Cha, apa kabar? Jangan
lupa makan ya, Cha. Mama mau cerita banyak hal sama kamu. Tapi pada saat mama
menuliskan surat ini, umur kamu masih 2 tahun. Mana mungkin kamu mengerti kan,
Cha? :’) Mama sayang Chacha, sayang sekali. Semoga Chacha selalu tahu dan
percaya itu.
Cha, mama bangga sekali
punya kamu. Kamu anak yang super pintar, lucu dan cantik. Saat umur 1 tahun
kamu sudah banyak mengucapkan kata-kata. Saat itu kata pertama yang berhasil
kamu sebut adalah “MAMA” Mungkin kamu bingung saat mama menangis sambil
memelukmu. Mama selalu ingat hari itu. Juga saat kamu mampu menyebut “PAPA”.
Cha, kamu amat sangat
kecil. Kamu amat sangat kecil untuk tahu kalau mama sakit. Mama sakit Cha,
sakit sekali. Saat akhirnya mama dan papa memutuskan untuk bercerai. Memeluk
kamu selalu menjadi obat luka terdalam mama, Cha. Maafkan mama ya cha, mama tak
mampu menjaga papa dari godaan setan yang mengatas namakan ‘cinta’. Mama kecewa
sekali. Namun, ia tetap papamu kan, Cha? :’)
Saat kamu membaca ini,
mama harap kamu sudah tahu yang namanya ‘cinta’ yang sebenarnya itu seperti
apa. Mama sendiri masih belum paham benar, apa itu ‘cinta’? Perhatian?
Pengertian? Ada di saat dibutuhkan? Jika memang itu arti dari ‘cinta’, mungkin
mama telah jatuh cinta lagi :’)
Kamu masih ingat paman
Danke? Dulu kamu selalu memanggilnya “Man ke” Ya, dia paman yang selalu
mengajak kamu bermain. Paman yang selalu membantu mama dalam segala hal. Paman
yang senang sekali saat kamu berhasil memanggilnya “Paman Danke” dengan
sempurna. Menurut kamu, apakah mama jatuh cinta lagi? Mama tidak tahu, Cha.
Saat umurmu 2 tahun
Paman Danke melamar mama. Ungkapan yang sudah lama mama tunggu. Ya Cha, mama
merasakan debaran itu. Debaran indah saat ditatap penuh cinta. Debaran hebat
saat ia memegang tangan mama. Dan segala debaran yang ada sangat amat mampu
membuat mama mengharapkan Paman Danke menjadi teman hidup mama, selamanya.
Namun, hati kecil mama
berkata lain. Memory itu tidak akan pernah diulang. Mama tak mampu membayangkan
panggilan “PAPA” yang susah payah kamu ucapkan, objeknya harus terganti. Sedang
sosok papa itu masih ada, Cha. Papamu masih hidup. Apakah kamu harus memiliki 2
sosok papa? Sayangnya mama tidak menginginkan hal itu, Cha. Biarlah. Mamamu tetap
satu. Papamu-pun satu. Bahkan, biarkanlah Paman Danke selamanya menjadi Paman
Danke. :’)
Saat kamu membaca ini,
siapa pacarmu? Jangan menikah dulu jika pacarmu masih lirik-lirik cewek lain
ya, Cha?
-mama
yang selalu sayang Chacha
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada
kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)
No comments:
Post a Comment