Tuesday, March 20, 2012

Kenangan Pulau Rambut

Berawal dari malam yang kelam, berkelahi dengan pacar hanya karena masalah sepele. Tertawalah jika kalian mau. Aku hanya memintanya naik angkutan yang lebih banyak ketimbang dia harus menunggunya 1jam lagi, aku begitu bukan tanpa alasan. Saat itu dia sedang berpuasa dan jam sudah menunjukkan pukul 17.30 wib. Dia tetap ingin menunggu angkutan yang jarang itu dan membantah dengan nada yang tinggi, spontan jantungku berhenti berdetak dan raut wajahnya pun sangar. Air mata bergejolak ingin keluar, aku membendungnya dan segera pergi meninggalkannya tanpa pamit. Dia sadar dengan keadaanku saat itu, dia berteriak “iya aku ga marah, kamu jangan marah dong” aku tak menjawab dan berlalu dengan cepat. Tanpa menengok aku sudah dapat melihat ekspresi mukanya yang gundah, dia lelaki yang tak berdaya jika ada wanita yang menangis, terlebih semua itu bersumber darinya.

Sepanjang perjalanan dia terdiam berusaha tenang namun degup jantung tak dapat diperlambat. Akhirnya dia kalah, secepat kilat dia mengambil handphonenya, menelfon ? ah! Dia tak cukup nyali berbicara dengan wanita yang menangis sekalipun lewat handphone. Sms ? yaa .. hanya itu yang dapat ia lakukan. “aku ngerasa ga enak bgt ni, kamu jangan sedih, aku ga marah kok” sms segera ia kirim dan aku hanya terdiam melihat sms itu. Aku masih tertarik untuk menangis ketimbang membalas sms itu. Selang beberapa menit handphoneku berbunyi kembali. Hmm masih sms darinya “kamu jangan sedih, aku jaddi ikut sedih ni, maaf kalo tadi nada suara aku tinggi, aku emang gitu kalo lagi banyak pikiran” air mataku sudah surut dan aku mulai lunak untuk membalas sms darinya. Namun nasib berkata lain, sms yang aku kirim selalu gagal. Aku mulai panik dan terus berusaha tanpa ada hasil. Sampai kemudian handphone kembali berbunyi. Masih berupa sms “jangan nangis” aku mulai iba. Mengutuk operator dan handphoneku sendiri. Entah dapat ilham darimana aku mencoba mengecek pulsa. Damn!! Pulsaku habis! Gundah yang aku dapatkan namun aku tak mampu berbuat apapun. Masih tersisa pulsa internet sedikit dan aku langsung mengirim pesan ke facebook kakakku untuk meminta pulsa .. ah! Memang  nasib sedang tak berpihak kepadaku, sampai tengah malam aku tunggu namun pulsa tak juga datang. Aku hanya berdoa agar dia tidak dirasuki rasa gelisah yang teramat dalam. Handphone kembali bordering, sms yang tetap berasal dari sumber yang sama,

cuaca mala mini layaknya hati kita berdua, dingin dan menangis, tapi semoga dengan deraian air hujan dapat menghapus sebagian atau seluruh rasa sakit dan sedih di hati kita

Aku terpaku, setelah semua peralatan untuk pergi ke pulau rambut selesai aku segera terlelap. Aku khawatir tidak akan tidur jika terus memikirkan keadaan ini. Sampai saat pagi menjelang, pulsa yang ku tunggu tak juga datang, aku terdiam dan handphone berdering. Sms dengan sumber yang tak berubah,

malam yang gelap dan dingin perlahan tergantikan oleh terang dan hangatnya mentari pagi, seperti halnya saat kau datang menerangi dan menghangatkan hatiku, selamat pagi..

Aku kembali terpaku, betapa orang itu tidak tenang sejak kemarin. Aku ingin mengatakan kepadanya bahwa aku baik-baik saja, namun aku tak mampu berbuat apa-apa. Sms terus berdatangan tetap dari sumber yang sama. Menanyakan keadaan, kelengkapan dan sebagainya, namun aku hanya dapat membacanya.

