Tuesday, November 6, 2012

Mak comblang

            “Ebel, comblangin gue dong sama Juwita. Lu kan jago banget tuh masalah percomblangan” tiba-tiba Bima menyerangku dengan serangan mautnya. “Juwita? Cantik amat, mana mau dia ama lu. haha” jawabku sangat jujur. “Ah kepluk lu bel, jelek-jelek gini juga jantan gue” sahut Bima sewot. “Asik deh jantan, lu kira kambing. Ya udah gampang kalo masih satu kelas mah” anggukkanku seketika membuat Bima girang bukan main, dia loncat kesana-kemari tanpa peduli banyak yang memperhatikannya.

            Aku senang menjadi mak comblang, karena proses permulaan cinta itu sangat menarik untuk kita ikuti. Senang ketika melihat satu persatu temanku menjalin kisah yang membahagiaakan. Terkadang ada juga yang gagal bahkan sampai patah hati berkepanjangan, namun itulah cinta. Tidak dapat di paksakan. Tidak dapat di datangkan.

            “Ebel, udah sampe mana comblangan lu?” Bima lagi-lagi menyerangku. “sabar bos, baru juga opening” sahutku seadanya. “et lama lu bel, udah ngga kuat gue liat Juwita” rengekan Bima membuat aku sedikit usil. “Kaga kuat ngapain lu? Mumpung belum ama Juwita, ama gue dulu aja. ahhaha” tawaku meledak. Bima merangkulku dan menyeretku ke arah kamar mandi “jangan nyesel lu ya bel?” ucap Bima dengan muka penuh sensasi. “Ampuuuunnn” teriakku sambil berlari kencang. Haahh gila, aku yang niat usil malah aku yang kena batunya.

            Setiap hari perkembangan aku mencomblangkan Bima dengan Juwita sudah semakin maju. Bima sudah mulai berhubungan di jejaring sosial dan menumbuhkan banyak gosip. “Ebel, Bima naksir Juwita ya? Trus Juwita mau juga?” Rere si miss gosip mulai menyerangku. “Kok lu tanya gue sih? Tanya orangnya lah” jawabku agak ketus, gosip kayak gini bikin hubungan Bima sama Juwita bisa jauh.

            “Ebel, Juwita kenapa susah banget gue ajak jalan yak? Lu bantuin gue lah” Bima merengek lagi. Mataku berputar-putar, berpikir keras. “Ah, gue dapet ide bel. Gimana kalo alasannya kita belajar bareng aja di mah lu?” saran Bima. “Boleh juga tuh Bim, coba deh nanti gue ajak yak” jawabku.

            Setelah berkutik cukup lama, akhirnya Juwita sepakat mau belajar bareng di rumahku. Wah, pasti Bima sangat senang. “Bim, ntar sore jadi ya ke rumah gue. Juwita mau tuh” ucapku sedikit berbisik. “Hah? Serius? SIAP!! Gua pasti dateng tepat waktu bel, makasi banget yah..” wajah Bima berseri-seri.

            Jam 4 sore Bima sudah nangkring keren di teras rumahku. Denyut rasa nyaman tiba-tiba merasuki mataku. Pemandangan yang sangat nyaman, rasanya berkedip pun aku tidak mau. “Ebel, mana Juwita? Kaga dateng-dateng nih” omel Bima membuyarkan pandanganku. “Sabar.. gue sms dulu deh. Udah lu masuk aja, kita belajar beneran.” Hiburku kemudian masuk. Perasaan tak rela muncul ketika aku mengetik sms ke Juwita. Semoga Juwita ngga jadi dateng.

            Dunia seolah milik berdua ketika Bima dengan telaten mengajari materi yang memang sudah lama aku benci. Dia sungguh pintar. Waktu tidak terasa sudah masuk jam 6 petang, Bima mulai senepetang, Bima mulai senewen. “Mana Juwita bel? Lama banget deh..Keburu lapuk gue” sembur Bima. Aku meraih ponselku dan mengetik sms lagi ke Juwita. Setelah beberapa lama akhirnya Juwita membalasnya “Maaf Ebel, gue lupa. Gue lagi jalan ama pacar gue. Kapan-kapan deh yaa” bunyi sms Juwita aku baca keras-keras. 

            “EBEL!!! ABAL BANGET! LAPUK GUE...” teriak Bima seketika mengundang tawaku. Bima semakin kesal. “Udah Bim, cari yang lain lah” hiburku tulus. “Kalo dipikir, gue emang lapuk dari dulu.” Ucap Bima penuh kekecewaan, aku terdiam. “Harusnya dari awal gue sadar dari dulu bel. Siapa juga yang mau ama cowok lapuk kayak gue? Apalagi cewek kayak Juwita, haah” Bima menundukkan kepalanya di meja, semakin frustasi. “Ngga semua cewek liat cowok dari duniawi Bim..” mataku menerawang. “Sekarang gue tanya deh, lu mau ga ama cowok lapuk kayak gue?” tanya Bima ketus dan menatap mataku tajam. “Kalo gue bilang mau gimana?” kemudian suasana hening seketika.

