Berawal
dari malam yang kelam, berkelahi dengan pacar hanya karena masalah sepele.
Tertawalah jika kalian mau. Aku hanya memintanya naik angkutan yang lebih
banyak ketimbang dia harus menunggunya 1jam lagi, aku begitu bukan tanpa
alasan. Saat itu dia sedang berpuasa dan jam sudah menunjukkan pukul 17.30 wib.
Dia tetap ingin menunggu angkutan yang jarang itu dan membantah dengan nada
yang tinggi, spontan jantungku berhenti berdetak dan raut wajahnya pun sangar.
Air mata bergejolak ingin keluar, aku membendungnya dan segera pergi
meninggalkannya tanpa pamit. Dia sadar dengan keadaanku saat itu, dia berteriak
“iya aku ga marah, kamu jangan marah dong”
aku tak menjawab dan berlalu dengan cepat. Tanpa menengok aku sudah dapat
melihat ekspresi mukanya yang gundah, dia lelaki yang tak berdaya jika ada
wanita yang menangis, terlebih semua itu bersumber darinya.
Sepanjang
perjalanan dia terdiam berusaha tenang namun degup jantung tak dapat
diperlambat. Akhirnya dia kalah, secepat kilat dia mengambil handphonenya,
menelfon ? ah! Dia tak cukup nyali berbicara dengan wanita yang menangis
sekalipun lewat handphone. Sms ? yaa .. hanya itu yang dapat ia lakukan. “aku ngerasa ga enak bgt ni, kamu jangan sedih, aku
ga marah kok”
sms segera ia kirim dan aku hanya terdiam melihat sms itu. Aku masih tertarik
untuk menangis ketimbang membalas sms itu. Selang beberapa menit handphoneku
berbunyi kembali. Hmm masih sms darinya “kamu jangan sedih, aku jaddi
ikut sedih ni, maaf kalo tadi nada suara aku tinggi, aku emang gitu kalo lagi
banyak pikiran”
air mataku sudah surut dan aku mulai lunak untuk membalas sms darinya. Namun
nasib berkata lain, sms yang aku kirim selalu gagal. Aku mulai panik dan terus
berusaha tanpa ada hasil. Sampai kemudian handphone kembali berbunyi. Masih berupa
sms “jangan
nangis”
aku mulai iba. Mengutuk operator dan handphoneku sendiri. Entah dapat ilham
darimana aku mencoba mengecek pulsa. Damn!! Pulsaku habis! Gundah yang aku
dapatkan namun aku tak mampu berbuat apapun. Masih tersisa pulsa internet sedikit
dan aku langsung mengirim pesan ke facebook kakakku untuk meminta pulsa .. ah!
Memang nasib sedang tak berpihak
kepadaku, sampai tengah malam aku tunggu namun pulsa tak juga datang. Aku hanya
berdoa agar dia tidak dirasuki rasa gelisah yang teramat dalam. Handphone
kembali bordering, sms yang tetap berasal dari sumber yang sama,
“cuaca mala mini
layaknya hati kita berdua, dingin dan menangis, tapi semoga dengan deraian air
hujan dapat menghapus sebagian atau seluruh rasa sakit dan sedih di hati kita ”
Aku
terpaku, setelah semua peralatan untuk pergi ke pulau rambut selesai aku segera
terlelap. Aku khawatir tidak akan tidur jika terus memikirkan keadaan ini.
Sampai saat pagi menjelang, pulsa yang ku tunggu tak juga datang, aku terdiam
dan handphone berdering. Sms dengan sumber yang tak berubah,
“malam yang gelap
dan dingin perlahan tergantikan oleh terang dan hangatnya mentari pagi, seperti
halnya saat kau datang menerangi dan menghangatkan hatiku, selamat pagi.. ”
Aku
kembali terpaku, betapa orang itu tidak tenang sejak kemarin. Aku ingin
mengatakan kepadanya bahwa aku baik-baik saja, namun aku tak mampu berbuat
apa-apa. Sms terus berdatangan tetap dari sumber yang sama. Menanyakan keadaan,
kelengkapan dan sebagainya, namun aku hanya dapat membacanya.
Setelah
sampai dikampus, sosok itu terlihat sangat murung kemudian segera menghampiriku
dan mengajakku sarapan. Aku mengangguk dan tak kuasa untuk menjelaskan semuanya
“maaf, pulsa aku habis” wajahnya yang
murung segera berubah membaik dan dapat melemparkan senyumnya yang khas, senyum
yang dapat membuat aku bahagia tanpa alasan, ah! Bisa di bilang aku sudah gila!
Kemudian aku sarapan dengan lahap dan dia mengawasiku agar menghabiskan makanan
tanpa sisa. Selesai aku sarapan, hujan mengguyur kampus kami dan membuat semua
yang berada di sana termenung, maklum kami harus menunggu hujan berhenti baru
bisa berangkat. Jam terus berputar dan mataharipun semakin tinggi, hujan
perlahan menghilang. Perjalanan segera dimulai dengan diawali doa bersama.
Semua berebut mencari posisi nyaman di dalam tronton, bagiku sama saja, aku tak
ambil pusing karena aku berniat tidur nantinya. Setelah semuanya duduk dan
beberapa lelaki berdiri, aku menjalankan niatku, mata segera terpejam. Dalam
diam dia mengawasiku, dia heran ada wanita seperti aku yang mampu tidur tenang
padahal keadaan sangat ramai, dan dia tersenyum.
Perjalanan
di dalam tronton cukup memakan waktu banyak, namun aku setia dengan tidurku dan
dia juga setia menatap wajahku yang sedang terlelap. Setelah sampai, kami segera
turun dan merapihkan bawaan kami sambil menunggu komando untuk jalan menuju
kapal. Dia menghampiriku dan memulai kekonyolan seperti biasa, semua menatap
kami dengan iri hati. Setelah semua siap, kami pun bergegas menuju kapal,
disampingku dia berbisik “duduknya deket
aku ya” aku hanya mengangguk yakin. Dan di dalam kapal kami menikmati
pemandangan laut yang begitu indah, namun hanya sebentar saja kami sudah
sampai. Setelah sampai pulau rambut kami semua duduk rapi mendengarkan
pengarahan dan peraturan selama 3 hari disana, kemudian kami makan siang dengan bekal
masing-masing.
Selama
3 hari aku sangat menikmati pemandangan di sana, banyak sekali burung besar
berterbangan. Pemandangan yang tak pernah aku lihat di Jakarta, yang paling
menakjubkan adalah aku dapat melihat elang laut, yaa elang yang besar, yang
biasa kita lihat di ragunan dan di dalam sangkar ternyata aku bisa melihatnya
terbang bebas dengan bahagia disana, hah amboi sekali.
Sebuah perjalanan panjang yang tak akan
pernah aku lupakan, semoga burung-burung itu tetap terbang bebas disana tanpa
ada pengganggu.
nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)