Setelah sampai dikampus, sosok itu terlihat sangat murung kemudian segera menghampiriku dan mengajakku sarapan. Aku mengangguk dan tak kuasa untuk menjelaskan semuanya “maaf, pulsa aku habis” wajahnya yang murung segera berubah membaik dan dapat melemparkan senyumnya yang khas, senyum yang dapat membuat aku bahagia tanpa alasan, ah! Bisa di bilang aku sudah gila! Kemudian aku sarapan dengan lahap dan dia mengawasiku agar menghabiskan makanan tanpa sisa. Selesai aku sarapan, hujan mengguyur kampus kami dan membuat semua yang berada di sana termenung, maklum kami harus menunggu hujan berhenti baru bisa berangkat. Jam terus berputar dan mataharipun semakin tinggi, hujan perlahan menghilang. Perjalanan segera dimulai dengan diawali doa bersama. Semua berebut mencari posisi nyaman di dalam tronton, bagiku sama saja, aku tak ambil pusing karena aku berniat tidur nantinya. Setelah semuanya duduk dan beberapa lelaki berdiri, aku menjalankan niatku, mata segera terpejam. Dalam diam dia mengawasiku, dia heran ada wanita seperti aku yang mampu tidur tenang padahal keadaan sangat ramai, dan dia tersenyum.

Perjalanan di dalam tronton cukup memakan waktu banyak, namun aku setia dengan tidurku dan dia juga setia menatap wajahku yang sedang terlelap. Setelah sampai, kami segera turun dan merapihkan bawaan kami sambil menunggu komando untuk jalan menuju kapal. Dia menghampiriku dan memulai kekonyolan seperti biasa, semua menatap kami dengan iri hati. Setelah semua siap, kami pun bergegas menuju kapal, disampingku dia berbisik “duduknya deket aku ya” aku hanya mengangguk yakin. Dan di dalam kapal kami menikmati pemandangan laut yang begitu indah, namun hanya sebentar saja kami sudah sampai. Setelah sampai pulau rambut kami semua duduk rapi mendengarkan pengarahan dan peraturan selama 3 hari disana, kemudian kami makan siang dengan bekal masing-masing.

Selama 3 hari aku sangat menikmati pemandangan di sana, banyak sekali burung besar berterbangan. Pemandangan yang tak pernah aku lihat di Jakarta, yang paling menakjubkan adalah aku dapat melihat elang laut, yaa elang yang besar, yang biasa kita lihat di ragunan dan di dalam sangkar ternyata aku bisa melihatnya terbang bebas dengan bahagia disana, hah amboi sekali.

Sebuah perjalanan panjang yang tak akan pernah aku lupakan, semoga burung-burung itu tetap terbang bebas disana tanpa ada pengganggu.



nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

Friday, March 9, 2012

Sosialisasi KKL

teman-teman.. hanya ingin berbagi informasi mengenai sosialisasi KKL yang tadi aku dapatkan. Semoga bermanfaat yaa..

Jadwal sosialisasi KKL awalnya pukul  15.00 WIB namun sayangnya 2 prodi sedang ada kuliah sehingga jadwal menjadi molor semolor-molornya orang molor.
Sekitar pukul 16.00 WIB barulah sosialisasi dimulai.

Sebagai ketua KKL, bapak Ade mempresentasikan garis besar dari rencana KKL kita pada bulan April.
KKL kita bertempat di TN ALAS PURWO pada tanggal 21 sampai dengan 28 April 2012

TRANSPORTASI

Hasil survei kemarin ternyata jalanan yang kita lalui cukup baik, atau bisa di lalui dengan bus besar namun ada beberapa jalan yang berlubang dan membutuhkan kewaspadaan.
LOKASI
Untuk lokasi disana alhamdulillah ada air, ketika di perlihatkan kamar mandinya terlihat air bersih mengalir cukup deras namun seperti yang sudah-sudah ketika di lapangan memang kamar mandinya tidak terlalu bersih seperti di kamar mandi rumah kalian. Hehe
Kemudian untuk tidur kita menyewa seperti wisma,  namun di harapkan tetap membawa sleeping bag untuk kenyamanan istirahat kita.

AKOMODASI

Untuk mengenai akomodasi dosen yang bertanggung jawab adalah bapak hanum dengan bapak paskal. Kebetulan beliau pada sosialisasi tidak hadir.