*** 

Rasa nyaman tidak akan bisa dibeli dan di paksakan. Rasanya nyaman bersamanya, nyaman menatap wajahnya, nyaman bersenda gurau bersamanya.

END



nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

DIDEKATMU – TONBERRY


Menatap langit hari ini sambil bertanya tentang sesuatu
yang bisa kembalikan  dan bangkitkan semangatku
bawa hidup ini jadi lebih berarti, lebih berarti
Tak pernah kau datang mengisi hariku
Kau datang mulai mengisi hariku
Bawa aku bersamamu
Tak inginku terus di sini
Warnailah indah hariku
Karena ku yakin bila di dekatmu
Bosan berharap keajaiban kan datang menyapaku
Dan waktupun terasa semakin berlalu
mengingatkanku dalam kesendirian
Tak pernah kau datang mengisi hariku
Kau datang mulai mengisi hariku
Bawa aku bersamamu
Tak inginku terus di sini
Warnailah indah hariku
Karena ku yakin bila di dekatmu
Bawa aku bersamamu
Tak inginku terus di sini
Warnailah indah hariku
Karena ku yakin bila di dekatmu
Karena ku yakin bila di dekatmu
Karena ku yakin bila di dekatmu

Keren kan liriknya? Dengerin lagunya yuk :) KLIK!

ANKA – TONBERRY


Coba lihat sedikit saja sosok yang selalu mengagumimu
Mungkin kau tak kan percaya
Mungkin kau tak akan pernah percaya
Coba dengarkan lagu ini
Lagu yang hanya tercipta untukmu
Mungkin kau tak kan menduga
Mungkin kau tak akan pernah menduga
Ku hanya ingin engkau tahu
Jangan pernah lupakan aku
Bernyanyilah, bernyanyilah bersamaku malam ini
Lupakanlah, lupakanlah semua beban di hidupmu
Kisah ini akan ku jaga
Sampai nanti kita bertemu lagi
Mungkin kau tak kan sadari
Mungkin kau tak akan pernah sadari
Ku hanya ingin engkau tahu
Jangan pernah lupakan aku
Bernyanyilah, bernyanyilah bersamaku malam ini
Lupakanlah, lupakanlah semua beban di hidupmu
(aku yang selalu mengagumimu dan lagu ini hanya untukmu)
Ku hanya ingin engkau tahu
Jangan pernah lupakan aku
Bernyanyilah, bernyanyilah bersamaku malam ini
Lupakanlah, lupakanlah semua beban di hidupmu
(aku yang selalu mengagumimu dan lagu ini hanya untukmu)

Keren kan liriknya? Yuk dengerin lagunya :)  KLIK

Mimpi siang bolong

Aku menginginkannya. Aku menginginkannya. Aku sangat menginginkannya. 

*** 

Dengan seragam putih abu-abu aku duduk bersila di samping lapangan, tak peduli mata berkunang-kunang karena terlalu lama memandangi seseorang yang terpapar matahari secara sempurna. Aldi, pemain futsal yang biasa saja. Aldi, yang ternyata luar biasa hebat melekat di hatiku. 

            “Ria, kamu ngga capek?”ucap Aldi sembari berjalan menghampiriku, wajahnya basah keringat. Aku menggeleng yakin. Ia tersenyum manis, memegangi bahuku dan ikut terduduk. Bau matahari di tubuhnya kini mampu tercium oleh indra pembauku. “Permainanku makin payah nih semenjak jatuh” dia memulai pembicaraan. Mataku lurus menatap kakinya yang diluruskan sambil di gerak-gerakkan. “Kamu tetep hebat buat aku, kamu ngga akan pernah buruk untuk aku” ucapku tulus. Aldi tersenyum simpul, kebahagiaan perlahan memasuki jantungku. “Terima kasih ya Ria” ucapnya dengan mata kosong. “aku kan udah biasa nemenin kamu kayak gini, ngga usah makasih. Aku seneng kok.” Jawabku dnegan tulus. Aku melihat keanehan pada wajah Aldi. Wajahnya yang masih basah terus aku pandangi, berharap aku menemukan jawaban atas tatapan kosong itu. “Bukan Ria, bukan untuk itu” sahutnya lagi. Aku terdiam tak mengerti. “Terima kasih sudah membuat aku terlihat sempurna, terima kasih untuk semua rasa kamu sama aku”

***

DEG! Lamunanku buyar seketika. Jantungku berdegup sangat kencang ketika sorot mata itu kini menatapku tajam dan tersenyum manis. Senyum yang sangat mampu membuatku mematung cukup lama. Ah, sorot mata itu. Setidaknya aku pernah hadir dalam pikirannya, walau tidak dalam hatinya. “Pagi buu” ucapnya kemudian sambil mencium tanganku. Badanku semakin mirip patung, sangat kikuk. Sadar Ria, dia itu muridmu... “Pagi juga Aldi..” jawabku sopan. Aku berlalu menghilangkan rasa kikuk yang menggelayutiku.

END



nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)