Monday, July 15, 2013

ZAKA



            Bulan penuh keteduhan dan kebahagiaan. Muslim seluruh dunia sedang bersuka cita menyambut bulan penuh ‘lipat ganda’ yang di janjikan oleh-Nya, Ramadhan. Seorang wanita berjilbab merah muda memeluk mukena dan sajadah untuk mengusir rasa dingin yang ada dan juga degup jantungnya yang berdetak semakin kencang. ‘Assalamu'alaikum, maaf kamu jadi nunggu ya Ci’ ucap seorang pemuda dengan peci putih di kepalanya, wajahnya nampak bersinar karena seringnya terbasuh dengan air wudhu. ‘Waalaikumsalam, ngga apa kok kak’ jawab Aci lembut dan segera mengikuti langkah kaki Zaka. Mereka berdua menuju masjid untuk melaksanakan sholat isya dan taraweh berjamaah. Zaka dan Aci selalu berangkat bareng sejak kecil. 

            Selesai taraweh Aci menunggu Kak Zaka ‘lagi’ tetap memeluk mukena dan sajadahnya yang terlipat rapi. ‘Aci, kamu laper ngga?’ Kak Zaka bertanya pada Aci sambil terus melangkahkan kakinya. ‘Lumayan sih Kak, kenapa?’ wajah Aci sudah memerah. ‘Kakak traktir makan mau? Kaka baru gajian nih’ jawab Kak Zaka santai sementara Aci sudah berdebar hebat sambil mengangguk yakin.

            Selesai memesan bebek goreng mereka berdua asik ngobrol sambil sesekali memperhatikan orang-orang yang lalu-lalang.
‘Kamu pake kerudung kayak gitu keliatan beda deh Ci’
‘Beda gimana Kak? Ini kerudung Kak Aisha loh, hehe’
‘Oh ya? Kak Aisha apa kabar?’
‘Baik kok Kak, seminggu sebelum lebaran katanya mau pulang’
‘Wah alhamdulillah bisa lebaran dirumah bareng keluarga’
‘Iya Kak, tapi katanya liburnya Cuma sebentar. Banyak kerjaan di pesantren’
‘Eh, kamu kapan pake kerudung? Cantik loh Ci’
‘Hehe belum siap Kak’
‘Apanya yang mau disiapin? Kan kerudung Kak Aisha banyak. Ambil aja, haha’\
Mereka tertawa bersama sampai bebek goreng pesanan mereka sampai dan menggoda untuk segera dilahap.

            ‘Bu, kalo Aci pake kerudung gimana ya bu?’ tanya Aci tiba-tiba pada ibunya. Sang ibu melirik anak bungsunya. ‘Ya bagus tho, kamu jadi cantik luar dalam. Insyaallah’ jawaban ibu membuat Aci mangangguk mantap. Hati kecilnya bergejolak namun nalurinya mantap akan menggunakan kerudung mulai esok hari.

            ‘Assalamu'alaikum’ teras rumah lenggang. Wanita berkerudung hijau itu mengetuk pintu untuk kedua kalinya. ‘Waalaikumsalam’ jawab ibu sembari membuka pintu rumah. ‘Walah anak ibu sing cantik uwis mulih, ayo masuk. Banyak banget ini bawaan kamu’ wajah ceria ibu segera terpancar. ‘Iya bu, Aisha beliin baju lebaran buat ibu sama Aci. Aci mana tho bu?’ tanya Kak Aisha lembut. ‘Di dalem kamar dari tadi’ jawab ibu.

            ‘Assalamu'alaikum adik Kakak yang paling cantik’ sapa Kak Aisha sambil memeluk Ac dari belakang. ‘Waalaikumsalam Kakak, kangen banget’ jawab Aci sambil membalas pelukan sang Kakak dan mengabaikan kerudungnya yang miring. ‘Kamu pake kerudung sekarang Ci? Alhamdulillah jadi cantik banget, cocok’ puji Kak Aisha dan Aci langsung bersemu merah.

            ‘Kamu kalo taraweh masih suka bareng Kak Zaka?’ tanya Kak Aisha sambil melipat mukena dan sajadahnya. ‘Masih Kak, aku pake keerudung gara-gara dia loh Kak’ wajah Aci memerah. Kak Aisha terdiam sampai terdengar suara Kak Zaka mengucap salam. ‘Aisha?’ Kak Zaka terkejut ketika melihat Aisha dan Aci keluar dari kamar. ‘Iya Kak, apa kabar?’ tanya Kak Aisha lembut. ‘Baik’ jawab Kak Zaka canggung. Mereka bertiga jalan menuju masjid. 

            ‘Oh ya, makasih Kak udah nemenin Aci selama ngga ada aku’ Kak Aisha mencoba membuka percakapan. ‘Sama-sama’ jawab Kak Zaka masih canggung. ‘Makasih juga udah bikin Aci makin cantik dengan kerudungnya, hehe’ Kak Aisha mencubit pipi Aci, Aci tertunduk malu. ‘Oh, Aci jadi beneran pake kerudung? Alhamdulillah’ Kak Zaka terkejut. Aci masih malu dan pipinya memerah.

