"Bang Indra, kalo orang bilang sayang tuh maksudnya gimana sih?" tanyaku pada Bang Indra. Bang Indra menatap aku tajam. "Yaa tergantung, sayang apa dulu nih? Bisa sayang sebagai adek, sayang sebagai teman atau sayang sebagai apa? Lagian kalo cowok bilang sayang mah jangan terpesona dulu, bisa aja dia sayang sama semua orang" jawab Bang Indra. Aku mengangguk-angguk sedikit kecewa. "Emang siapa yang bilang sayang sama lu, Ra?" sekarang Bang Indra yang bertanya. "Hmm ada deh, ehehe" jawabku malu-malu. "Capek gue deh denger lu di bohongin cowok, kalo ada yang deketin suruh ijin ke gue dulu yak!" Bang Indra memberi perintah. Aku manggut saja sebagai adik yang baik.
Semenjak lulus kuliah dan bekerja, teman-teman Bang Indra jarang datang ke rumah. Rumah jadi semakin sepi, apalagi Tante Linda sudah tidak tinggal di sini. Suasana sepi ini membuat Papa semakin yakin untuk menikah lagi, Papa tidak peduli aku yang selalu menentang. Papa yakin bahwa aku butuh Mama baru, sedangkan aku merasa bahwa aku sudah mandiri.
"Senyum, Ra!" Bang Indra memaksaku senyum sedangkan aku sudah malas sekali dengan acara pernikahan ini. Beruntungnya aku mengundang Ghea untuk menemaniku. "Ra, Mama baru lu cantik" Ghea mencoba memuji Tante Lintang. "Biasa aja" jawabku ketus. Sebenarnya kalau di lihat dengan teliti, Tante Lintang memang cantik untuk wanita seusianya. Wajahnya terlihat lebih muda namun pembawaannya dewasa.
"Kak Rara, foto sekeluarga yuk" Bilqis menarik tanganku. Aku sebenarnya malas namun menurut saja demi lancarnya acara. Selesai foto bersama Bilqis dan Bang Indra sibuk menyapa tamu-tamu yang hadir sedangkan aku duduk saja bersama Ghea. "Lu ngga undang Kak Adam?" Ghea meledek aku. "Gilaaa aja gue ngundang dia, bikin rusuh acara" jawabku kesal. Ghea tertawa bahagia melihat wajahku yang manyun. "Ra, itu temen-temen Bang Indra ya? Ada yang ganteng ngga buat gue?" Ghea menujuk ke arah kanan kerumunan orang. Aku fokus pada satu orang dan aku benar-benar terkejut dengan apa yang aku lihat. Bang Ramzy datang bersama wanita dan wanita itu ia gandeng tangannya mesra. "Tapi gue liat-liat yang paling ganteng tetep Bang Indra deh" Ghea masih belum sadar dengan apa yang terjadi padaku. "Ra? Lu kenapa?" Ghea menggoyangkan tangannya di depan wajahku sampai aku tersadar.
Aku menarik Ghea keluar gedung. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku benar-benar tidak menyangka dengan apa yang aku lihat barusan. "Ra, lu kenapa?" tanya Ghea sambil terus mencoba menenangkanku. "Gue sebenernya lagi deket sama temennya Bang Indra, tapi barusan gue lihat dia bareng cewek" aku menjelaskan sambil terus menangis. Air mataku tidak dapat di bendung. "Mungkin itu adik atau kakaknya, lu jangan nangis dulu" Ghea terus saja menenangkan aku yang tak juga berhenti menangis.