Seminggu di akhir januari ini sungguh penuh warna. Penuh degup-degup tak menentu. Penuh tangis yang tak tahu harus aku tahan atau justru aku lepaskan. Segalanya terasa sesak. Mereka menangis, aku terdiam. Mereka tertawa, aku hanya mampu tersenyum simpul. Dan memori itu hadir...
Bapak dan mama pulang kampung, tinggallah aku dirumah sendiri. Beruntung mereka hanya pergi sebentar. Di siang hari mereka datang dengan keadaan mama yang cukup menyedihkan. Tangan kiri mama tulangnya bengkok akibat jatuh dari motor, tanpa ada yang menyadari ternyata bapak merasa badannya sudah lemas. Bapak hanya diam, karena mama lebih membutuhkan pertolongan.
Selang beberapa hari bapak sedikit tidak terurus karena tangan mama sulit bergerak. Masakan jadi terasa kurang nikmat karena hadirnya dari tanganku, bukan tangan mama yang penuh kasih. Sampai terkadang bapak malas makan padahal badannya sudah terasa amat lemas, namun ia hanya bisu.
Malam yang mengejutkan, selepas sholat magrib bapak mengeluh kesakitan dijempol kakinya. Setelah aku coba lihat ternyata kaki bapak bengkak. Panik. Setiap bapak sakit pasti kami panik, karena bapak pengidap diabetes yang kalau sakit akan sangat sulit sembuhnya. Akhirnya aku segera menelpon kakakku, mba wati. Hanya dengan mba wati bapak akan mau diajak kedokter, kalau hanya aku dan mama pasti bapak akan jawab "ah, besok juga sembuh"
Setelah mba wati datang, bapak segera dibawa ke dokter. Sakit biasa namun lumayan kita bisa dapat obat pereda rasa sakit untuk bapak. Selang beberapa hari kaki bapak sudah mulai sembuh. Merasa sudah sehat akhirnya bapak pergi ke Tangerang untuk mengurus askes yang sudah lama tidak diperbarui. Sialnya hari itu hujan deras, sehingga bapak kehujanan sampai basah kuyup. Sampai dirumah bapak sedikit meriang dan kurang nafsu makan. Bapak hanya diam, aku dan mama bingung bapak kenapa?
Pagi hari terjadilah sesuatu yang amat menakutkan dan menyakitkan. Rahang bawah bapak bergerak sendiri, terus menerus dan cepat. Bapak kenapa? Stroke? Ah kemungkinan yang menyebutnya saja sudah membuat bulu kuduk berdiri. Akhirnya kita bawa bapak ke puskesmas terdekat. Hasilnya bukan stroke. Pemeriksaan umum yang kami dapat sama sekali tidak menolong. Mereka bilang bapak tidak apa-apa hanya karena tekanan darah bapak normal? gula darah stabil dan maag tidak kronis? Kami disuruh pulang dengan obat sakit saja. Namun kami meminta rujukan untuk ke rumah sakit.
Sampai dirumah kami segera mencari taksi dan membawa bapak ke rumah sakit yang ada di BSD. Sampai disana kami tidak bisa bertemu dokter spesialis syaraf karena sudah tutup. Akhirnya kami dilarikan ke UGD. Setelah diperiksa hasilnya pun sama seperti di puskesmas. Bapak tidak sakit apa-apa dan kami disuruh pulang dan membawa obat yang ada. Anehnya rahang bapak sedikit berhenti bergerak, kami-pun bergegas mampir kerumah makan dijemput dengan abangku-mas pur. Setelahs elesai makan, kami pulang kerumah. Dirumah bapak tertidur pulas, ke dua kakakku bersiap untuk pulang namun malang tiba-tiba bapak terbangun dan rahangnya bergerak lagi. Kami bingung. Keadaan seperti ini harusnya bapak dirawat, namun semua seolah merasa bapak baik-baik saja. Akhirnya kami menuju ke orang yang bisa mengobati dengan pijat. Selesai pijat bapak pun sedikit membaik. Namun lagi-lagi, sampai rumah rahangnya bergerk lagi. Semakin kencang. Kami memanggil tukang pijat. Seluruh badan bapak merah namun tidak merubah kondisi rahang bapak yang kejang. Kita ke puskesmas lagi, memohon agar bapak dirawat semalam saja namun tetap tidak bisa. Kami pulang lagi, hanya doa yang bisa kami semua lakukan. Sampai mas pur dan mba wati menginap di rumah, akhirnya bapak bisa tertidur juga.