KONSUMSI

•    Untuk konsumsi di perkirakan 22 kali makan
•    1 kali makan berkisar Rp 12.500
•    Untuk manajer konsumsi ada Ibu Yon Darma Wanita
•    Makanan yang di hidangkan garis besarnya nasi, lauk, sayur, tempe, krupuk, air panas, minum
•    Makanan khas disana adalah pecel
•    Dan untuk penelitian sejak pagi hingga sore dengan kata lain tidak pulang pada siang harinya maka memberi tahu panitia konsumsi agar di buatkan bekal. Terkait dengan bekal di wajibkan mahasiswa membawa tempat makan pribadi.
•    Peringatan! Untuk piring, sendok dan peralatan makan jangan diletakkan secara sembarangan karena akan di curi oleh kera. (kera di sana gaul, makannya pake piring dan sendok)
•    Untuk panitia konsumsi ada ibu Yos
•    Awal makan kita pada sabtu siang, karena agenda dimulai sejak pukul 07.00 pagi maka diwajibkan mahasiswa sarapan terlebih dahulu.
•    Perkiraan makan 22 kali namun jika kita pulang sampai jakarta pada siang hari maka akan di agendakan tambahan makan menjadi 23 kali.
•    Jika mempunyai makanan pribadi di wajibkan membawa sendiri karena panitia tidak meyediakan
•    Karena perjalanan jauh maka di sarankan membawa cemilan namun di harapkan jangan yang mengandung MSG karena akan menyebabkan sering harus dan akan sering minum akibatnya akan sering ke kamar mandi dan ini akan menghambat perjalanan kita
•    Di harapkan cemilan yang di bawa adalah cemilan yang benar-benar bisa mengganjal perut (bawa nasi kali ya? hehe)
•    Dan ketika berhenti jangan jajan sembarangan, karena itu sangat bahaya. Dapat membuat kita terserang diare.
•    Jika ada yang mempunyai pantangan terhadap makanan harus melapor pada panitia konsumsi.

KESEHATAN

DIBUTUHKAN 2 orang mahasiswa untuk membantu medis
Tim medis ada ibu olla dengan ibu ninul.
Tim medis mewajibkan setiap kelompok memiliki medis sendiri jika sudah tidak bisa di tangani kelompok maka lapor pada tim medis mahasiswa kemudian ke tim medis dosen kemudian baru ke puskesmas

Tiap kelompok mengirimkan emailnya kepada ibu ninul untuk mendata penyakit yang di derita, obat dan mengkonsumsinya sejak kapan.
Obat yang harus di bawa :
1.    Obat pribadi
2.    Obat pusing yang cocok untuk diri sendiri
3.    Obat-obatan kelompok (antiseptik, kapas, plester, analgesik, anti diare, anti alergi, balsem, minyak kayu putih, tetes mata, counterpaint, sunblock)

Tim medis akan menyediakan P3K plus :
•    Multivitamin
•    Oksigen
•    Antasid
•    Minyak tawon
•    Obat luka bakar
•    Obat memar
•    Dan lainnya
Minum antimo agar tidak mabuk (namun tidak begitu disarankan, jangan sampai mabuk)
Wajib minum pil kina 1 minggu sebelum

DOKUMENTASI

DIBUTUHKAN 2 orang mahasiswa untuk membantu tim dokumentasi

Tim dokumentasi mempunyai hak mendaptkan posisi foto yang  bagus, ketika ada yang menghalangi akan di singkirkan.

Di harapkan setiap kelompok mendokumentasikan sendiri masukkan dalam CD dan di berikan pada panitia


LOKASI PENELITIAN

•    Pantai triangulasi (20m dari pesanggrahan) : hutan formasi pantai, hutan suksesi (hutan tanaman, hutan alami)
•    Rawa bendo (3 km dari pesanggrahan) : hutan tanaman-alami, dataran rendah, rawa air tawar
•    Sadengan (2 km dari pesanggrahan) : padang savanah, hutan alam, dataran rendah
•    Pancur (3 km dari pesanggrahan) : pantai berbatu, sungai kecil, hutan tanaman-alami, dataran rendah, formasi pantai, hutan bambu
•    Ngagelan (5 km dari pesanggrahan): penyu, mangrove, hutan tanaman-alami, dataran rendah, formasi pantai
•    Bedul (12 km dari pesanggrahan) : hutan mangrove, segara anak

