Seminggu sudah aku
resmi menjadi anak kuliahan. Setiap hari aku harus berinteraksi dengan jadwal
kuliah yang aneh, ruangan yang selalu berpindah, dosen yang hobi telat dan
dosen yang hobi marah. Ternyata masa sekolah memang masa yang paling menyenangkan,
setidaknya tidak banyak tugas seperti kuliah. Padatnya kuliah tidak membuatku
lupa dengan tragedi hari pertama masuk kelas. Lelaki sombong yang mengaku
senior. “Mir, bengong aja sih?” Andien mengagetkanku, aku hanya tersenyum
tipis. Entah, batinku seperti menunggu sosok lelaki sombong itu.
“Kak Youfri kan ya?” Dea tiba-tiba
menghentikan keributan dikelas. Sosok lelaki sombong itu akhirnya datang dan
melempar senyum tipis ke Dea. “Ya ampun kak, kemaren aku nonton kakak manggung
dipensi sekolah adek aku” Dea dengan mata berbinar mengagung-agungkan sosok
lelaki sombong, siapa namanya tadi? Youfri?
Selama jam Pak Gio aku tidak fokus.
Aku seperti terhipnotis dengan kesombongan Youfri, kenapa sih cowok kayak dia
bisa populer? Aku jadi ingin tahu kemampuan dia. “Okey, karena hari ini bapak
agak kurang sehat, ada yang bisa hibur bapak?” Pak Gio tiba-tiba meminta kami
untuk unjuk kebolehan, seisi kelas menyebutkan namaku. Selama seminggu ini
memang aku sering curi-curi memainkan gitar milik Tio untuk melepas penat. Aku
dengan senang sekaligus gugup maju kedepan kelas dengan membawa gitar
kesayangan Tio yang selalu ia bawa kemana-mana. “Kak Youfri dong yang
nyanyiiii” spontan Dea berteriak, mukanya memerah dan menutup mulutnya dengan
kedua tangannya. Degup jantungku menjadi kencang, ada apa ini? Pak Gio akhirnya
meminta Youfri untuk maju ke depan kelas juga. Akhirnya kami mulai menghibur
kelas dengan lagu sheila on 7 berjudul “kita”.
Sepanjang lagu aku menatap kagum pada
Youfri, suaranya sangat bening dan tidak menampakkan sosok sombongnya. Aku
selain mengontrol petikan gitar juga harus mengontrol jantungku yang seolah
ingin loncat keluar. Seisi kelas kompak bertepuk tangan ketika kami selesai.
Pak Gio memutuskan untuk mensudahi jam kuliah, tanpa disadari Youfri memegang
tanganku “Pantes main gitarnya bagus, tangan lu kapalan gitu” kemudian Youfri
mengambil tasnya dan meninggalkan kelas. Astaga, tadi dia bilang apa? Ya Tuhan,
bolehkah aku pingsan?
***
Perutku tidak terasa lapar, padahal
sejak pagi aku belum sarapan. Suasana dikelas tadi benar-benar membuatku
kenyang seketika. Aku menikmati kicauan burung siang ini diarea saung kampus.
“Mir, tumben nongkrong disini?” tiba-tiba saja Ranu duduk disampingku dan tidak
lupa mengacak poniku. “Duduk gue, ngga nongkrong!” jawabku sebal sambil
membenarkan poniku. “Haha lagi pms lu ya? Marah-marah mulu” aku hanya manyun
dan enggan menjawab. Ranu mengeluarkan buku biru kesayangannya. Buku biru
adalah buku kumpulan puisi karya Ranu. Puisi dia memang selalu bagus, terkadang
aku iseng membuat puisinya menjadi sebuah lagu. Ranu tidak terlalu suka kalau
puisinya dijadikan lagu, katanya “lu ngerusak rasa di puisi gue”.
“Ran, lu kenal sama kak Youfri ngga?”
tanyaku disela keasyikan Ranu menuliskan bait-bait puisinya. “Youfri yang
vokalis band indie ya?” jawab Ranu santai. “Hah? Lu kenal? Band dia terkenal?”
aku segera menyerang Ranu. Ranu segera menutup bukunya “Kaga kenal juga sih,
doi kan kemaren abis manggung di Avicenna. Kanapa sih?” Ranu menatapku heran.
Aku terdiam sejenak. Aku ini cinta musik, tapi aku malah kalah sama Ranu soal
band indie. “Dia sekelas ama gue di matkul Pak Gio, tadi doi duet ama gue”
jawabku lesu. Ranu menatapku beda.
“Lu duet? Kok bisa?
Sepupu gue ngefans banget tuh ama dia”
“Semua orang aja deh
ngefans ama dia, kayaknya gue doang yang ngga tau siapa dia”
“Haha, baru tenar kok
band dia. Nama bandnya Black Melody”
“Kok Black melody?”
“Tiap manggung mereka
pasti pake atribut serba hitam”
“Oh gitu, hmm”
“Kenapa lu? Suka?”
“Yang ada gue sebel
ama dia, dia sombong banget!”
“Sebel apa senang
betul? haha”
“udah deh lu ngga
usah ngeledek, huh”
Kamipun memutuskan
untuk makan siang bareng, berhubung perut sudah mulai terasa lapar. Memang,
Ranu itu sohib paket lengkap.
***
*to be continue
No comments:
Post a Comment