Pagi hari kami segera bergegas ke rumah sakit lagi, kami langsung masuk ke 2 dokter. Poli organ dalam dan syaraf. Pertama kali ketemu dokternya, bapak langsung dirujuk untuk dirawat karena kondisi bapak yang memang sudah amat parah. Walau sakit bapak belum ketahuan tapi kedua dokter itu terus memberi obat sambil terus kontrol bapak. Kurang lebih 3 hari rahang bapak bergerak tidak berhenti bahkan saat bapak tidur. Aku dan mama yang menjaga bapak full 24 jam bergantian untuk tidur. Setelah di USG akhirnya ketemulah sakitnya bapak. Ginjal kronik atau gagal ginjal. Sakit ini berawal dari diabetesnya bapak. Selain itu bapak juga darah tingginya suka naik turun, asam urat juga sudah tinggi sampai 10 dan limfa infeksi. Sakitnya bapak semakin menyedihkan karena kaki bapak yang terasa sakit sekali akibat asam urat. Dokter syaraf juga menyarankan untuk CT scan karena takut kejangnya bapak bisa mengganggu otak namun karena kondisi bapak yang terus bergerak sehingga CT scan belum bisa di lakukan. Bapak harus cuci darah seminggu dua kali. Pertama kali cuci darah bapak merasa sangat membaik, berarti respon positif sehingga kita rutin cuci darah seminggu dua kali. Rahang bapak sudah mulai berhenti dan kaki bapak juga sudah tidak terlalu sakit namun kami justru harus menangis semakin banyak karena bapak amnesia.
Bapak lupa semuanya. Lupa hari. Lupa jam. Lupa kalau ada di rumah sakit. Lupa kalau sedang sakit. Lupa semua. Setiap orang datang menjenguk bapak selalu bilang "Ver, bikinin teh ada tamu" kami hanya bisa menjawab "ini dirumah sakit pak" dan bapak bilang "oh iya, lupa" ini terus terjadi setiap ada orang yang datang. Sampai dua hari bapak amnesia seperti itu. Bahkan saat malam-pun bapak merasa sudah siang. "Udah siang nih, bapak mau mandi"
"ini masih jam 1 malem pak"
"Ah ngarang aja, tuh udah terang"
"itu lampu pak"
"oh iya, ya udah bapak mau tidur" dan bapak tidur hanya 10 menit dan kejadian ini berulang bisa sampai 5 kali.
Sampai saat mba nur-kakakku yang di kalimantan datang bapak sudah semakin membaik. Memang bapak sangat sayang pada kakakku yang pertama ini. Kehadirannya sangat membantu bapak untuk sembuh :')
CT scan bisa dilakukan karena bapak sudah tidak banyak bergerak lagi. Hasilnyapun memuaskan, tidak ada yang bermasalah diotaknya. Amnesia bapak hanya sementara karena tekanan emosi dan stres dengan sakitnya yang tidak kunjung sembuh. 10 hari bapak menginap dirumah sakit dan pemeriksaan terakhir adalah mata. Karena bapak bilang suka melihat banyak semut padahal sama sekali ngga ada. Setelah diperiksa ternyata itu ada cairan di mata bapak, ini juga akibat diabetes. Namun alhamdulillah bisa disembuhkan dengan obat tetes.
Bapak sudah rawat jalan dan kami sudah bisa tersenyum walau seminggu dua kali rutin dan terus menerus bapak harus cuci darah, tak apalah asalkan bapak masih ada di samping kita :')
~dok, sakit seperti saya ini bisa sembuh ngga?
~sejauh ini belum ada yang sembuh pak, tapi kita berusaha saja, berdoa. Hanya Allah yang bisa.
"Baru kali ini kami menyadari bahwa senyum bapak adalah hal termahal, setelah 60 tahun usianya yang selalu ia hiasi dengan canda dan tawa"