TEMA DAN DOSEN

1.    Paku : Pak Agung sedayu
2.    Tanaman obat : Bu Sri rahayu
3.    Moluska : Bu Ratna Komala
4.    Bakteri penyu : Bu mumu
5.    Pakan banteng : bu ernawati
6.    Studi populasi bambu : bu vanti
7.    Mangrove : bu Ratdew
8.    Serangga : pak Ref
9.    Vegetasi hutan : bu eka putri
10.    Burung : pak paskal
11.    Primata : bu olla dan bu ninul
12.    Herpetologi : pak hanum
13.    Jamur penyu (diganti) : bu Yos
14.    Ekologi gua : pak ade
15.    Karakteristik tanah : pak adi dan bu reni (tolong di hubungi dosennya karena keduanya belum pasti ikut)

TEMA

Ada tema khusus yang memang di butuhkan menurut pengelola TN
•    Penyakit (jamur/bakteri) pada 4 jenis tukik (saat ini tersedia 2 jenis penyu)
•    Carrying capacity savanah sadengan
•    Potensial tumbuhan obat *kelompok tanaman obat yuk bantu warga alas purwo*
•    Sebaran dan preferensi habitat bambu manggong (Gigantochioa jacobsii syn. G. manggong) merupakan jenis endemik alas purwo *eh eh menarik nih*

KEGIATAN AKHIR

Biasanya di akhir ada pengabdian masyarakat, nah kali ini bukan mengajar di sokolah namun lebih pada penyuluhan. Temanya :
1.    Pakan ternak : bu mumu dan pak ref
2.    Fermentasi : pak hanum
3.    Gizi balita : bu sri rahayu
4.    Nata de soya : bu ninul
5.    Kesehatan reproduksi : bu yos dan bu ratdew
6.    Daur ulang di sekolah : bu olla
7.    Kompos : bu vanti dan bu ratkom *sepertinya nama dosennya masih ketuker-tuker maap Cuma copas dari ppt yg di tampilin tadi*
*pembagian kelompoknya aku masih belum tau*

PANITIA KKL

1.    Penanggung jawab : pak nurdin
2.    Ketua : pak ade
3.    Sekretaris : bu eka putri
4.    Bendahara : bu vanti
5.    Penelitian : bu reni, pak ase
6.    Perlengkapan : pak hanum, pak isnin
7.    Transport dan akomodasi : pak paskal, pak hanum
8.    Pengabdian masyarakat : bu ratkom, pak adi (kalau ikut), bu erna
9.    Kesehatan : bu olla, pak ref, bu ninul, bu sri rahayu
10.    Dokumentasi : bu ninul
11.    Acara : bu titin, bu mieke, bu sri rahayu
12.    Konsumsi : bu yos, bu ratdew
13.    Seminar : bu mumu

RENCANA SUSUNAN ACARA

DIBUTUHKAN 2 orang mahasiswa di tiap prodi untuk membantu acara (di harapkan yang aktif membantu)

 Sabtu, 21 april 2012
07.00 pelepasan oleh dekan
08.00 berangkat ke alas purwo dengan bus

Minggu, 22 april 2012
18.00-19.00 makan malam di banyuwangi
21.00  tiba di basecamp TN alas purwo
21.00-22.00 briefing untuk kegiatan besok
22.00 istirahat

Senin, 23 april 2012
04.00-05.30 shalat subuh, sarapan
05.30-17.00 kegiatan pengamatan hayati di lapangan 1
17.00-19.00 istirahat
19.00-22.00 diskusi hasil pengamatan 1
22.00 istirahat

Selasa, 24 april 2012
04.00-04.30 shalat subuh, sarapan
05.00-17.00 kegiatan pengamatan hayati di lapangan 2
17.00-19.00 istirahat
19.00-22.00 diskusi hasil pengamatan 2
22.00 istirahat

Rabu, 25 april 2012
04.00-04.30 shalat subuh, sarapan
07.00-08.00 menuju tempat pengabdian masyarakat
08.00-12.00 kegiatan pengabdian
12.00-13.00 isoma
13.00-22.00 seminar hasil pengamatan lapangan/acara
22.00-04.00 ke malang

Kamis, 26 april 2012
04.00-04.30  shalat subuh
04.30-07.00  bersih-bersih diri dan sarapan
08.00-17.00 tour ke malang (lokasi?)
17.00 menuju ke yogyakarta

Jumat, 27 april 2012
04.00-04.30  shalat subuh dan sarapan
06.00-07.00 bersih-bersih diri
07.00-12.00 menuju tour yogyakarta : malioboro
12.00 menuju jakarta

Sabtu, 28 april 2012
04.00-04.30 shalat subuh, sarapan
12.00 tiba di jakarta

DANA

Harga KKL perorang adalah Rp 1.550.000

Mengapa mahal? Sama aja kayak ke bali?
Faktor pertama adalah jumlah mahasiswa angkatan 2009 sangat sedikit, berbeda dengan 2008 yang jumlahnya mencapai 115 orang. Kita hanya 73. Otomatis pembagian dana akan sangat besar.

