bersalaman dan berfoto bersama. "Kalian di sini rupanya" suara Papa terdengar dari kejauhan. Aku melihat Papa berjalan bersama 2 orang perempuan. "Kenalin ini Tante Lintang sama Bilqis" Papa memperkenalkan kedua perempuan di sampingnya. Aku dan Bang Indra bersalaman dengan mereka satu persatu. "Rara ternyata lebih cantik dari fotonya, Papa kamu sering cerita tentang kamu" Tante Lintang membuka pembicaraan. Aku canggung melihat Tante Lintang dan Papa sudah sangat dekat. "Cantik karena lagi di dandanin aja" Bang Indra meledek. Aku hanya manyun dan menatap Bang Indra sinis. "Rara sudah semester berapa sekarang?" Tante Lintang masih mencari topik. "Semester dua" jawabku singkat. "Skripsi kamu gimana, Ndra?" Tante Lintang berpindah menatap Bang Indra. Bang Indra tertawa-tawa karena skripsinya memang belum ada kemajuan. "Bilqis ini suka sekali melukis loh, nanti katanya mau masuk Fakultas Seni juga seperti Indra" Tante Lintang terus saja membuka obrolan, aku yang merasa asing segera pergi meninggalkan mereka tanpa pamit.
"Rara, kok di luar?" Bang Ramzy yang baru datang terkejut melihat aku sedang duduk termenung di luar gedung. "Ngga apa-apa. Aku mau nyari udara segar aja" kataku dan beranjak dari duduk. "Eh, lu mau kemana? Gue temenin ya, tapi gue salaman dulu sama Tante Linda" Bang Ramzy menahan aku. Aku menurut, menunggunya sampai keluar lagi. Saat ini memang sepertinya aku butuh teman.
Tak berapa lama aku menunggu, Bang Ramzy keluar dan menggandengku menuju parkiran motor. "Ngopi yuk" ajak Bang Ramzy. Aku menurut saja karena aku juga tidak tahu akan pergi kemana. Sampai di kedai kopi Bang Ramzy segera memesan espresso dan greentea latte. "Kenapa bete?" Bang Ramzy membuka topik. Aku menghela nafas panjang. "Lu takut bokap bakal nikah lagi?" Bang Ramzy frontal karena aku tak juga menjawab pertanyaannya. "Emang seberapa penting sih nikah lagi buat Papa? Anak Papa kan udah pada gede, aku juga udah berusaha banget buat mandiri, bisa masak, bangun pagi dan lainnya" aku mengeluarkan keganjalan hati. Bang Ramzy tersenyum. "Kenapa?" tanyaku ketus karena melihat respon Bang Ramzy yang menyebalkan. "Kebutuhan bokap pasti ada yang lu ngga bisa penuhin, dan sebagai anak harusnya lu paham" Bang Ramzy menatapku tajam. Aku tidak tahu harus menjawab apa.
No comments:
Post a Comment