            Sesampainya di depan rumah Aci buru-buru masuk ke dalam kamar sedangkan Kak Zaka dan Kak Aisha masih terdiam di teras. ‘Aisha, kamu makin cantik’ ucap Kak Zaka malu-malu. ‘Makasih Kak’ jawab Kak Aisha singkat, hatinya dipenuhi kegundahan. ‘Aku masih menunggu kamu Aish, demi apapun aku masih menunggu kamu untuk yakin padaku’ ucap Kak Zaka mengingatkan memori. ‘Maaf Kak, sepertinya impian kakak itu harus segera di hapuskan’ tolak Kak Aisha dengan perasaan yang sudah tidak terkendali. ‘Maksud kamu?’ Kak Zaka tidak mengerti. Kak Aisha menarik nafas, nafas terberat semenjak ia pulang.
‘Ketika aku harus memilih antara Kak Zaka atau Aci, aku akan memilih Aci Kak’
‘Aisha tolong, bicaralah dengan mudah. Aku ngga ngerti apa maksud kamu’
‘Aci sudah besar Kak, dia sudah mengenal jatuh cinta. Dan cnita itu sudah jatuh pada hati Kak Zaka’
‘Aci? Kamu bercanda Aish, dia sudah aku anggap seperti adikku’
‘Sayangnya Aci ngga anggep Kakak seperti itu, dia anggap Kakak adalah cintanya. Dia bahkan menggunakan kerudung karena Kak Zaka’
Astagfirullah, mana ada wanita menggunakan kerudng hanya karena lelaki. Wanita menggunakan kerudung itu harus karena Allah. Aish, harusnya kamu paham itu
‘Aku paham Kak, tapi untuk Aci ini pasti amat menyakitkan’
‘Tapi Aish..’
‘Sudahlah Kak, Aish mau masuk dulu. Assalamu'alaikum’
‘Waalaikumsalam’ Kak Zaka menatap punggung Kak Aisha yang menjauh, hatinya hancur. Penantian memang tidak selamanya indah di akhir. 

            Sore hari Kak Zaka sengaja datang kerumah Aci untuk menjelaskan semuanya. ‘Ada apa ya Kak?’ tanya Aci bingung dengan kedatangan Kak Zaka yang tiba-tiba. Kak Zaka menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara Kak Zaka dengan Kak Aisha. Kak Zaka juga minta maaf atas rasa yang sudah mulai tumbuh di hati Aci. Aci tertunduk malu. Aci bingung harus berkata apa. Aci masuk ke dalam rumah dan mengajak Kak Aisha untuk bertemu dengan Kak Zaka.
‘Kak Aisha jahat. Kakak ngga pernah cerita tentang hubungan Kakak sama Kak Zaka’
‘Maafin Kak Aisha Ci, Kakak memang belum ada hubungan apa-apa karena Kakak masih belum yakin’
‘Kalo Kak Zaka, udah yakin emang sama Kak Aisha?’
‘Insyaallah. Jika Allah mengizinkan, Kak Zaka siap melamar Kak Aisha’
‘Kak Aisha kenapa belum yakin?’
‘Sebeneranya Kakak mau tanya kamu, tapi kalo kamu memang sayang sama Kak Zaka. Kakak ikhlas kok Ci’
‘Kakak pikir aku ini adik macem apa? Aku ngga mungkin biarin Kakak aku sedih. Dan aku pasti seneng punya kakak ipar kayak Kak Zaka. Terlebih, Kak Zaka yang membuat aku mantap menggunakan kerudung. Tapi, tujuan aku pake kerudung tetap untuk Allah, bukan untuk manusia, siapapun itu.’
END

nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

Sunday, July 7, 2013

kejutan



             Malam dengan hiasan bintang dan bulan kali ini seperti menatapku dengan pandangan iba. Hembusan angin yang sedari tadi memelukku seolah membisikan sesuatu, sanubari menangkap sinyalnya dengan cepat. Sayang, syaraf otak tak mampu mengolah sinyal yang ada dengan cepat.

            Mentari pagi menyambutku dengan ciuman mesra partikel hangat di pipiku. Mataku bersahabat dengan silaunya cahaya yang masuk malu-malu melalui jendela kamarku. Sanubariku menghentak, teringatkan tentang sinyal semalam. Nama itu melintas di otakku dan segera aku meraih ponsel, menghubunginya.

“Rendi?”
“Yaa, kenapa sayang?”
“Kamu ngga apa-apa kan?”
“Ngga, emang kenapa?”
“Perasaan aku ngga enak aja”
“iiihh belum mandi kali kamu, mandi dulu sanaaa”

            Vocal yang tegas dan humor yang selalu ada di setiap perbincangan kita adalah hal yang membuatku bertahan menjalin hubungan dengannya selama 7 tahun ini. Halang dan rintang selalu saja datang namun kita berusaha untuk bangkit bersama. Hubungan yang sudah lama membuat kita tidak lagi mampu mengumbar sayang dengan kejutan atau hal-hal romantis lainnya. Hubungan seperti kekurangan bumbu penyedap.

            Teriknya matahari tak mematahkan semangatku untuk memberi kejutan pada pujaan hatiku. Siang ini aku akan ke kantornya dan mengajaknya makan bareng dengan masakan special yang sudah aku buat khusus untuknya. Selama perjalanan aku membayangkan wajahnya yang terkejut bercampur bahagia dengan kejutan dariku, passtinya sangat lucu.

            Di dalam kantornya jantungku berdegup kencang, perasaanku seperti abege yang baru pacaran. Aku masuk dnegan mudah ke dalam tempat kerjanya karena sudah jam makan siang, kantor terlihat sepi. Aku membuka pintunya dan berteriak “KEJUTAAAANNNN”.

            Jantungku masih berdegup dengan kencang, wajah rendi sangat terkejut. Kejutan itu sangat berhasil, bahkan lebih berhasil dari yang direncanakan. Bukan hanya Rendi yang terkejut, aku dan wanita yang ada di pangkuannya-pun ikut terkejut.

END



nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)