Faktor kedua adalah karena ternyata jarak alas purwo dengan bali hampir sama. Hanya berbeda ketika di bali menyebrang dan kita terus menggunakan bis.
Namun tenang saja, kisaran harga memang di lebihkan karena berita naiknya bahan bakar. Ketika uang yang di perkirakan bersisa maka uang kita akan di kembalikan.

Pengumpulan atau pembayaran dapat di kolektif setiap kelas atau individu paling lambat tanggal 9 april. Di harapkan yang sudah siap membayar segera membayar agar proses KKL kita berjalan dengan lancar.

Disarankan untuk yang tidak sanggup membayar segera hubungi ibu vanti, atau sebelumnya setiap kelas memecahkan masalah itu terlebih dahulu.

tadi ada yang saran pembuatan kaos sendiri, karena anggran untuk kaos cukup mahal yaitu 75.000 nah jika ada yang punya link kaos murah dan bagus segera ajukan ke bu vanti ya. di bawa contohnya dan harganya. kemudian diminta juga nih data ukuran kaos setiap anak ..


Jangan jadikan KKL kita tidak bermakna hanya karena dana, lakukanlah KKL ini sebagai kebutuhan kita bukan sebagai kewajiban. Dana sebesar apapun tidak akan cukup untuk membayar pengalaman KKL kita terutama kebersamaan kita sebagai angkatan 2009 
semangat kawan-kawan 2009..

Tuesday, March 6, 2012

MENATAP JAKARTA (3)



“Assalamualaikum..” teriakku kencang dan segera melempar badanku ke atas soffa di ruang tamu. Bapak yang asik nonton bola hanya menengok sebentar sambil menjawab salamku. Mataku berkeliling mencari sosok ibu. Sejauh mata memandang tak ku temukan wanita bertubuh gemuk itu. “Pak, mama kemana?” tanyaku. Bapak fokus menatap tv yang menyajikan 22 orang yang berperang di sebuah lapangan hijau. “Masih di rumah bu Yani” jawab bapak singkat tanpa menengok kearahku sedikitpun. Ibu paling senang berbisnis, apapun yang bisa di jual pasti akan di jual.

Panas dan lelah di sekujur tubuhku sudah hampir hilang, aku menengok ponselku yang sejak tadi tidak ku sentuh. 8 panggilan tak terjawab dan 5 pesan semua berasal dari satu nama, Santo! Pasti ada masalah yang sedang menimpa sahabatku yang paling aneh ini. Kalau bukan masalah pacar, kerjaan, atau keluarganya yang semakin hari semakin hebat ributnya. Untungnya Santo anak yang memiliki kelebihan di bidang akademik, jadi aku tidak terlalu rugi berteman dengannya. “Kenape lu Santo? Gue baru sampe rumah ni. Jalanan Jakarta makin kacau” pesan ku kirimkan. Semenit dua menit pesanku tak kunjung di balas, segera ku bergegas menuju kamar kesayangan.

Melepas semua baju dan memanjakan diri di bawah shower. Rasanya seluruh rasa pegal yang ada di tubuhku hilang dengan mengalirnya air dari ujung rambut hingga sampai ke ujung kaki. Dari dalam kamar mandi aku mendengar ponselku berdering, “Pasti Santo!! Ah ganggu gue mulu tuh anak” kataku dari dalam kamar mandi. Bergegas aku membersihkan tubuhku dan menyambar ponselku dengan cepat, entah mengapa hatiku jadi panik. “Halo Santo? Ada apa?” tanyaku sambil menempelkan ponsel di telingaku. “Nama gue Santa ndah, gue boleh nginep rumah lu ngga? Malem ini aja deh” suara di sebrang sana terdengar sendu. “Yah Santo, kan lu cowok. Gue di rumah tinggal bertiga ama bonyok, nanti dikira lu mau ngapa-ngapain gue lagi” kataku sok ikutan sedih. “Haha Nci Indah dasar. Siapa juga yang mau ama cewek cina kayak lu. haha” suara di sebrang sudah terdengar riang, hatiku ikut riang.

Badanku yang hanya di tutup handuk tidak terasa dingin akibat suara renyahnya. “Eh biar di bilang mirip Nci Nci begini gue juga masih laku, lu aja yang ngga tau selera” jawabku sok galak. “Iya deh Indah cantik, jadi gimana nih? Lu ngga ada solusi?” tanyanya lagi dengan suara sendu. “Yah maap banget Santo, kenapa lu ngga kerumah Erwin aja si?” solusi pertama yang ada di otakku hanya Erwin. Erwin teman sekelas kita yang paling simple, meski terkadang aneh sendiri. “Iya juga sih, tapi gue masih pengen cerita Nci ama lu. Bokap malkin kalap, nyokap gue minggat beneran” katanya. Aku hanya mampu terdiam, tak punya solusi. Sedih menjalar cepat dari telinga ke otak kemudian ke hati dan sekarang hampir saja mataku mengeluarkan sekret bening.

“Nci.. maaf ya gue ngerepotin lu terus, gue mau siap-siap ke rumah Erwin dulu deh. Besok aja di kampus gue ceritain ya.” Katanya dengan riang yang di buat-buat. Aku hanya menjawab seadanya, tidak banyak kata lagi yang aku ucapkan. Selesai menutup telpon air mataku tidak mampu di bendung lagi, seolah merasakan apa yang sedang di rasakan oleh Santo.

Sejak kecil keluargaku adalah keluarga yang utuh dan harmonis, mendengar cerita-cerita Santo aku seperti membayangkan ketika keluargaku porak porandah. Tidak akan ada lagi orang yang mampu memegang tanganku ketika sakit dan memberikan wejangan terbaik seperti ibu dan bapak. Semoga Santo bisa mengatur hatinya agar tidak terjerumus hal-hal yang buruk.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, dengan mood yang turun karena cerita Santo dan tugas yang menumpuk membuatku tidak bisa tidur. Suara dering ponselku mengejutkan, “Indah, kabar ibu gimana? Bapak sehat?” ternyata pesan dari kakak pertamaku yang ada di Wonogiri. “Baik mba, kenapa SMS malem-malem begini?” tanyaku penasaran. “Si Adam sakit, panasnya udah seminggu hari belum turun juga.” Aku sangat terkejut membaca pesannya. Keponakkanku yang paling ganteng sakit? Umurnya masih 4 tahun dan mereka tidak tinggal di Jakarta. Aku hanya diam dan menunggu sesuatu yang mengganggu sistem berfikirku keluar. Tanpa sadar aku masuk ke dalam dunia mimpi ..

(Bersambung)


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

Saturday, March 3, 2012

MENATAP JAKARTA (2)


Duduk di dalam bis ini adalah hal yang langka, aku segera mungkin mencari posisi berdiri yang enak. Tanpa sengaja tas ransel besar-ku yang berisi buku dan netbook membentur bahu salah satu penumpang yang duduk. Sebenarnya ini hal biasa, namun penumpang ini yang tidak biasa. “Dek, tasnya dong” teriakan dari penumpang yang tersenggol tasku menggelegar. Hampir setengah penumpang bis menatap ke arahku. Aku menatap lamat-lamat wajah penumpang itu, asumsi pertama adalah pasti baru pertama kali naik bis kota seperti ini. “Maaf pak” kataku dengan muka menunduk, seolah menurunkan harga diriku satu centi. Bapak itu menatapku dengan tatapan super jutek.

Aku mendapatkan posisi berdiri dengan nyaman dan segera memperhatikan bapak jutek itu. Yah, sepertinya memang benar dia adalah penumpang baru bis ini. Jamnya terlihat berkilau, di tambah cincin batu giok yang seolah menyala. Ternyata yang berkilau juga bukan hanya jam dan cincinya, kumisnya yang lebat pun tampak berkilau. Sepertinya sang bapak habis mandi madu pikirku ke sana ke mari. “Mba, tasnya saya pangku aja boleh?” tiba-tiba ibu yang duduk di depanku mengejutkanku. Setengah ragu aku melihat ibu itu, rasa takut akan copet atau penjahat kelamin terus menghantuiku. “Kedempet ya bu? Maaf.” Kataku kemudian. “Iya engga apa-apa, daripada berat di pundak saya mending saya pangku” kata ibu itu kemudian. Aku mengangguk dan memberikan tas ranselku ke ibu di depanku sembali berkata “taru di bawah juga engga apa-apa bu” namun ibu itu hanya terus memangku tas ranselku. Lumayan juga, berdiri jadi tidak terasa berat.

Bis memasuki jalan tol bebas hambatan, sepanjang perjalanan aku teringat kembali pria yang tadi di halte. Aku belum sempat bertanya namanya, bahkan aku tidak menghiburnya ketika wajahnya mulai terlihat sendu. Bagaimana ya perasaan pria tadi? Apakah dia akan menyusul wanita berbaju batik itu? Ah, mengapa aku jadi memikirkan laki-laki itu?

Setengah perjalanan telah di tempuh, aku selalu melirik tas di pangkuan ibu dan sesekali melirik kalau ada laki-laki hidung belang yang akan melayangkan tangannya yang tidak masuk kursi sekolahan. “Mba, ibu duluan” kata ibu di depanku dan berdiri menuju pintu bis. Aku menduduki empat duduk ibu itu. Lega rasanya mendapat duduk di saat perjalanan masih setengah jalan. Dari belakang kursiku terdengar bapak-bapak yang serba berkilau bertanya pada penumpang di sebelahnya “Pak, kalau Fly over masih jauh?” katanya. “Wah masih jauh pak, nanti juga kondekturnya bilang” jawab penumpang di sebelahnya yang kebetulan berjenis kelamin sama. Sekitar lima menit, bapak serba berkilau itu bertanya lagi “disini ya pak?” penumpang di sebelahnya dengan sabar bilang “Belum pak, masih jauh.” Dan perckapan seperti itu terus terulang hampir lima kali sampai penumpang di sebelahnya gerah “Nanti pak turun bareng saya, saya juga turun di sana.” Dalam hati aku tertawa puas, ternyata bapak serba berkilau itu sangat tidak tahu daerah ini. Pantas sejak tadi dia cemas.

Setelah sampai di tujuan bapak serba berkilau sangat berisik sekali. Penumpang yang duduk di sampingnya dengan sabar menemani. Aku melirik setiap langkah dan raut wajah mereka berdua dari kaca jendela disampingku. Perlahan namun pasti sosok mereka menghilang seiring berlajunya bis yang aku tumpangi. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam namun jalanan Jakarta masih saja padat dan sibuk. Hasratku ingin segera sampai rumah dan memeluk mesra serta bonek-boneka kesayanganku.

(bersambung)


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)

MENATAP JAKARTA (1)

Lelahnya setelah beraktivitas kuliah, menunggu bis di halte adalah hal yang paling membosankan. Ketika rasa lelah menyergap, mataku akan menyusuri satu persatu wajah-wajah lelah lainnya di halte. Aku melihat satu sosok wanita cukup muda dengan pakaian batik modern. Tangan kanannya memegang tas berwarna merah yang berkilau dan tangan kirinya memegang satu bungkusan berisi roti papabunz. Perutku menjadi sedikit lapar melihatnya, roti itu termasuk roti kesukaanku. Jika aku membelinya sekarang pasti nanti bis yang ku tunggu akan lewat meninggalkanku.

Suara mobil dan motor tidak juga mengalihkan pandanganku pada wanita ini. Beberapa saat kemudian sebuah motor dengan berhenti tepat di depannya. “Pasti prianya” pikirku dalam hati. Aku terus mengamati wanita itu, gerakan tubuhnya gontai. Mereka seperti sedang berdebat, entahlah mungkin mereka sedang bertengkar. Dari gerakan bibir mereka aku melihat percakapan mereka, sang pria bilang “Ya macet.. biasalah Jakarta..” Wanita berbaju batik itu berjalan pelan, melihat prianya dengan tatapan menuduh. Prianya seperti merasa aku perhatikan dari tadi, sesekali matanya melirikku. Ah, perasaanku jadi tidak enak. Aku berpura-pura mencari-cari bus yang aku tunggu sambil sesekali melirik kearah mereka. Sayup-sayup pertengkaran mereka juga terlihat jelas. “Ya udah pulang aja sana” kata wanita berbaju batik itu dengan wajah sangat ketus. Muka sang pria sudah tidak bersahabat lagi. Ada semburat merah di sekitar pipinya, bahkan nafasnya sangat kencang. Terdengar jelas hembusan nafas pendek-pendek dari pria itu. Aku melihat tangan kiri wanita berbatik yang sedari tadi memegang bungkusan berisi roti papabunz di berikan pada pria itu. Pria itu terus menolak, sampai akhirnya wanita itu menaruhnya secara paksa di motornya.

Wajah kesal dari si pria itu makin terlihat jelas, wah! Matanya kini semakin membesar. Sesekali pria itu masih melirik ke arahku, mungkin dia merasa sejak tadi aku memperhatikan pertengkaran mereka. Aku yang sudah merasa tak enak beralih dari halte, berpura-pura menghampiri bis yang sejak tadi tidak terlihat bahkan suaranya yang khas pun tidak terdengar. Ketika aku berjalan, aku mendengar suara motor yang di gas sangat kencang. Aku segera menengok, ternyata suara itu berasal dari pria itu. Kecepatan tertinggi diambil olehnya. Degup jantungku menjadi sangat kencang, sembunyi dalam hati berdoa agar tidak terjadi hal yang bukan-bukan terhadap pria itu.

Wanita berbatik itu melewatiku dengan langkah sangat cepat. Desahan kesal darinya sangat jelas terdengar di telingaku, “Dasar cowok ga tau diri, ga ngerti cewek! Disuruh pulang malah pulang beneran. Percuma gue udah dandan cantik begini harus pulang sendiri.” Dalam hati aku tertawa kecil, sungguh lucu perilaku wanita ini. Tidak sampai satu menit, wanita berbatik itu sudah hilang dari pandangan mataku. Karena mereka berdua sudah tidak berada di dekat halte maka aku duudk kembali. Menunggu bis semakin membosankan, perutku sejak tadi terus saja protes minta diisi dengan papabunz. Menghilangkan rasa lapar aku kembali melirik ke sekitarku, mencari pemandangan seru seperti tadi. Wah pria yang tadi kembali lagi, aku memperhatikannya berhenti di tempat tadi dia bertengkar dengan wanita berbaju batik. Bedanya, kali ini dia mematikan mesin motornya. Melepas helmnya dan menenteng papabunz di tangan kanannya.

Perlahan tapi pasti pria itu menghampiriku. “Mba, boleh kenalan?” sapanya kepadaku. Aku menengok ke kanan dan kekiri mencari orang yang dia ajak bicara namun nihil. “gue?” tanyaku kemudian. Pria itu hanya tersenyum, kemudian duduk di sampingku. “daritadi lu serius banget ngeliatin gue berantem?” tanyanya namun tidak menatap wajahku, pandangannya lurus ke depan. “Eh.. Maaf engga maksud loh” jawabku grogi. “Engga apa-apa. Namanya siapa?” kali ini dia menatap wajahku lamat-lamat. Udara di sekitarku terasa panas, hawanya sudah berbeda nih.

“Nama gue Indah” jawabku singkat dan tetap menatap jalanan yang penuh dengan mobil pribadi. Pandanganku buyar seketika saat tanganku seperti menyentuh sesuatu, bungkusan papabunz. Aku menatap wajah pria yang sejak tadi duduk di sampingku “daritadi nunggu bis pasti laper” katanya kemudian. Tanpa tahu malu aku memasang wajah sumringah, bahagia tiada tara. “Makasi” jawabku dan langsung menerima bungkusan itu. Dia hanya menatapku, ujung mataku menangkap itu namun wajahku seolah sedang menanti bis di jalanan padat di depan mataku. Sesekali aku melihat ke arahnya, dia terus saja memperhatikan wajahku. Semoga wajahku tidak memerah, udara terasa semakin panas. “Pacar lu marah tadi” kataku mengubah suasana yang semakin terasa panas. Dia hanya diam, dari sudut mataku terlihat matanya fokus menatap taksi yang di parkir sembarangan. “Biarin lah, udah jauh-jauh gue kesini Cuma buat dimarahin” katanya pelan dan sendu.

Bis yang aku tunggu sudah datang, aku berdiri dan meninggalkan dia yang masih larut dalam kesedihan. Sebelum menaruh kakiku di pintu bis, aku sempatkan menengok ke arahnya. “Makasi papabunznya. Gue pulang duluan ya” teriakku yang hanya di balas senyum tipis di bibirnya. Aku sibuk mencari kursi bis yang kosong dan melupakan pria yang terus saja melihatku bahkan sampai bisku melaju kencang. Pria itu tetap duduk di kursi halte tanpa berbicara.

(bersambung) MJ 2


nb: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, karakter, dan lokasi itu hanya kebetulan. Enjoy reading :)